Neo-Humanisme diturunkan dari pengertian atas sifat dasariah (Dharma) manusia. Kehidupan manusia mempunyai tiga segi: fisik, mental, dan spiritual. Dari segi fisik, pengetahuan biologi telah banyak sekali membahas seluk beluk kerja tubuh manusia. Namun kebutuhan psiko-spiritual manusia sampai kini belumlah dipahami betul meskipun cukup besar pula usaha para ahli psikologi dan pencari spiritual.
Kemungkinan keadaan yang paling tinggi yang dapat dicapai menurut sifat dasariah manusia adalah bahwa pikiran terbebaskan untuk meluas dan mengalir menuju Kesadaran Agung (Tuhan). Tatkala ini terjadi, seseorang akan mengembangkan cintanya (bakti) kepada Kesadaran Agung dan mencintai semua keberadaan yang lain. Cinta pada Kesadaran Maha Agung ini harus menjadi harta mulia bagi umat manusia. Tanpa itu, hidup menjadi kering tak berarti.
Namun kini umat manusia tidak memiliki filsafat kehidupan yang patut sehingga masyarakat yang kita bentuk tak selaras dengan kerinduan batin umat manusia itu. Materialisme menguasai seluruh bagian hidup kini dan matarialisme menghancurkan rasa bakti dalam diri manusia. Sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan batin dan kenyataan luar dirinya maka kita menjumpai demikian banyak kesengsaraan, depressi dan sakit jiwa dalam masyarakat kini.
Penyelesaian untuk membetulkan ketidakseimbangan itu adalah filsafat yang menyelaraskan antara kebutuhan batin manusia dengan kebutuhan luarnya dalam dunia material. Untuk menerapkan cara hidup yang demikian kita harus tahu berbagai cara bagaimana harta spiritual (bakti) manusia dapat dirusak. Ada tiga rasa sentimen dalam diri manusia yang dapat menghalangi pikiran menuju universalisme.
Bila seseorang menjadi demikian terikat dengan bumi tempatnya tinggal, maka itu disebut geo-sentiment, rasa keterikatan dengan bumi. Sejak jaman dulu, bahkan kini, banyak orang yang berkepentingan hanya dengan tanah airnya saja atau negerinya saja. Berasal dari cinta pada tanah air, mereka mengembangkan beberapa rasa sentimen turunan lagi seperti patirotisme tanah air, geo-politik, geo-religion, dan geo-ekonomi. Dengan memanfaatkan rasa geo-patriotisme untuk membangkitkan massa, para politisi telah menggiring mereka ke kancah peperangan berdarah. Kolonialisme masa lalu dan neo-kolonialisme masa sekarang tidak lain adalah bentuk lain dari geo-ekonomi. ("Marilah kita bangun negeri kita biarpun itu akan menciptakan kesengsaraan dan kemiskinan negeri satelit/tetangga" adalah slogan dibalik geo-ekonomi).
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar