Senin, 06 Februari 2012

Jemputlah Aku, Tuhan

Kuayun langkah
Kuraih apa saja yang kuingin
Kuperjuangkan apa saja yang kuharap
Hampir seluruhnya berhasil kugamit
Dunia penuh pesona
Kekayaan, kedudukan, kepandaian
Ketampanan atau kecantikan
Memberi kebanggaan
Acap membangunkan kecongkakan
Aku terus dan terus mencari
Tapi, ketika tiba di sebuah perhentian
Ternyata semua itu gula-gula
Tak kutemukan makna hakiki
Dari kesujatian hidup
Akan kemanakah kupergi kini
Karena ternyata tak ada yang dapat diandalkan
Walau dengan jerih payah diperjuangkan
Akhirnya tak banyak berarti
Hanya kebajikan, sekali lagi, kebajikan
Itulah yang membawaku dalam tarikan makna ilahiah
Memuliakan hidup dan menjadi berarti
Di atas altar kesadaran
Di situlah tempatku, seharusnya
Itulah kan jadi catatan
Ketika kupulang kelak
Tak ingin kusia-siakan lagi
Hidup yang bagai kilat
Melulu untuk assesori
Jemputlah aku, Tuhan
Kapan pun, dimana pun Engkau mau
Tapi, setelah kusempat berbakti
Membakar kealpaan, menghanyutkan kesalahan
Agar airku mengalir kian jernih
Teriring nyanyian suci
Menuju rumah keabadian.
( I Ketut Suweca , 3 Februari 2012).

0 comments:

Posting Komentar