Selasa, 27 Desember 2011

Perkembangan Psikologi pada Masa Renaisans

Konteks sosial dan intelektual
  • Masa Rennaisance
Masa ini merupakan merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman, ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity. Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih dari satu perspektif.
Masa Renaissance diikuti oleh masa reformasi dari Luther dalam agama Kristen, yang memiliki dua arti penting. Pertama, reformasi Luther semakin melemahkan pengaruh gereja dan mendukung kemandirian manusia dalam mengelola imannya kepada Tuhan. Kedua dengan peperangan yang ditimbulkan reformasi, terungkap pula sisi negative dari kemanusiaan seperti penindasan, penderitaan, dan rasa tidak berdaya manusia.
  • Masa Revolusi Ilmiah
Ada beberapa pandangan penting tentang manusia pada masa ini :
Pola pikir yang lebih mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem, dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
    • Teori Newton tentang gravitasi
    • Heliosentris Copernicus (bertentangan dg Galileo)
    • Mind-body solution dari Descartes
Nature philosophy : alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif dan eksperimental.
Implikasinya adalah munculnya diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan empiri menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the queen of science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.

2. Pengaruh pada psikologi: (klik pada tab untuk melihat isinya)
2. A. Sebagai bagian dari ilmu filsafat
pemikiran tentang manusia mau tidak mau ikut terpengaruh, meskipun demikian psikologi belum siap menjadi ilmu yang empiris karena diskusi tentang aktivitas manusia belum tuntas : apa yang menjadi obyek studi psikologi ? Oleh karena itu diskusi di masa ini terfokus pada hubungan soul-body dan bagaimana pengaruhnya dalam aktivitas manusia. Pandangan dua tokoh utama :
Rene Descartes (1596-1650)
  • Menekankan pada pentingnya self-awareness terhadap pengalaman kita, cogito ergo sum. Descartes menjadi filsuf pertama yang menekankan kekuatan faktor internal manusia sebagai satu-satunya kekuatan yang dapat dipercaya, dibandingkan dengan faktor eksternal. Ide-ide spritual, pemahaman tentang dimenasi waktu dan ruang, semua bersumber dari kekuatan internal, berbeda dari tradisi berpikir filsuf sebelumnya yang menganggap pemikiran ini berasal dari lingkungan eksternal.
  • Ide tentang soul-body melahirkan Cartesian dualismyang sangat populer dan digunakan oleh para filsuf lainnya juga :
    • Soul (dinyatakan dalam mind): sebuah entity yang berbeda dan terpisah dari body, lebih mudah dipahami oleh manusia karena ada proses self reflection/self awareness yang diasumsikan inherent pada manusia.
    • Body : entity fisik pada manusia yang tunduk pada prinsip mekanisme fisiologis, sama seperti yang terjadi pada hewan. Namun pada manusia, aktivitas fisik tunduk pada perintah mind.
  • Dengan demikian faktor mind-lah (kemampuan untuk self-reflection) yang membedakan manusia dari binatang dan menjadikannya makhluk yang secara intelektual lebih unggul.
Hubungan antara mind-body bersifat psychophysical yang berpusat pada kelenjar pineal. Proses badaniah dipelajari dalam bidang fisiologis dan aspek mind dipelajari oleh psikologi. Descartes menjadi filsuf modern pertama yang mendefiniskan obyek studi psikologi sebagai mind.
Gottfried Wilhelm von Leibnitz (1646 – 1716).
  • Berasal dari Jerman. Tradisi filsafat Jerman sifatnya memandang proses mental secara lebih aktif. Body and soul tidak dipandang sebagai dualism, tetapi lebih dipandang sebagai aspek yang integratif dari aktivitas manusia. Mind memiliki unsur inherent yang dinamis, yang memungkinkannya berperan aktif terhadap lingkungan.
  • Pandangan yang lebih aktif ini tidak lepas dari konteks politis Jerman pada masa itu yang lebih bergejolak dibandingkan Inggris, dimana masih terjadi konflik antar agama yang disertai juga dengan konflik regional (Perang 30 tahun).
  • Leibnitz : “ Nothing is in the intellect that has not been in the senses, except the intellect itself”. Mind memiliki prinsip dan kategorinnya sendiri yang sifatnya innate dan esensial untuk pemahaman. Idea sifatnya innate, maka proses berpikir adalah proses yang terjadi tanpa henti , ada dimensi sadar dan tidak sadarnya.
  • Konsep monad sebagai energi pendorong pada setiap makhluk. Yang juga akan menentukan keunikan individu. Pada manusia, monad ini adalah mind.
2. B. Usaha untuk menjadikan pengetahuan mengenai manusia menjadi empiris:
menguatkan warna ‘natural science’ dari studi mengenai manusia. Pandangan seperti ini dipegang oleh aliran empiricism.
Pandangan utamanya :
  • Pengetahuan berasal dari pengalaman. Tidak mengakui adanya pengetahuan yang sifatnya bawaan. Diwakili oleh pandangan Locke tentang tabula rasa – manusia lahir bersih seperti tabula rasa dan pembentukannya tergantung banyaknya isi tabula rasa tsb.
  • Pengalaman bersumber pada pengolahan manusia, mulai dari pengolahan yang sederhana seperti sensasi (Locke), persepsi sebagai satu-satunya proses pengolahan (Berkeley) hingga yang lebih kompleks dan mendalam seperti refleksi.
  • Pengetahuan yang diperoleh dari pengolahan sederhana juga lebih sederhana namun lebih obyektif daripada pengetahuan yang diperoleh melalui proses mendalam. Penyebabnya adalah semakin sederhana, semakin sedikit melibatkan unsur subyektifitas manusia.
  • Mulai memikirkan tentang hukum-hukum asosiasi, misalnya contiguity dan similarity (Locke,Berkeley, Hume) dan cause-effect (Hume).
  • Mind diakui keberadaannya namun berbeda dari satu orang ke orang lain, karena isinya ditentukan oleh pengalaman org tsb.
  • Perbedaan intensitas dalam obyektifitas, mulai dari pandangan yang hanya mengakui keberadaan dunia riil (Locke) hingga yang lebih subyektif (Berkeley dengan pandangan Tuhan sebagai sumber data dan Hume dengan penekanan pada manusia).
  • Sumbangan utama pada psikologi : pengakuan adanya natural world and realistic world sehingga pengujian empiris menjadi penting, pengakuan pentingnya unsur pengalaman/lingkungan.
Tokoh-tokoh
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
Thomas Hobbes (1588 – 1679)
  • Filsuf ini berasal dari Inggris. Pada masanya Inggris sedang mengalami titik puncak di bidang politik dan ekonomi, muncul sebagai kekuatan nasionalis dominan di Eropa dan menguasai dunia dengan kolonisasinya. Oleh karena itu pemikiran tentang politik berkembang subur di Inggris.
  • Seorang empiris sejati, menyatakan bahwa segala yang eksis dapat diamati, konsep matter and motion.
  • Mind membentuk knowledge melalui asosiasi.. Sensasi yang dirasakan melalui pengalaman manusia diasosiasikan dan membentuk pengetahuan.
John Locke (1632-1704).
  • Berasal dari negara dan konteks sosial yg sama dengan Hobbes. Juga seorang empiris yang cukup berpengaruh pada jamannya. Sebagai seorang filsuf ia juga terlibat secara aktif dalam politik.
  • Hubungan soul-body : There is nothing in the mind that was not first in the senses. Faktor eksternal lebih kuat daripada faktor internal. Dikuatkan pula dengan teori tabula rasanya.
  • Sensasi-self reflection-ideas. Meskipun pada awalnya mind dikembangkan melalui unsur badaniah, namun kualitas mind penting bagi Locke. Dua mekanisme mental yang penting : asosiasi dan self-reflection.
George Berkeley (1685 – 1753).
  • Mengkritik tajam Locke, memiliki pandangan yang bertentangan dengan Locke. Seolah-olah realitas muncul dari konteks badaniah. Menurut Berkeley realitas muncul dari persepsi kita yang didorong oleh prinsip asosiasi. Jadi mind mendominasi body (seperti Descartes).
C. Asosiasionisme:
  • Merupkan aliran yang berkembang dari empirism. Sumber pengetahuan masih sekitar ide dan sensasi (James Mill).
  • Para ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi dari mind adalah pengalaman yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap rangsang lingkungan. Pemikiran tentang asosiasi ini terutama berkembang di Inggris dan awal bagi penekanan pada belajar dan memori.
  • Penjelasan asosiasi berfokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi, seperti law of contiguity-informasi yang muncul bersamaan secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu pengetahuan (Hartley, James Mill), law of similarity- informasi yang sama akan dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari elemen dasar yang membentuk sesuatu yang berbeda dari masing=masing elemennya (John S. Mills) . Pada intinya, penginderaan dan feelings dapat membentuk satu keterkaitan dan masuk bersama ke dalam mind sebagai satu pengetahuan, sehingga apabila salah satu muncul yang lain akan ikut dimunculkan (Bain)
  • Inisiatif untuk menjelaskan proses asosiasi melalui proses fisiologis, penggambaran proses neurologis otak dan refleks syaraf, menjadi pelopor untuk physiological psychology (cth. Hartley, Bain).

Usaha Menerangkan Psikologi secara Ilmiah Semu.
Ada masanya juga psikologi dicoba untuk dijelaskan melalui beberapa ilmu yang berkembang tanpa metode yang betul-betul ilmiah. Ilmu –ilmu ini dikenal sebagai ilmu semu, seperti phrenologi, phisiognomi, dan mesmerisme. Gejala yang sampai sekarang terasa pada munculnya ‘parapsikologi’. (sumber)

0 comments:

Posting Komentar