Senin, 06 Februari 2012

Keangkuhan Filsafat

Sebut saja “kaum filsafat” adalah kaum abortus, banyak melakukan masturbusi terhadap keyakinan beragama, tidak saja menetapkan pijakan pijakan menurut kebijkan akal, tetapi paling curang dan egoistis menempatkan diri ditengah keragaman beragama. Terkesan dunia filsafat lebih bersifat hiforia dan romantisme tanpa mengindahkan patokan dan ukuran bagaimana keyakinan dalam agama. Bahkan ada simpul merah, menyamaratakan agama sebagai momok, menebas kebebasan akal.

Sebenarnya bisa disebut pemberontakan atau kolonial akal yang terpasung oleh keinginan memerdekan akal, sehingga ada keinginan memupuk dan menumbuhkan persepsi tentang “sempalan agama”. Itulah sebabnya banyak tema tema yang berkaitan dengan filsafat, di sebarkan oleh pemuja akal, guna memerangi agama. Contohnya JIL, memperkenalkan “Tuhan segala agama”. Seolah mereka adalah kominitas jenius yang paling mampu dan sangat perduli arti kemanusian, padahal ujungnya adalah menjadikan filsafat sebagai Tuhan dalam kehidupan manusia

Dalam semua agama, memang lahir tokoh tokoh filsafat menjadi koneksi dari free thinker, mendaulat akal sebagai tuhan yang otoriter dan menjadi tiran, memaksa agama untuk tunduk pada peraturan akal. Sebagaimana Muktazilah dengan sejarah hitamnya, adalah aliran filsafat yang mengusung tema “pembebasan manusia dari takdir tuhan, menganggap tuhan pasif (Majhul), tidak mampu berbuat, mengatasi kebradaan manusia didunia. Dunia manusia hanya mampu ditentukan oleh manusia, Tuhan tidak ikut campur dengan hiruk pikuk manusia”. Selain sikap memaksa itu menjadi senjata andalan membantai lawan lawannya.

FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup itu menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Sebenarnya ini pendapat tidak relistis, karena interpretasi filsafat ditekankan pada leterat yunani, artinya bentuk penjajahan yunani lebih dominan diperjuangkan dalam menyimpulkan ketentuan olah pikir filsafat, dan tidak adaa distribusi lain, karena parameternya adalah Yunani.

Namun demikian menyingkap lebih jauh Filsafat, ternyata filsafat banyak mendasari cabang cabang ilmu, menurut leteratur filsafat:” Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakangpribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat”. Itulah yang memicu kerancuan filsafat menjadi fenomena tersendiri, memamerkan keunggulan dalam skala dan rentang waktu yang berbeda, dan melahirkan pro kontra dari thesis dan anti thesis, menyetujui gagasan gagasan idealisme akal dan menentang dengan cara idealisme.

Tentu persoalannya adalah, apakah mungkin filsafat merupakan alat mengambil alih kedaulatan agama, atau filsafat itu hanya sekedar kumpulan keterpurukan akal belaka ?. Karena pada setiap hiruk filsafat, selalu ditempatkan pada penilaian segelintir orang yang menutup mata dan telinga, dengan menyebut: “Filfafat itu keluhan orang orang bijak”. Bermakna kaum filsafat itu sendiri sebenarnya lepas dari agama, itu bila dlihat dari runtun perjalanan filsafat sejak lahirnya. Terbukti dalam upaya mengikis agama, fisafat selalu bernuansa dan berpayung menyeragamkan agama, satu landasan tokoh komunis China, Mao Tse-Tung (Mao Zedong) dalam upaya menyeragamkan otak rakyatnya, itulah keangkuhan Filsafat.  (sumber)

0 comments:

Posting Komentar