
...Bersujudlah kamu kepada Adam, maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS al-A’raf: 11)
Ya,
Iblis adalah satu-satunya yang tidak bersujud mengikuti perintah Allah,
dia adalah jin yang dikarunia kemuliaan oleh Allah hingga bisa
berkumpul dengan golongan malaikat, oleh karena itu ia menjadi sombong
dan lupa diri, kemudian Allah berfirman padanya, yang artinya:
...Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu? menjawab Iblis "Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan
aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS al-A’raf: 12)
Iblis
mencari-cari alasan untuk membenarkan perilakunya, ia mencoba
merasionalisasikan alasannya, bahwa ia yang tercipta dari api lebih
mulia daripada tanah. Seolah-olah ia hendak menutup-nutupi kenyataan
bahwa kemuliaan seorang makhluk itu hanyalah karena ketakwaannya, Allah
berfirman, yang artinya:
...Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS al-Hujuraat: 13)

Iblis
menjawab: "Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan".Allah
berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."Setelah itu Iblis bersumpah pada dirinya sendiri, sembari berkata:
...karena
Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan
dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur. (QS al-A’raf:16—17)
Dengan
sumpah ini Iblis menyatakan perang sepanjang masa dengan Adam dan
anak-cucunya, ia telah bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan
yang lurus. Dari sumpah inilah tersingkap sebuah rahasia misi iblis,
yakni menjadikan sebagian besar manusia lalai dalam bersyukur alias
kufur kepada Allah.
Apa itu Syukur

Orang
yang bersyukur adalah orang yang terlihat padanya tanda-tanda syukur,
sehingga orang yang mengaku sebagai orang yang bersyukur tidak dapat
diterima pengakuannya itu bila ia malas beribadah kapada Allah. Ketika
suara adzan telah usai dikumandangkan ia bermalas-malasan, tidak
bergegas untuk shalat jamaah, ketika waktu puasa telah tiba ia tidak
mengisinya dengan perbuatan yang bermanfaat, ketika hartanya telah
sampai pada batas untuk mengeluarkannya, maka ia enggan mengeluarkannya,
dan ketika ia telah mampu untuk menunaikan haji maka ia mencari-cari
alasan untuk tidak segera berangkat.

Rasulullah
saw. adalah pribadi paripurna yang selalu bersyukur kepada Allah swt.
beliau adalah teladan bagi orang-orang yang bersyukur, Rasulullah tidak
memahami syukur sebatas pujian dengan lidah akan tetapi membuktikannya
dengan amal perbuatan.
Aisyah
ra. istri Nabi saw. suatu ketika merasa keheranan dengan apa yang
dilakukan oleh Rasulullah, beliau melaksanakan qiyamul-layl semalaman
hingga kakinya bengkak, padahal kalau dipikir-pikir, Nabi adalah orang
yang maksum, tidak tersentuh oleh dosa. Aisyah berkata, ”Engkau masih
berbuat seperti ini, padahal Allah swt. telah berjanji akan mengampuni
dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Rasulullah saw. menjawab:
Tidakkah aku bersenang diri menjadi hamba yang bersyukur? (riwayat al-Bukhari).
Imam
Ibnul Qayyim merangkum makna syukur itu dalam perkataan: Syukur ialah
terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hamba-Nya dalam bentuk
pujian, di hatinya dalam bentuk cinta pada-Nya dan pada organ tubuh
dalam bentuk taat dan tunduk. (Abdul Hamid al-Bilali, Taujih Ruhiyah, jil. 1).
Syarat-syarat Syukur
Menurut Ibnul Qayyim syukur itu akan terasa lengkap jika memenuhi tiga syarat yaitu:
1. Ia mengakui nikmat Allah pada dirinya
Yaitu dengan mengakui bahwa segala kenikmatan ini adalah pemberian dari Allah, adapun usaha yang ia lakukan hanyalah wasilah
(perantara) bagi datangnya nikmat tersebut. Kenikmatan tersebut
merupakan sebuah cobaan bagi orang-orang yang beriman, Allah berfirman,
yang artinya:
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya
kepada kamilah kamu dikembalikan. (QS al-Anbiyaa’: 35)

2. Ia menyanjung Allah atas nikmat itu
Menyanjung
Allah yaitu dengan mengucapkan hamdalah dan pujian-pujian yang lainnya,
yang kesemua pujian tersebut untuk membesarkan nama-Nya.
3. Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapatkan keridhaan-Nya
Artinya
semua kenikmatan yang ada pada diri kita hendaknya selalu digunakan
untuk mendekatkan diri kita pada Allah. Kalau kita mendapat nikmat
makan, maka kita niatkan dan kita gunakan manfaat dari makan tersebut
untuk beribadah kepada Allah, seperti untuk shalat, dzikir dan
sebagainya. Kalau kita mendapatkan nikmat berupa penglihatan yang baik
maka gunakanlah penglihatan tersebut untuk kebaikan, seperti membaca
al-Qur’an dsb., jangan kita gunakan untuk melihat tayangan televisi yang
kurang bermanfaat bagi akhirat kita, apalagi tayangan-tayangan yang
mengandung dosa. Rasulullah pernah menyatakan bahwa salah satu tanda
kebaikan seorang muslim, yaitu ia meninggalkan hal-hal yang kurang
bermakna bagi peningkatan keimanannya.
Allah
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang mau bersyukur kepada-Nya
dan sebaliknya mengancam orang-orang yang kufur nikmat dengan siksa yang
pedih.
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7)

(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa
yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfaal: 53)
Penutup
Akhirnya,
marilah kita mencoba untuk menata kembali diri kita masing-masing,
menjadi orang yang bersyukur bukanlah hal yang mudah, Iblis sendiri
telah berjanji akan berusaha menjauhkan manusia dari bersyukur kepada
Allah, namun menjadi orang yang bersyukur juga bukanlah hal yang
mustahil bagi kita. Dengan penjelasan yang sedikit mengenai apa yang
dimaksud dengan syukur dan syarat-syaratnya, maka diharapkan kita bisa
menjalankan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, sehingga kita dapat
menjauhkan diri dari kufur nikmat, karena jika kita terjerumus ke dalam
kufur nikmat, berarti kita turut serta menyukseskan misi Iblis dan anak
cucunya untuk menjauhkan anak cucu Adam dari bersyukur kepada Tuhannya.
Wallahu a’lam bish-shawab! (sumber)
0 comments:
Posting Komentar