Selasa, 20 Desember 2011

Muallaf Krakow Berbagi Kisah (6) : Menjaga Kesucian Cinta

ilustrasi: Croatia Muslim Couple


Tadinya brother Hasan adalah aktivis Gereja yang sangat sibuk, sejak usia sekolah hingga lulus universitas, dia memang amat aktif di berbagai kegiatan. Suatu hari, ia jatuh cinta, waduh, ia gambarkan suasana hati yang amat fantastis, setiap hari terbayang-bayang ‘si wanita yang dicintai ini’.
Perempuan cantik bermata biru yang biasa dilihatnya melalui jendela apartmen, ternyata adalah seorang mahasiswi di universitas lain, beberapa menit perjalanan bus kota dari rumahnya. Mungkin si cewek punya teman yang rumahnya berdekatan dengan brother Hasan.
Hasan bukan orang yang agresif, dia hanya memendam rasa cinta tersebut. Ia memang selalu terbayang-bayang wajah si cewek di kala momen apa pun juga, ibarat lagu dangdut Indonesia, “Mau makan, teringat dia…Mau tidur, teringat dia…”, pokoknya capeeek deh, masa’ sih ingat dia melulu, bisa mengganggu konsentrasi dalam aktivitas lainnya. Namun Hasan tidak menjadi ‘gelap mata’, ia perlahan mencari tahu tentang si cewek, yah dipikirnya, “Siapa tahu memang jodoh…”, kira-kira begitu.
Suatu hari, Hasan kaget, si cewek memakai kain di kepala, (seperti kerudung) padahal kain itu adalah syal panjang. Melalui teman dari cewek itu, Hasan jadi tahu bahwa cewek bermata biru itu sudah menjadi Muslimah. Lantas Hasan menggunakan ‘ilmu dari Paman Google’, ia cari segala hal tentang Muslimah, apakah Muslimah itu? Bagaimanakah kehidupan Muslimah? Kenapa Muslimah berpakaian seperti itu? Dan lain-lain. Dengan cara ‘keluyuran’ di media-media Internet pula, Hasan menemukan berbagai informasi tentang Islam. Ia amat tertarik akan agama ini.
Tak disangka, di suatu sore, awan berarak sore tiba berteman angin kencang, di sudut apartmen tua, Hasan melihat sosok orang berwajah asing (bukan pria lokal, ia menyebutnya seperti wajah dari Jazirah Arab) sedang berpelukan dan bersikap mesra dengan si cewek ‘inceran’ Hasan tersebut. Bagaikan ada petir menyambar hatinya, jantungnya terasa akan copot, oalah, sedihnya brother Hasan. “Selamat sore…”, ia mencoba menyapa kedua insan yang sedang mesra itu. Si cewek dan pria itu membalas, “Selamat sore…”, sambil tersenyum. Selanjutnya Hasan melangkah gontai ke arah apartmennya. Mencoba menyembunyikan nuraninya yang sedang ‘hancur’ bagaikan gempa bumi.
Segera Hasan menemui tetangganya yang merupakan teman si cewek. Ia hanya ‘pura-pura’ ingin tahu, “Siapakah pria yang menemani temanmu itu? Rasanya saya pernah melihatnya…”, tanya Hasan. Jawaban tetangganya makin membuatnya hampir pingsan, “Ooooh… itu Suaminya, teman saya itu sekarang berSuami…” Begitulah, peristiwa ‘jatuh hati’ alias cinta bersemi kepada cewek pujaannya, ternyata langsung menjadi tragedi buat hati Hasan.
Tapi, eitss, jangan terburu-buru bilang ‘tragedi’, Hasan sekarang sudah tahu, bahwa cewek pujaan bermata biru itu masuk Islam karena ingin dinikahi oleh si teman Arabnya, pernikahan itu adalah jenis ‘kawin kontrak’. Hasan mengetahui hal itu setelah kebingungan melanda, tatkala ia melihat beberapa kali, koq si cewek gonta-ganti Suami? Padahal di dalam Islam, tak ada ‘kamusnya’ cewek punya Suami banyak, begitu pikir Hasan. Luluh… Hasan berbalik malah ingin tahu banyak tentang Islam, bersungguh-sungguh untuk menjadi Muslim, ia luluh pada cinta yang sesungguhnya, yaitu pada Sang Pencipta. Ia yakin bahwa Allah SWT sudah melindunginya dari jalan ‘cinta’ yang keliru.
Dengan mudahnya Allah ta’ala ‘menjaga hati’ sesiapa yang dikehendaki-Nya. Brother Hasan tak lagi mencintai si mata biru itu, ia bersyukur bahwa ia masih waras, dan tak tergoda si mata biru lebih jauh. Si cewek ternyata membiayai kuliahnya sendiri dengan cara dinikahi secara kontrak oleh orang-orang Syi’ah, kadang hanya nikah dua minggu, dua bulan, atahu bisa saja sampai setahun, tergantung keperluan ‘Suaminya’. Si cewek tak tahu apa-apa selain ‘diajak bersyahadat’, maka jadilah ia Muslim, padahal rukun-rukun Islam tak dijalankan, Naudzubillahi minzaliik.
Hasan bilang, “Saya malah jauh lebih mencintai Islam. Alhamdulillah telah ada jalan yang indah bagaimana saya bisa menemukan cahaya Islam…” Subhanalloh, brother Hasan sangat mantap berbicara demikian.
Suatu hari, di kala sholat Jum’at, brothers lain melihat Hasan beranting-anting, namun brothers lain merasa segan menegurnya. Di jum’at selanjutnya, Hasan masih menggunakan anting-anting, maka ada seorang brother yang biasa ‘blak-blakan’, bilang, “Kamu baru menjadi Muslim, yah Brother?”
“Iya, saya mencinta Allah, Saya mencintai rasul-Nya. Saya Muslim, baru saja beberapa bulan lalu…”, kata Hasan.
Brother kita lainnya bilang, “Muslim laki-laki tidak boleh beranting-anting, menindik telinga, memakai emas, it’s Haram, Brother…” Selanjutnya ada yang menerangkan padanya tentang hal tersebut, menggunakan bahasa Poland.
Brother Hasan kaget, “Oh ya…?! Waduh saya baru tahu…Ya Allah, I’m sorry…”, katanya. Secara langsung detik itu juga, ia lepas anting-antingnya, ia lepas kalung emasnya, dan ia ulang kata-kata, “I am sorry, Allah… saya benar-benar baru tahu…” Sami’na wa atho’na, bisiknya.
Subhanalloh, sungguh takjub melihat keseriusan brother Hasan dalam menjaga kesucian cinta pada-Nya. Ternyata di tengah fenomena bebasnya pergaulan remaja, gemerlapnya penilaian duniawi, ternyata masih ada pemuda Eropa yang menjaga diri dari gemerlap godaan di sekitarnya. Brother Hasan dan brothers lainnya yang Muallaf pun menolak dikasih zakat, (padahal Muallaf berhak atas Zakat), ia bilang, “Saya sudah bekerja. Saya harap Zakat tersebut memang bisa diberikan untuk saudara-saudari kita lainnya, yang lebih membutuhkan dari pada saya…”
Ia sekarang mencoba belajar mengaji, membaca Al-Qur’an dengan baik. Ia tak ingin masa mudanya hancur berantakan seperti banyak pemuda di daerahnya. Biasanya pemuda Islam selalu berprestasi, kreatif dan mandiri. “Minum alkohol, buang duit buat rokok, dan wanita adalah kesenangan bagi banyak pemuda di sekitarku. Padahal mereka sadar bahwa semua itu adalah sama dengan membunuh diri sendiri, mematikan hati, kreatifitas, dan merugikan usia, serta membuang harapan dan cita-cita orang tua…”, ujarnya.
"Semoga menjadi iktibar buat kita semua, Allah ta’ala mengingatkan kita, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa (kepadaNya) dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."(QS. Ali-‘Imran [3] : 102)
Mohon turut dido’akan, semoga kita selalu berbalut hidayah Islam, dalam perlindungan dan cinta-Nya. Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, @Islamic-Centre, Krakow, malam 12 Dzulqa’dah 1432H) Penulis adalah Koordinator Muslimah-Islamic Centre Krakow-Poland.

0 comments:

Posting Komentar