Selasa, 29 Mei 2012

GETARAN CINTA PENENTRAM JIWA

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu…

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…

( Supardi Djoko Damono )
Orang pasti pernah merasakan indahnya jatuh cinta, katanya bagai terbang diawang-awang, siang hari bagai malam, malam hari bagi siang, yang buruk rupa tampak jelita dan sebagainya. Tetapi satu hal penanda bahwa adanya  rasa cinta tersemai dan bersemayam di jiwa adalah, tergetarnya hati bila  nama objek yang dicinta tersebutkan. Seorang kekasih akan bahagi dan terasa bagai ada getaran di hatinya bila tersebutkan-lah nama yang dicintanya. Itulah salah satu dari penanda cinta. Getar-getar yang tumbuh saat nama sang kekasih tersebutkan. “Sesungguhnya  orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka” (Al-Anfal :2 ).
Sesuatu yang sangat manusiawi, bila sang pecinta mendapati nama kekasihnya tersebutkan pastilah terdapat rasa-rasa yang bersemai. Hanya saja, getaran itu terkadang justru malah membuat hati gelisah, gundah, dan resah bila  getaran tersebut bukanlah berasal dari cinta kepada Rabb semesta alam.  Kecenderungan atau cinta  terhadap sesuatu memang fitrah, maka bila objek cinta itu tersebutkan  wajarlah bila ada getaran yang terpantulkan dari hati sang pencintanya
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) ( Ali –Imran : 14 )

Maka wajarlah, bila seorang ayah yang mencintai anaknya kemudian mendengar nama anaknya diosebut dalam suatu nominasi siswa teladan. Muncul rasa bangga dan  bergetar hatinya, itulah cinta. Maka bukti ketika seseorang itu mencintai Allah seharusnya hatinya bergetar tatkala diperdengarngarkan  nama-namaNya dan bertambah pula iman dalam hatinya.  Dan kecintaan terhadap selain Allah,  sering membuat hati gelisah, gundah, dan resah karena pasti takut bila kehilangan atau ditinggalkan yang dicintanya.  Gelisah itu bias ditepis dengan memperbanyak frekuensi kita  mencintai Allah, dan memperbanyak frekuensi kita mencintai Allah itu  dilakukan dengan jalan menyebut namaNya disetiap waktu dan kesempatan.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.( QS. Ar-Rad : 28 )

Getaran cinta penentram jiwa ini dirasakan juga oleh para sahabat.  Ketika didera ujian dan cobaan , maka dengan dzikrullah dengan  mengingat Allah tentram-lah hati-hati mereka, tenanglah jiwa-jiwa mereka. Dikisahkan ketika itu,  dalam perjalanan hijrah menuju yastrib,  seorang Lelaki dengan setia membersamai Sang Nabi, dalam perjalanan tersebut mereka di kejar oleh pasukan quraisy yang ingin membunuh sang nabi. Maka bersembunyilah mereka berdua di goa tsur. Sebuah Goa yang sangat kecil.  Dari dalam Goa terlihatlah tapak-tapak kaki para  pasukan Quraisy yang mendekat. Maka lelaki tersebut, dialah Abu Bakar Ash Shidiq. Matanya beruarai bukan karena takut nyawanya terancam tetapi takut  bila sesuatu yang buruk menimpa sang Nabi. Maka sang Nabi pun berkata “Janganlah bersedih, apabila ada dua orang yang berhimpun maka yang ketiga adalah Allah” yang kemudian turunlah ayat 40 surat At Taubah “La Tahzan innallaha ma’annaa.., Janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita”.  Seketika itu redalah air mata mata Abu Bakar Ash Shidiq, inilah cinta, inilah getaran yang menetramkkan irtu. Yang bila disebut nama objek cintanya maka tergetarlah hati-hati mereka dan bertambah iman didalam hatinya.

Rasa tentram dalam hati Abu Bakar Ash Shidiq, bahwa ada Allah bersamanya. Menumbuhkan optimisme bahwa pertolongan Allah sangatlah dekat, Allah maha mengabulkan permohonan dan doa hamba-hambaNya. Dan apabila hamba-hambaKU, bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa, apabila dia berdoa kepadaKu hendaklah mereka itu memenuhi perintahKU dan beriman kepada KU agar mereka memperoleh kebenaran ( Al-Baqarah : 186 )

Pertolongan Allah pun tiba,  pasukan Quraisy berlalu meninggalkan goa Tsur. Mereka tidak yakin bahwa  Muhammad yang mereka cari bersembunyi di dalam goa karena pada pintu goa terdapatlah sebuah sarang laba-laba. Dalam benak mereka, bila Sang Nabi sampai bersembunyi di goa itu pastilah  sarang laba-laba itu rusak. Dan siapakah yang membuat sarang laba-laba itu hainga berada disana, dimulut goa, itulah Allah. Bentuk pertolongan Allah kepada hambanya yang dekat.

Dalam kisah lain, Amirrul Mukminin Umar ‘ibn Al khaththab pernah juga mengalami sebuah getaran penentram jiwa ini, saat disebut nama Allah,  Rabb yang  di cinta nya.  Amirrul Mukminin dalam perjalanan dari Madinah menuju Mekkah. Di tengah jalan beliau bertemu dengan seorang bocah yang sedang menggembala domba,jumlahnya banyak sekali hingga hampir menutupi lereng bukit.Tiba –tiba saja muncul sebuah ide dalam benak Khalifah Umar untuk menguji kejujuran bocah gembala tersebut. “Wahai anak gembala, aku ingin membeli seekor ternakmu!” Kata Khalifah Umar ibn Khaththab. “Kambing ini milik tuanku.Aku hanya seorang budak gembala.” jawab bocah gembala. Umar pun kembali berkata “Kambing ini banyak sekali,tuannmu tidak akan tahu kalau berkurang satu . Atau kamu kan bisa bilang kalau kambingnya di makan srigala atau hilang.

Bocah gembala itu terdiam , dan dipandangnya wajah Umar ‘Ibn Kaththab dalam-dalam .Umar pun sampai tak kuasa membalas tatapan sang bocah. Bocah gembala itu lalu mengeluarkan kalimat yang menggetarkan hati Khalifah Umar, “Fa ainallah (dimana Allah ?) ? Tuan saya memang tak melihat , tapi Tuhannya tuan saya Maha melihat.” Umar ‘ibn Khaththab dikenal sebagai seorang Khalifah nan tegas i, yang tak pernah gentar menghadapi musuh sekuat apapun. Namun, ketika mendengar ucapan   nama Allah disebutkan  oleh sang  gembala, beliau langsung gemetar dan hampir Kemudian beliau tak kuasa menahan tangisnya, kalimat pendek yang diucapkan secara spontan  oleh bocah gembala begitu menghujam kedalam dadanya. Bergetarlah ia.

Maka dari kisah ini, kita belajar bahwa cinta mampu memberikan sebuah getaran  yang menentramkan sanubari. Cinta itu adalah kecintaan  kepada Allah yang penanda nya adalah lisan dan hati yang senantiasa berdzikir ingat kepada Allah dan bergetar kala terdengar nama dan ayatNya dibacakan.

Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah
Abu Bakar ash-Shidiq dan ‘Umar ‘bin al-Khaththab adalah dua dari sahabat yang tidak diragukan lagi keimanannya kepada Allah. Maka begitu tersebut nama dzat yang dicintainya tergetar hatinya yang bening syahdu dan makin kokoh keimanannya. Lalu bagaimana dengan kita? Bisakah kita mampu meniru dua manusia terbaik sepanjang sejarah itu?

Mendekatkan diri kepada Allah sehingga terasa kehadiran-Nya sehingga saat asma Allah disebut maka bergetar hatinya. Semua itu, bisa terjadi bila hati memiliki kebeningan, hati yang selalu bersih dari dosa maksiat akan berdenting dan bergetar kala mendengar asma Allah disebut. Maka langkah yang paling pertama harus dilakukan adalah pembersihan dan pensucian jiwa. Dengan memperbanyak istighfar dan taubat ketika telah berbuat dosa. Dan perintah untuk menjaga kebeningan dan kesucian hati ini, juga merupakan perintah Allah kepada Rasulullah saw. Kepada umat-umatnya seperti yang terdapat dalam surah Al-Jumu’ah ayat 2.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Jumu’ah : 2)

Dengan  beningnya hati, maka kedekatan terhadap Allah makin terasa. Dengan kebeningan hati maka akan makin ringan melakukan amal-amal shalih, seperti yang diungkapkan oleh ‘Utsman bin Affan r.a. “Sesungguhnya bila hati itu bersih, maka tidak akan pernah kenyang membaca Al-Quran”.

Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ingat Allah, begitu juga dengan shalat yang merupakan dzikir akbar. Usaha mengingat Allah ini tidak akan bisa dilakukan bila  hati kita dalam keadaan keruh bergelimang maksiat. “Al-imanu yazidu wa yankus, iman itu bisa naik dan bisa turun,” begitu Rasulullah mengingatkan. Secara prinsip, iman dapat naik bersamaan dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah swt. Sebaliknya, iman dapat turun bersamaan dengan semakin berkurangnya ketaatan kepada Allah swt. (banyak maksiat). Dan tentu apabila iman sedang turun dan berselimut maksiat denting getar cinta ketika asma Allah disebut tidak akan terdengar juga tidak akan terasa. (Ard)
wallahu a'lamu bishawab

sumber

0 comments:

Posting Komentar