Senin, 13 Februari 2012

Sajak-Sajak Sufi India dan Pakistan

Kabir

JANGAN PERGI

Jangan pergi ke taman
Saudara, jangan pergi ke sana
Jika diri-mu taman
Duduklah di kelopak teratai
Dan kemudian lihat
Keindahan kekal

Selain yang asyik tak seorang
Bisa mendengar alunan lagu di langit
Sumber tempat asal semua nada dan nyanyian
Penuhi perahumu dengan musik
Dan duduklah dalam kepenuhan Diri-Nya

Awan menggumpal di langit
O, dengan guruh mengguntur
Hujan lebat turun dari Timur
Bersama deru topannya
Jagalah sawah dan ladang
Jangan sampai banjir menggenang


Ghalib

GHAZAL

1
Beragam bayang makna hakiki
Minta sajakku menuturkan
Apa pun yang kuuntai dalam puisi
Selalu warna baru menyala-nyala

2
Pada keesaan Tuhan kami beriman
Kami buang adat dan ajaran usang
Jika semua sudah dienyahkan
Iman yang benar ‘kan terbit cerlang

3
Saqi, penuang anggur, mengapa kau mengejekku
Mengapa tak kau gilirkan anggur kepadaku
Ayo ke cawanku arak marak itu tuangkan
Dengan itu bayangan-Nya bisa kusaksikan

4
Belenggu bernama hidup dan rantai duka
Sama saja sebenarnya dan satu jua
Bagaimana bisa orang merecai derita
Jika yang sanggup sang ajal semata?

5
Bila kepada duka orang menyembah
Yang ia terima ‘kan tekor selalu
Berapa kali sudah aku dicoba begitu
Akhirnya jeralah duka menyiksa diriku

6
Sepanjang malam lilin menyala
Dan menghangatkan ruang tempatku tinggal
Tubuhnya lantas meleleh, asap atau api tiada lagi
Dan cinta, benda silam itu pergi pula selamanya

7
Karam di dalam arus sungai
Titik air mabuk, tidak terikat lagi ia
Ketika derita datang kesabaran mengatasinya
Menjadi obat yang menyembuh dan meredakan

8
Bintangku memuncak ke ufuk tinggi
Nuju angkasa depan tempatku lahir
Demikian sajakku akan berjaya
Diakui dunia setelah pergiku ke sana

Khwaja Mir Dard

GHAZAL

1
Benih bibit kerohanian
Telah tersemai di ladang puisi
Walau aku nanti tak lagi di dunia ini
Ia akan tumbuh dan berkembang senantiasa

2
Adalah kau yang kupandang, Cintaku
Adalah kau yang berkelebat depanku
Cahaya menyilau, adalah kau
Kemana pun pandang kuarahkan, Kau cintaku

3
Adam si makhluq malang
Tak punya bulu atau pun sayap
Namun ia dapat terbang tinggi
Jauh melampaui kerajaan malaikat

4
Untuk menunaikan perintah-Nya
Cukup malaikat yang diciptakan
Namun Yang Maha Kuasa mencipta Adam
Supaya ada yang Dia cintai di bumi ini

5
Walau tak lurus hidupku, o Mukmin
Segenap malaikat merindu daku
Sebab dalam air yang cemar ini
Telah bersih kucuci kainku

6
Selidiki wujudku baik-baik
Perpisahan ini menyiksaku setiap kali
O Mir Dard, mengapa kau tak peduli
Masa muda gemilang terbuang percuma?

7
Bagaikan sebatang lilin kumasuki dunia ini
Air mata berlinangan di mataku
Kecuali jubah tercemar noda
Tiada lagi tinggal begitu aku pergi

8
Cadar yang menutup wajah Kekasih
Tiada selain khayal mataku
Ketika mata sanubariku terbuka
Cadar tercampak, enyah tiada lagi

Muhamad Iqbal

MASNAWI

Wujudku adalah pahatan terbengkalai
Kasar, tanpa bentuk dan belum muncul mutunya
Cinta lalu menghaluskannya: Aku pun menjelma manusia
Dan kuperoleh hikmah dari fitrah alam semesta

Gerak nadi langit telah kukenal
Pun darah mengalir di urat-urat bulan
Sering malam hari kuratapi tujuan hidup manusia
Hingga terkoyak tabir rahasia pada akhirnya
Dan dari ruang percobaan kejadian
Kuperah susunan rahasia kehidupan

Bagai bulan, kuliputi malam dengan keindahan
Akulah debu yang memeluk iman Islam
Iman meluas merongga lembah dan ngarai
Dan menyalakan lagu api tak kunjung padam
Sebutir zarrah disemainya dan dipetiknya matahari
Dituainya ratusan penyair seperti `Attar dan Rumi

Aku keluh: Lalu membubung tinggi
Aku asap, namun jadi bara berkobar
Setelah diterbangkan cita luhur ke angkasa
Penaku mencampakkan tabir rahasia
Hingga setitik air merangkum lautan
Dan pasir meluas jadi gurun Sahara

Bukan sajak semata tujuanku menulis masnawi ini
Pun bukan memuja keindahan dan menghibur semata
Aku Muslim: Bahasa Persia bukan bahasa ibuku
Seperti bulan sabit cawanku tak penuh
Jangan cari gaya mempesona dalam sajakku
Jangan cari Isfahan dan Kanshar kota puluhan penyair

Walau bahasa Hindi sedap seperti madu
Bahasa Persia lebih nikmat bagi lidahku
Jiwaku tertawan oleh keindahan lagunya
Penaku jadi ranting semak terbakar di dalamnya
Karena cita sajakku luhur tak terkira
Bahasa Persia lebih cocok menyatakannya
Pembaca! Jika pahit jangan salahkan cawannya
Periksa saja dengan baik rasa anggurnya.

Abdul Hadi W. M. (sumber)

0 comments:

Posting Komentar