Sabtu, 04 Februari 2012

BUNDA MARIA versus MARYAM

Dalam Bidayah wa al-Nihayah disebutkan bahwa Maryam binti ‘Imrân masih keturunan Daud ‘alaihi salâm. ‘Imrân, ayahnya, adalah seorang yang berpengaruh pada Bani Isrâ’il pada waktu itu. Diceritakan seperti dalam Q.S. Ali ‘Imrân bahwa Istri ‘Imrân adalah seorang yang belum dikaruniai anak, sampailah pada suatu hari ia berdoa dan bernazar bahwa anak yang dikandungnya akan menjadi hamba yang akan berkhidmat di Baitul Maqdis. Setelah selesai masa penyusuan Maryam, ibunya menyerahkan pada Zakaria. Seorang nabi sekaligus suami saudara perempuan ibunya; untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Diriwayatkan oleh ahli tafsir, bahwa Maryam diberikan tempat khusus di dalam Baitul Maqdis (Mihrâb); yang tidak dimasuki seorangpun kecuali Zakariya. Di sana ia menghabiskan siang dan malamnya untuk beribadah kepada Allah, sampai tersiarlah kabar diantara Bani Isrâil akan kemuliaan Maryam. Kelebihan Maryam adalah setiap Zakariya memasuki mihrâb untuk menemui Maryam, maka ia selalu mendapati makanan disisinya yang diturunkan dari Allah. Menurut ahli tafsir, makanan itu seperti buah-buahan musim panas, yang ditemukan ketika musim dingin. Pun buah-buahan musim dingin yang ditemukan pada musim panas. (Abu al-Fidâ al-Hâfidz Ibnu Katsîr, Al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Dar al-Hadist-Kairo, 2002, Jild.1)
Para ahli teolog seperti Harnack dan Brunner bersepakat bahwa Teisme Rasional, Yudaisme, Kristen dan Islam adalah Unitarian. Banyak kisah-kisah atau riwayat dalam ajaran Islam dan Kristen yang memiliki kesamaan, walaupun tidak secara keseluruhan. Dr.Maurice Bucaille dalam bukunya La Bible, Le Coran et la Science, menyatakan bahwa Injil dan al-Qur’an memberikan kita riwayat yang sama mengenai asal-usul biologis Yesus (Isa). Yang terjadi melalui proses parthenogenese; membesarnya bayi dalam kandungan sang ibu di luar hukum alam manusia. Telur (ovum) dari ibunya tidak memerlukan bertemu dengan spermatozoa bapak untuk membentuk suatu embrio yang kemudian menjadi bayi. Penciptaan Isa sama halnya dengan penciptaan Adam; yang terlahir parthenogenese, tidak seperti lazimnya manusia yang lain.

Tertulis dalam Injil bagaimana Bunda Maria (Maryam) melahirkan Isa dalam keadaan tidak berbapak sehingga Isa diakui sebagai anak Tuhan. Cerita tentang Maria disebutkan dalam perjanjian baru (al-Ahdu al-Jadîd) yang termaktub dalam Markus:16, Lukas:1 (dua kali), Yohanes:20 (dua kali). Disebutkan dalam Lukas bagaimana Elisabet memberi selamat pada Maria karena telah mengandung anak Tuhan dan bagaimana Maria memuji Tuhan. Yohanes bercerita tentang penampakan Yesus (Isa) pada Maryam dan lain sebagainya. (The Bible Society of Egypt, Arabic New Van Dyck of Egypt, 2002,h.48,50,102,) 

Sedangkan di dalam al-Qur’an hikayat Maryam tertera dalam surat Ali-‘Imrân:32,37,42,43,44,45, al-Nisâ: 156,157,171, al-Mâidah:17, Maryam: 16,27,34, al-Mukminûn:50, al-Tahrîm:12. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Maryam adalah seorang gadis suci, lalu Allah mengutus Jibril untuk memberinya anak laki-laki yang kita kenal dengan Nabi Isa. Dalam Injil, Maryam diceritakan kurang lebih tiga kali. Dan al-Qur’an lebih banyak lagi menceritakan kisah Maryam; terlebih sampai ada satu suratnya yang bernama surat Maryam. Disebutkan dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karîm sebanyak 34 kali ayat yang menyebutkan tentang Maryam; jumlah yang tidak sedikit. Sehingga tidak heran apabila seorang pastur asal Lumajang yang juga tokoh missionaris tertegun ketika membaca terjemahan al-Qur’an, menemukan bahwa Bunda Maria, Tuhannya lebih banyak di ceritakan dalam al-Qur’an dari pada Injil; diceritakan dengan sangat mulia.

Dalam Q.S.Maryam:17 beberapa orang mengartikan kata hanâ (roh kami) adalah Allah. Ditafsirkan bahwa sebenarnya al-Qur’an juga menyetujui bahwa Allah adalah Bapak Isa. Jelas anggapan ini tidak benar, karena al-Qur’an menyatakan berkali-kali bahwa Isa adalah anak Maryam (Îsa ibnu Maryam) dan bukan anak Allah. Arti hanâ (roh kami) yang sebenarnya adalah malaikat Jibril a.s, bukan Allah. Jadi sekali-kali al-Qur’an tidak pernah menggaris bawahi bahwa Isa adalah putra Allah. Di sini terlihat adanya perbedaan antara al-Qur’an dan Injil tentang status Maryam dan anaknya (Isa); dalam al-Qur’an Maryam adalah seorang perempuan yang suci dan Isa adalah seorang Nabi. Dalam Injil, Maria adalah Tuhan Ibu, dan Yesus (Isa) adalah Putra Allah. Walaupun sama-sama dikatakan dalam al-Qur’an dan Injil bahwa Maryam adalah seorang gadis yang mulia (suci). 

Letak kesamaan al-Qur’an dan Injil dalam menceritakan Maryam adalah penceritaan Isa (Yesus) bersamanya. Hampir setiap kalimat dalam al-Qur’an yang menceritakan Maryam. Pasti akan disertai dengan Isa. Begitu juga dalam Injil, yang selalu menceritakan Maria bersamaan dengan Yesus. Wallahu A’lam.
* Penulis kebetulan seorang Mahasiswi al-Azhar University.
(Studi Komparatif antara al-Qur’an dan Injil)
Ika Yunia Fauzia* 
 

0 comments:

Posting Komentar