Saat mereka menemukan cahaya Islam, ada suatu perasaan mendalam, bercampur aduk gejolak hati, terutama rasa lega dan bahagia karena berjumpa agama Allah yang merupakan satu-satunya agama yang benar. “Sukar melukiskan perasaan itu. Perasaan tentang bagaimana saya begitu percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah, serta Muhammad adalah Rasulullah… kemudian saya menjadi turut emosi ketika orang-orang kafir menghina agama-Nya, mencaci-maki rasul-Nya, dan saya pikir itulah bukti bahwa saya sudah merasa memiliki Islam dalam hidup ini…”, brother Sholeh bersemangat mempelajari islam.
Dulu masa kecil, mereka ‘ngikut’ saja merayakan berbagai pesta keagamaan orang tua dan kakek-nenek mereka. Bahkan mereka dijejali cerita-cerita yang tak pernah terjadi, bahkan orang tua mereka sendiri tak dapat menjawab jika anak-anak mempertanyakan kebenaran cerita yang diutarakan. Lantas demikianlah kebanyakan pengalaman pemuda Islam Muallaf di berbagai belahan bumi, mereka melakukan pencarian sendiri tentang siapakah Pencipta, siapakah Sang Pemelihara, Sang Pelindung Yang Maha Berkuasa itu? Subhanalloh… “Dan saya menemukan agama Islam, saya yakin ini adalah agama yang benar. Saya lega dan tidak stress lagi saat mempertanyakan tentang keberadaan diri saya di dunia ini…”, ringan sekali ucapan sister Von.
Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Pemberi Hikmah, diri ini sering kesal berada di Krakow-nun jauh dari pertiwi, namun ternyata saudara-saudariku ini merupakan pembawa senyum dan penghibur jiwaku. Jika saya tak berada disini, tentu tak mungkin berjumpa mereka di masjid Krakow ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berwasiat, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu”. (HR. Muslim)
Perjalanan hidup yang ditetapkan-Nya tak hanya misteri yang membawa rasa penasaran, namun juga merupakan skenario terindah yang merupakan pelajaran-pelajaran paling berharga, kelak kita bawa ‘catatan tugas’ sebagai bekal di saat hari pertanggung jawaban.
Brother Sholeh bilang, “Tidak mungkin seorang manusia bisa sebebas-bebasnya berbuat tanpa batas. Sangat masuk akal ketika Allah memerintahkan kita untuk beribadah. Peraturan merupakan hal penting, kebutuhan primer dalam hidup manusia. Kalau tak ada aturan, bagaimana kita bisa hidup dengan tertib dan berada dalam koridor yang tepat?!”.
Sungguh mereka amat beruntung, Syekh (yang telah membimbing bersyahadat pertama kalinya buat sister Von) mengatakan, “Hari terbaik dalam hidupmu adalah sekarang. Ketika kamu bersyahadat, Subhanalloh… Kamu bagaikan bayi yang baru lahir, sekarang tulislah lembaran-lembaran hidup dengan baik, jangan ulangi kesalahan-kesalahan masa lalu ketika kamu belum ber-Islam. Jangan sia-siakan hidayah Allah Subhanahuwata’ala…”
Tentu saja ada perubahan dalam gaya hidup sehari-hari. Mereka yang biasanya mau minum alkohol jika bertamu ke tempat saudara atau tetangga, lantas setelah memasuki jalan Islam, mereka tak mau lagi meminum alkohol yang disuguhkan. Sehingga dianggap bersikap tidak sopan. Biasanya juga mereka makan apa pun yang mereka mau, kemudian ketika sudah ber-Islam, setiap makanan yang dibeli selalu dibaca dulu ‘bahan pembuat makanannya’. Jika ada content non-halal, mereka tak akan membeli dan tidak memakannya. Begitu pun isi dapur di rumah, lemak-babi yang biasa dijadikan bumbu penyedap tentu segera dibuang, panci-panci mereka ganti yang baru dibeli, sebab panci lama sering bercampur baur dengan masakan daging babi. Meskipun sebenarnya dalam kajian fiqh, peralatan memasak bisa disucikan dengan air dan tanah, namun tatkala saudara kita ini memasuki fase terindah: cahaya Islam dalam hidupnya, begitu bersemangatnya mencari tau apa-apa yang boleh dan apa-apa yang dilarang, kehati-hatiannya sering diartikan sangat berlebihan oleh orang sekitar.
Bagi Muslimah seperti sister Von, ujug-ujugpakai hijab, orang-orang dalam keluarga besarnya serta masyarakat sekitar langsung mencaci, “Gila! Si Von sudah jadi gadis gila! Mana bisa hidup dengan gulungan selimut di badan!”
Yah, dalam agama kita ini, brothers di Krakow pernah mengulang-ulang kalimat, “Terserah orang lain mau bilang apa… Kita perhatikan saja ketulusan niat, kelurusan hati, dan kekokohan tekad kita. Lakukan saja semua aktivitas ibadah karena mengharap keridhoan Allah, kita berserah diri pada penilaian Allah…katakan dalam diri ‘I don’t care’ terhadap cacian orang-orang. Jangan jadi beban pikiran. Istiqomah, berprinsip adalah kelebihan dalam agama kita, tak ada plin-plan, yang halal dan yang haram sudah komplet penjelasannya. Toleransi dilakukan untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan prinsip aqidah kita.” Kini, banyak Muslim yang salah kaprah memaknai toleransi. Ucapan selamat ketika perayaan hari natal, nyepi, dll, serta ikut menggunakan topi sinterklas dan menghadiri ‘doa bersama’ sering dianggap tanda toleransi. Berbaju tapi terbuka aurat pun bahkan menggunakan alasan toleransi, berfoya-foya menggelar pesta pernikahan dan bercampur baur lelaki& perempuan juga dikarenakan kata toleransi. Astaghfirrulloh…
Al-Muhajir (orang yang hijrah) adalah yang meninggalkan keburukan, yang terbaik di mata Allah ta’ala bukanlah orang-tanpa keburukan, melainkan orang-orang yang senantiasa menjaga keimanan, memohon ampun atas kesalahan dan meninggalkan keburukan, berhijrah. Dan hanya dalam agama mulia ini ajaran akan hijrah itu ada. Hijrah menuju keselamatan, bersujud langsung kepada Sang Pencipta, mengakui dosa-dosa tanpa perantaraan manusia lainnya.
Banyak brothers dan sisters yang ‘new Muslim’ merasa tidak nyaman dengan sikap orang-orang sekitar mereka, sebab Islam dianggap sebagai agama eksklusif, orang muslim dipandang sebagai orang yang tidak normal, terlalu banyak peraturan dan terkekang dalam semua aktivitas.
“Mungkin kalau mereka pun menerima hidayah Islam, pandangan itu bisa berubah. Kadang-kadang pengingat saya ketika merasa minder adalah firman Allah tentang ‘Pada hari itu kami kunci mulut-mulut mereka. Tangan-tangan dan kaki-kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang mereka lakukan.’ Ketenangan hidup hanya ada dalam agama Islam. Rumah, istana, mobil mewah tak dibawa mati. Hari kiamat dinantikan, perhitungan kelak dijalankan, Alhamdulillah, I am Moslem, Alhamdulillah saya berada dalam tuntunan jalan Allah…” ujar sister Von, senada dengan brother Sholeh.
Subhanalloh, setiap hari kita memetik pelajaran atas didikan-Nya. Mari syukuri segala nikmat-Nya, Puji syukur atas semua hal yang kita peroleh hingga detik ini, tetaplah optimis dengan penilaian terbaik Allah ta’ala, tak ada waktu buat memikirkan ‘apa kata orang’… Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, @Islamic-Centre Krakow, malam 3 dzulhijjah 1432 H)
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar