Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama kita mencakup semua sisi kehidupan. Sejak bangun tidur hingga akan tidur kembali, ada adab-adab dan do’a dalam rambu-Nya. Tidak ada satu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan dalam islam. Semua urusan selalu tak terpisahkan dari nilai-nilai Islam, walau masalah tersebut (bagi umat manusia) nampak kecil dan sepele. Al-Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
Aminy sohibku memiliki putra satu, ia wanita Polandia asli. Ia amat kesal dengan penduduk sekitar yang selalu meremehkannya. Aminy tampak berbeda dengan orang sekitarnya, baginya, bentuk tubuhnya tidak ideal. Aminy kira-kira dua puluh senti meter lebih tinggi dariku (tinggi badanku sekitar 165cm), ia bilang dengan sedih, “Saya kurus banget, deh sister…” Saya katakan padanya, “Duhai sister, kamu memang berbeda dari orang sekitar, karena kamu memakai kerudung, kamu Muslimah cantik, sedangkan mereka tidak mengenal Islam. Kurus gemuk-kan bukan masalah, Sist, malah kamu enak, tidak perlu gundah memikirkan kelebihan lemak di badan, hehehe…”, Aminy jadi ikut tertawa.
Namun Aminy memang trauma dengan masyarakat di lingkungannya sendiri, (Saya pun demikian, saya bisa bilang, betapa kunonya masyarakat Orthodok Krakow, ruwetnya berurusan dengan mereka, setelah memasuki tahun ketiga disini.) mereka tidak memikirkan perasaan orang lain, budaya ‘warisan’ sistem komunis masih amat kental disini. Aminy memasuki cahaya Islam saat mulai menyukai sosok seorang brother Muslim.
Aminy pernah berada di atas Tramwajem dengan kerudungnya, orang-orang (yang menunjukkan mimik muka tak senang) secara sengaja ada yang mendekat padanya, dan mencemoohnya. Dan ada pula yang (entah sengaja atau tidak) menginjak sepatunya, lalu nyelonong tanpa meminta maaf. Sakit kaki dan hatinya.
Maka, Aminy amat bahagia tatkala brother Muhammad meminangnya, Sang Suami dapat lebih menjaga dirinya, mengantarkannya ke tempat-tempat beraktivitas di sela kesibukannya. Alhamdulillah…
Aminy ketika pertama kali jumpa denganku di Masjid amat kaku, wajahnya tampak menerka-nerka, mungkin karena diriku tidak langsung menyambut kedatangannya saat masuk, sebab saat itu bayiku sedang menyusui. “Aha! Ternyata ini toh yang namanya sister Aminy, Saya sudah lama ingin bertemu, duhai Sister…”, kataku saat itu setelah suasana mulai mencair.
Sister Aminy punya freezer besar di rumahnya, fungsinya untuk menyimpan daging halal. Ia dan suaminya yang merelakan waktu mereka untuk ke luar kota, ke peternakan yang khusus memotong daging secara Islam. Jarak kota itu dari Krakow sekitar dua jam perjalanan.Mereka amat baik hati, daging halal yang sudah dijemput dari luar kota itu, biasanya mereka antarkan kepada kami (brothers dan sisters di berbagai sudut Krakow) alias para pelanggan setia yang membeli daging tersebut. Karena harganya mahal serta penatnya pulang-pergi kesana, pemesanan dilakukan sebulan sekali atau dua bulan sekali saja.
Aminy erat memelukku, “Iya… saya juga sudah lama ingin berjumpa sister Ummu Azzam… Barokalloh…”, ujarnya seraya memperkenalkan mujahid ciliknya. Kami pun bercakap-cakap. Beliau punya pekerjaan sampingan di hari kerja, sehingga tak dapat sering berjumpa karena padat jadwal hariannya.
Pertemuan ke sekian kalinya di kala Iedul Adha 1432 H, sister Aminy bercerita bahwa sudah sejak bulan lalu, ia masih belum bisa menjemput orderan daging halal lagi. “Ada apa Sister? Subhanalloh, kami amat berterima kasih lho, karena kamu dan Suamimu selalu merelakan waktu untuk pembelian daging halal buat kami, Sist….”, kataku.
“Iya, Sist… Saya sangat mengerti betapa pentingnya menjaga kehalalan makanan dalam Islam. Makanya saya sedih, bulan lalu kami pergi seperti biasa, namun karena sedang musim liburan, (memang ada libur khusus memperingati hari kematian dalam tradisi disini) maka banyak petugas polisi yang menjaga batas-batas kota, kemacetan dimana-mana. Nah, waktu itu, mobil kami distop oleh polisi, dan karena passport Suami dan anakku bukan Poland, jadi kami tak boleh melanjutkan perjalanan. Malah didenda karena beberapa hal pelanggaran. Saya minta izin berkali-kali hanya untuk ke peternakan, namun tidak diperbolehkan oleh Si Petugas, maka kami harus putar-balik menuju ke Krakow lagi tanpa membawa daging halal…”, cerita Aminy.
Saya berusaha membuatnya tersenyum lagi, “Sister, yang pasti, Allah ta’ala sudah memberimu reward, keluarga kalian amat hebat, meluangkan waktu berjuang mendapatkan daging halal. Kami semua menikmati daging tersebut, masuk ke peredaran darah dan tubuh ini sehat, kuat, sehingga bersemangat dalam beribadah, subhanalloh… Tidak apa-apa, Sister, bulan ini kita tak memperoleh daging ayam atau sapi, namun nanti usai sholat Iedul Adha kan brothers akan memotong daging domba di peternakan, kita do’akan saja semoga perjalanan mereka lancar, amiin…”, celotehku.
Sister Aminy terharu, ia ucapkan, “Saya ingat waktu dulu di kedai pertama kali jumpa Aysha, sist… Persaudaraan dalam Islam adalah tulus dan tanpa pamrih. Saya menegurnya karena ia berkerudung Muslimah, kemudian kami akrab dan ia malah membawakan belanjaanku. Sister lain malah menggendong putraku. Semuanya tersenyum dan menyejukkan hati. Tidak seperti orang sekitar yang kukenal biasanya, kalau menolong, yah harus diberi upah, atau menampakkan muka tak senang jika menghadapi anakku yang sangat aktif ini…” Begitulah Sisterku, “Islam memang indah. Secuil senyum adalah ibadah. Berpeluk erat dengan sesama sister kita seraya mendo’akannya pun memiliki nilai ibadah. Berkirim pesan nasehat dan kritik pun adalah ibadah. Semua aktivitas memiliki penilaian di mata Allah subhanahuwata’ala…”, ujarku, Sister Aminy berpegangan tangan denganku.
“Bukan hanya itu kebahagiaan bagiku saat sudah memeluk Islam, sist… Allah selalu memberikan jalan terbaik, Saya yakin bahwa peristiwa bulan lalu pun ada hikmahnya…”, kata sister Aminy.
Memang Sang Maha Pencipta telah mengingatkan kita jika memiliki sekelumit problema, Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (QS. Al-Baqarah [2] : 45). Hitungan kesabaran dalam menapaki jalan perjuangan adalah bernilai tinggi di sisi-Nya, alangkah beruntungnya hamba ya Allah, kami memeluk agama yang benar, kami berada dalam bimbingan-Mu, maka kami memohon semoga Engkau selalu melimpahkan cinta dan keridhoan-Mu serta memberikan penjagaan terbaikMu sepanjang waktu, amiin.
Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, Salam ukhuwah dari Krakow, malam 8 Muharram 1433 H)
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar