Kamis, 19 Januari 2012

Teori Sosiologi Kritis Postmodern

Apa itu teori kritis?
Sudah tak dapat dipungkiri berbicara mengenai teori kritik sudah menjadi debat di lingkungan civitas akademika. Demikian pula dengan civitas akademika yang secara independent sudah terprogram oleh madzhab frankfrut sebagai rumusan guna emansipatoris  atas kebudayaan dan kehidupan masyarakat secara umum. Dengan demikian untuk memperoleh makna sejatinya dari teori kritis, kita akan memulai menggunakan pemikiran beberapa tokoh sebelum teori itu timbul (F.B.Hardiman).
1.      Kritik Kantian
Dalam kritiknya ala kant, dimana  kant dapat dikatakan sebagai peneliti dan penyidik akan kemampuan batas rasio dengan tujuan untuk menunjukkan sejauh mana klaim akan kebenaran rasio kita. Disini bagi  kant ingin menguji benar tidaknya sebuah pengetahuan seperti fisika dan metafisika. 
Kant juga dikenal dengan istilah transindental, yaitu sebuah paham bahwa pengetahuan manusia berasal dari atas atau diluar diri manusia. Misalnya ilmu ladunni yang secara langsung diberikan Tuhan, tanpa adanya proses pengaplikasian dalam akal budi maupu secara inderawi. Dari situla inti dari kritik kant adalah ingin melengkapi kebenaran yang yang belum selesai pada masa sebelumnya. 
2.      Kritik Hegelian
Lain kali dengan hegel, bagi dia mengkritik akan pandangan yang dikemikakan oleh kant.  Bagi hegel pengetahuan yang transendental dianggap tidak menggambarkan sebuah pengetahuan yang universal, padahah sebuaha pengetahuan harus terdiri dari syarat-ayarat tersebut, pengetahuan dari tuhan erupakan bentuk pengetahuan yang abstrak, dan semua orang tidak akan memahami secara betul akan transendental tersebu.
Hegel lebih menggunakan Idealisme Objektifnya, yang merupak bentuk pengetahuan alhasil berawal dari fakta-fakta kesejarahan kehidupan manusia. Bagi hegel setiap manusia tidak luput dari lingkungan yang dapat membentuk akan karakteristik mereka. Yakni tidak ada sebuah pengetahuan yang ahistoris, akan tetapi semuanya pasti ada fakta-fakta yang mempengaruhi pada pengetahuannya. 
3.      Kritik Marxian
Jika Hegel konsep kritiknya dalam pemahaman idealismenya, maka mark mengembangkan dengan konsep materialismenya. Mark menganggap pemahaman yang dikemukakan oleh Hegel masih bersifat kabur dan bahkan membingungkan karena dianggap hal itu masih abstrak. Bagi mark dengan cara itu sebuah kritik tidak akan menghasilkan apa-apa bagi praksis karena pragmatisnya tidak jelas. Konsep mark lebih pada tataran yang nampak-nampak (material) dalam masyarakat.
Dengan demikian kritik dalam arti mark disini, adalah usaha guna emansipasi dari penindasan  dan alienasi dalam kekuasaan. Konsep ini bertujuan emansipatoris dengan menyingkap kenyataan sejarah dan masyarakat menggunakan analisisnya, selain itu bukan pula sekedar melukiskan kkejadian masyarakat akan tetapi mark juga hendak membebaskannya. Intinya kritiknya menjadikan teori sebagai praxis emansipatoris.  
4.      Kritik Freudian
Freud dalam menganalisa masyarakat lebih menggunakan pendekatan tindak lanjut perilaku psikis manusia. Dalam arti yang lain kritik adalah refleksi baik dari pihak individu maupun masyarakat atas konflik psikis yang mengakibatkan ketidak bebasan secara innternal, sehingga dengan cara refleksi itu manusia dapa t membebaskan diri dari kekuatan yang mengacaukan kesadaran. Dengan kata lain Freud lebih memperhatikan pada pola kritis antar individu tidak pada aspek yang luas. Sehingga dengan demikian para psikolog menganggap Freud sebagai sosok yang menghadirkan sikolog modern.

Dari keempat kritik tersebut, dimaksudkan oleh para pendiri teori kritis apabila akan menganalisis kenyataan ideologi dari masyarakat zaman kita, secara lazim keekpat macam itu dapat dikatakan kriti ideologi.

Analisis Fenomena
Teori kritis yang dikemikakan oleh Hegel berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat yang historis. Dengan kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis. Dengan menggunakan teori kritisnya dalam arti Hegel, maka disini tidak jauh beda ketika berbicara masalah kegagalan bangsa indonesia. Ketika berbicara masalah tersebut tidak akan lepas secara jauh dari sebuah fenomena mengapa indonesia itu masih  buruk dan terbelakang dalam penyelesaian kemajuan di bidang material ekonominya. Indonesia sebagai salah satu negara terjajah selama kurang lebih tiga setengah abad lamanya, ditindas dan Bahkan banyak yang menjdi korban akibat kekuatan penguasa dibawa penjajahan belanda na jepang. Itu pada masa penjajahan koloneal belanda.
Beranjak dari itu kemudian beralih pada masa orde baru, yang dipimpin oleh salah seorang yang berkuasa selama kurang lebih 23 tahun. Dimana pada masa itu hak asasi manusia serba terbatas, terkecuali hanya orang-orang tertentu yang bisa melontrkan pendapatnya. Dan pada sekarang ini indonesia sudah kita kenal dengan masa demokratisasi, dimana semua orang mempunyai hak dalam berpendapat dengan apapun dan bahkan samapai pada yang berlebihan pun dianggap tidak bermasalah. Dengan demokratisasi punyak upaya indonesia bisa trasparansi dalam segala hal apapun, dan bisa lebih maju dalam segala hal termasuk bidak ekonomi.

Dari fenomena di atas dapat dipahami mengenal negara indonesia tidak sekedar memahami instansinya yang tampak apda sekarang ini, namun lebih pada substansi yang melatar belakangi negara indonesia. Bahwa sejara dan fakta-fakta dapat menjadi dasar ideologi terbentuk akan nilai baik buruknya dan  bisa menentukan akan kemajuan sebuah negara, termasuk indonesia. Maka sebagai analisis terhadap fenomena tersebut, yang tidak lepas sejarah (historis) dan fakta-fakta sebelumnya. Dengan demikian tidak jauh seperti kritik yang dikemukakan oleh Hegel, yakni tidak ada pengetahuan yang lepas dari kesejarahan (tidak ahistoris) semuanya pasti ada fakta-fakta yang menunjukkan pada pengetahuannya. Begitu pula dengan keterbelakangan material ekonomi indonesia, belum masih amoralitas yang membuat korupsi terjadi dimana-mana. Kalau kita refleksi kembali sejarah indonesia membawa pada rasio pemikiran yang berkelanjutan hingga saat ini, indonesia tidak maju-maju karena masih tertanam sikap kekolonealannya.

Dimana-mana terjadi pertentangan selalu ingin menguasai antara yang satu dengan yang lainnya,  yang satu ingin menguasai yang lainnya. Jadi menurut saya itu semua dilatar belakangi oleh sejarah hingga membentuk sebuah karakteristik akan  ksejarahan mereka,  cuman bedanya waktu dulu dan waktu sekarang namu secara ideologis masih tidak jauh beda dari itu. Untuk menggambarkan maksud Hegel, bagi Hegel sejarah merupakan perkumpulan rasio-rasio merefleksikan dalam konflik dan kontradiksi yang membawa banyak korban. Dengan demikian manusia memahami akan siapa dirinya sebanarnya. Proses sejarah manusia memahami siapa dirinya, apa itu masyarakat, dan dalam semesta alam adala proses pembentukan diri rasio.

Positivisme
Positivisme adalah sebuah aliran yang dipelopori oleh seorang filisof prancis bernama Agus Comte memlalui fsika sosialnya yang kemudian disebut sosiologi. Dimana pemikiran yang sederhana ini dicoba untuk mencari sebuah kemapanan akan metodologi sebuah ilmu sosial. Kemudian Comte mengajukan sserangkaian metode dengan upaya penyetaraan antara ilmu sosial dengan ilmu alam. Dimana pada waktu itu ilmu alam dianggap sebagai primadona terhadap perkembangan keilmuan saat itu.

Salah satu teori terkenal dari Comte dalah sering disebut dengan teori evolusi masyarakat. Disini Comte melihat masyarakat dapat bergerak dengan tiga tingkatan; yakni tahap teologis dimana kerangka pemikiran masyarakat pada tahap itu percaya terhadap kekuatan supra natural. Selanjutnya adalah tahap metafisis, diman masyarakat pada masa ini sudah dapat dicirkan mulai melalui kepercyaan terhadap kekuatan-kekuatan abstrak , tuhan adalah sumber kekuatan fisik maupun sosial. Dengan kata lain manusia mulai mencoba menjelaskan berbagai peristiwa dab fenomena alam, mencoba melakukan abstraksi dengan akal budisehingga memperoleh pengertian metafisis. Pada tingkat ketiga dalah positivisme, pada masa ini masyarakat sudah berkembang melalui kepercayaan mereka dengan menggunakan ilmu pengetahuan secara ilmiah.  Pada tahap inilah gejala alam sudah diterangakan menggunakan akal budi dengan berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan dengan metode empirik.  Dalam tahap inilah pemikiran positivistik, empirik dan naturalistik menggantikan otoritas pengetahuan teologis dan pengetahuan metafisis.

Pemikiran Teori Kritis Fase Pertama
Max Horkheimer
Horkheimer yang juga adalah penemu teori kritis, teori kritis yang dikembangkan oleh Horkheimer adalah upaya krtitis yang ditujukan kepada kerangka sosial yang ada pada zaman Marx, Hegel dan Kant. Adapun diantara pemikiran Horkheimer adalah dari teori tradisional ke teori kritis. Teori tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Sikap melestarikan keadaan yang ada, dimana disini tidak menanyakan kenyataan, akan tetapi hanya menerima dan membenarkannya dan menganggapnya sama dengan ideologinya.
b.      Teori tradisional lebih bersifat ahistoris, melupakan masyarakan dalam historisnya. Disni lebih pada memutlakkan ilmu pengetahuan yang universal, dan hanya menjadi salah satu pelengkap dalam masyarakat.
c.   tradisional memisahkan teori dari praksis, tidak mencampurkan dalam penerapan praksisnya lebih pada teorinya saja dan tidak memberikan manfaat dakam masyarakat.

Teori-teori kritis memiliki ciri-ciri:
a.       Kritis kepada masyarakat secara umum
b.      Teori kritis yang bersifat historis bukan ahistoris
c.       Tidak memisahkan antara teori dan prakteknya dan pengetahuan dari tindakannya.
Herbert Marcus
Marcus menyoroti bagaimana rasionalisme zaman ini berfungsi sebagai ideologi dan mendominasi. Dalam arti lain Marcus berpendapat kalau ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang pada sebenarnya dapat membebaskan manusia dari tuntutan untuk bekerja keras ternyata menjadi sistem penguasaan total dalam masyarakat. Yang intinya, Marcus ingin mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi menjdi dominasi yang mengkungkung kehidupan manusia itu sendiri. Maka dengan adanya ilmu oengetahuan dan adanya teknologi berpengaruh terhadap terpuruknya mentalitas kejiwaan manusia, serta terditti dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. (sumber)

0 comments:

Posting Komentar