Kota itu bernama Rikuzentakata, terletak di prefektur Iwate, Tohoku, Jepang. Berdiri pada 1 Januari 1955 dan berhadapan langsung dengan teluk Hirota yang permai, kota itu memiliki luas 232,29 km persegi yang dihuni 26.000 jiwa. Citra satelit ASTER milik NASA yang diambil pada 1 Maret 2007 memperlihatkan indahnya kota yang telah dilindungi tanggul penahan tsunami lengkap dengan watergate (pintu air) yang akan menutup otomatis begitu tsunami terdeteksi.
Namun gempa akbar Tohoku 2011 dan tsunaminya mengakhiri hidup kota ini. Pintu air gagal menutup kala tsunami terdeteksi, dan sejumlah 25 petugas pemadam kebakaran yang mencoba menutupnya secara manual terlalu terlambat. Tsunami datang menerjang dengan hebat, sebagai hasil amplifikasi Teluk Hirota dihadapannya. Dengan tanggul dan shelter dirancang hanya untuk mengantisipasi tsunami setinggi 4 meter, tsunami kemarin ternyata setinggi 15 meter (paling tinggi dalam gempa akbar Tohoku) dan menggenang jauh ke daratan.
Rikuzentakata pun tersapu bersih. 75 % bangunan rusak berat dan hancur oleh hantaman tsunami. 300 hingga 400 jenazah telah ditemukan di pelosok kota ini, namun estimasi kasar menyebutkan 20 - 40 % penduduk tewas dalam kejadian tsunami paling besar dan paling memilukan bagi Jepang ini.
Rikuzentakata, kini tinggal kenangan. Kota ini mungkin takkan pernah dibangun lagi. sumber
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar