Selasa, 20 Desember 2011

(Paradoks) “Piring Ajaib”

Alkisah, pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang kaya raya. Rajanya sangat bijak, negerinya makmur berlimpah sumber penghidupan. Tak ada sesuatupun yang kurang. Semua tersedia. Setelah berpuluh tahun mempimpin kerajaan, raja mulai gelisah memikirkan negerinya, siapa yang akan menggantikannya kelak di antara 7 (tujuh) putranya tersebut. Raja ingin mewariskan kerajaannya di tangan yang tepat, agar negerinya lestari sepanjang zaman.

.

Tiba-tiba raja mendapat ide menguji ketujuh putranya, siapa yang paling pantas memimpin negeri. Raja teringat suatu kerajaan di tengah samudera, yang menyimpan piring ajaib. Raja di kerajaan samudra tersebut adalah sahabat dekatnya. Sudah bulat tekadnya, sekaranglah waktunya menguji anak-anaknya, siapa yang pantas mengganti kedudukannya, yang mewarisi sifat arif dan bijaksana serta amanah.

.

Di suatu pagi yang cerah, dipanggilah ketujuh putranya menghadap. “Wahai putra-putra kerajaan, maukah kalian mengemban suatu tugas dari ayahanda?. Dengan santun, semua putranya menjawab sanggup atas permintaan ayahnya.

Raja berkata: “Kurasa aku tak kuat lagi memimpin negeri ini, telah sampai waktunya di antara kalian yang akan menggantikan aku menjadi pemimpin. Namun kalian harus menemukan dulu piring ajaib. Barang siapa yang menemukan piring ajaib itu, dialah yang akan duduk di tahta kerajaan ini. Pergilah kalian mengarungi lautan, jangan pernah kembali jika belum mendapatkan piring ajaib tersebut. Piring ajaib itu hanya ada di tengah samudra”. Piring itu bila ditepuk akan mengeluarkan cahaya petir yang mampu menerangi bumi. Lalu bergegaslah anak-anak raja tersebut mempersiapkan segala sesuatu, sebagai bekal di perjalanan.

.

Setelah seminggu berlayar mengarungi lautan lepas, tiba-tiba terjadilah badai samudera yang hebat, kapal mulai terseret arus, semua menjadi panik. Jalan satu-satunya adalah melempar jangkar, agar kapal tak diombang-ambingkan oleh gelombang dahsyat. Maka dilemparlah jangkar kapal tersebut.

.

Setelah badai reda, mereka akan meneruskan perjalanan. Mereka pun tak diberitahu Ayahanda arah letak kerajaan tersebut. Pada saat jangkar akan diangkat naik, terasa sangat berat, sepertinya jangkar telah tersangkut di batu karang. Untuk menlepaskan jangkar tersebut harus diselam. Putra tersulung raja mengambil inisiatif menyelam. Setelah beberapa saat, dia muncul dengan sia-sia. Dia hampir kehabisan nafas sebelum menjangkau jangkar. Mulailah mereka satu-persatu menyelam jangkar secara bergantian. Hingga sampai pada anak keenam, tak satupun yang berhasil. Si bungsu mereka anggap tak akan sanggup. Dan yang paling menganggap remeh adalah kakak tertua. Memang kakak tertua memiliki sifat dengki, tamak, dan rakus. Putra terbungsu pun menawarkan diri untuk mencoba menyelam jangkar tersebut. “Jika dalam jangka tiga hari aku belum muncul, maka putuskan saja tali jangkar, dan kalian lanjutkan perjalanan, kata si bungsu”.

.

Terjunlah si bungsu menyelam jangkar. Anehnya dia mampu bertahan lebih lama di dalam air, dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Sampailah si bungsu ke ujung tali jangkar. Namun dia terpesona dengan kehidupan bawah laut. Dia tak menyadari bahwa sebenarnya jangkar telah tersangkut di atap kerajaan samudera. Dia berusaha mengeluarkan jangkar di batu karang yang indah, tanpa memperhatikan sekelilingnya.

.

Putri raja di kerajaan samudera tersebut mendengar ada bunyi yang tak biasanya dari atap istananya. Keluarlah putri raja tersebut menengok ke atas. Putri raja terkejut ada seorang pemuda tampan. Dia memberitahukan ke Ayahanda, bahwa ada manusia di atap istana mereka. “Panggilah masuk, dia pasti manusia baik-baik kata Ayahanda”.

.

“Wahai anak muda, turunlah…! Ayahku ingin bertemu denganmu, kata putri raja samudera tersebut. Pemuda tersebut pun terkaget, dia baru sadar ternyata jangkar kapal tersangkut di atas istana. Raja samudera pun menanyakan maksud dan tujuan perjalanan mereka. Pemuda itu menceritakan maksud dan tujuan mereka adalah mengemban amanah ayahanda yang juga seorang raja, untuk mencari piring ajaib yang hanya berada di tengah samudera. Raja samudera tersenyum dan memberitahuan, bahwa piring ajaib itu hanya ada dikerajaannya. Dan ternyata piring ajaib yang mereka cari ada di rumah tersebut. Jumlahnya sangat banyak, berjejar penuh di dalam lemari kaca. Pemuda itu pun berhak memperoleh piring ajaib itu, dengan syarat tinggal beberapa hari saja di kerajaan samudera. Pemuda itu menyanggupi. Setelah hari ketiga, dia duduk termenung, dan sudah mulai gelisah teringat pesannya: “jika dalam jangka 3 hari belum muncul, maka dia akan ditinggalkan oleh saudaranya”.

.

Putri menanyakan mengapa dia gelisah. Dia pun menjelaskan akan ditinggal oleh saudaranya jika melewati hari ketiga ini. Segera putri melapor ayahanda. Raja mengijinkan pemuda itu pergi dengan hadiah piring ajaib, sembari berpesan: “Jangan ceritakan pada siapapun, berikan piring ini pada ayahmu, jika tiba di daratan. Maka pulanglah pemuda tersebut, setelah melepaskan jangkar yang tersangkut di atap istana kerajaan samudera.

.

Sesampainya di atas kapal, semua takjub dengan keberhasilannya melepas jangkar tersebut. Dia bersikap normal, agar tak menimbulkan kecurigaan. Namun kakak tertuanya telah curiga, dan mengetahui bahwa piring ajaib yang mereka cari ada sama si bungsu. Kakak tertua yang paling ditakuti berembuk dengan saudara lainnya. Dia ingin memiliki piring ajaib tersebut, dengan catatan kelima adiknya yang lain akan diberikan jabatan penting saat dia menjadi raja. Mereka memutuskan akan melempar si bungsu ke laut lepas, dan akan menyiapkan alasan licik ke ayahanda. Dibuanglah si bungsu ke lautan bebas saat sedang tidur nyenyak, setelah sebelumnya mencuri piring ajaib yang disembunyikan di bawah bantal. Lalu mereka pulang ke daratan dengan sejuta impian.

.

Singkat cerita si bungsu selamat dan terdampar di suatu pulau yang tak berpenghuni, dalam keadaan sangat lapar. Untunglah dia melihat pohon jambu air yang berbuah lebat, semua buahnya sudah masak. Dia memanjat jambu air tersebut. Setelah memakan beberapa biji, dia merasa segar kembali. Pada saat hendak turun, dia dikagetkan dengan benda menggulung dengan cepat di atas permukaan laut menuju ke arahnya. Dalam sekejab, jelaslah baginya, bahwa yang disangkanya benda tersebut adalah seekor kerbau. Sesampainya di tepian pantai, kerbau tersebut hanya memuntahkan sesuatu, lalu kembali pergi meninggalkan pulau tersebut.

.

Didekatinya dan diperhatikannya apa yang dimuntahkan oleh kerbau tadi. Ternyata kerbau hanya datang memuntahkan 2 utas kalung. Kalung tersebut mirip dengan yang dipakai kerbau di kakinya saat meluncur cepat di atas permukaan laut. Kalung tersebut dicobanya dipasangkan di kakinya, lalu melangkah di atas air.

.

Dengan perasaan heran bin ajaib, meluncurlah pemuda tadi dengan ringan di atas air. Selang beberapa saat, dia melihat sebuah kerajaan. Raja di kerajaan tersebut mengundangnya singgah. Dia diberikan pakaian layaknya pakaian seorang raja, dijamu layaknya seorang raja, lalu dipersilakan melanjutkan perjalanannya. Tiga kerajaan yang dilewatinya memperlakukan dengan hal yang sama. Mengundangnya singgah, memberikan pakaian kerajaan, dan menjamunya layaknya seorang raja. Di kerjaan terakhir yang disinggahinya, dia dihadiahi 3 sapu tangan berwarna putih, kuning dan hijau. “ini akan bermanfaat sesampainya di kampung halamanmu” kata raja di kerajaan ketiga (terakhir) yang mengundangnya untuk singgah. Raja juga meminta agar mengganti pakaian pemberiannya yang berwarna hijau keemasan.

.

Tak berapa lama, sampailah si bungsu di kampung halamannya. Bertepatan dengan itu, adalah hari dimana penobatan raja baru. Semua orang hanyut dengan acara penobatan, tak ada satupun yang menaruh perhatian padanya. Dia teringat akan sapu tangan yang diberikan raja di kerajaan ketiga akan dicobanya. Dikibaskanlah sapu tangan yang berwarna kuning. Seketika seluruh penduduk negeri tersungkur tak sadarkan diri. Yang tertinggal hanya Ayahandanya. Ayahanda memberikan tanda jempol kepadanya, melempar senyum kebahagiaan. Ayahanda telah mengetahui bahwa dialah yang menemukan piring ajaib, dan yang akan menggantikan kedudukannya.

.

Dikibaskannya kembali saputangan warna hijau, dan seketika seluruh penduduk negeri terbangun linglung, sambil bertanya-tanya, apa gerangan yang telah terjadi. Ayahanda memberikan isyaarat agar si bungsu mengibaskan saputangan terakhir yang berwarna putih, pertanda penobatan akan dimulai. Setelah dikibaskan saputangan berwarna putih, terbukalah mulut Ayahanda, yang sedari tadi tak bisa bicara memulai kata-kata untuk melakukan penobatan pada putra sulungnya. Hari mulai menjelang malam, dan Ayahanda pun mulai berbicara:

.

“Barang siapa yang menyentuh piring ajaib ini, lalu menghasilkan cahaya kemilau yang mampu menerangi kegelapan malam ini, maka dialah yang akan memegang tampuk kerajaan ini. Piring ajaib ini hanya akan berkilau mengeluarkan cahaya di tangan penemu sesungguhnya. Piring ini bukan sekedar piring. Piring ajaib ini hanya akan bercahaya di tangan orang-orang yang hatinya bersih, jujur dan amanah. Dan piring ini akan membuktikan siapa penemu sesungguhnya. Keenam saudaranya saling berpandangan dengan hati berdebar, dan berharap piring ajaib itu akan mengeluarkan cahaya bila disentuhnya.

.

Satu persatu putra raja diminta untuk menyentuh piring ajaib tersebut. Mulai dari anak tertua, berturut-turut hingga anak keenam, sekuat tenaga menepuk-nepuk piring tersebut, tak satupun di antara mereka yang berhasil. Malam telah menyambut dengan pekatnya, belum ada satu anakpun yang bisa menghasilkan cahaya dari piring ajaib. Kini tiba giliran anak terakhir si bungsu untuk memegang piring ajaib tersebut. Aneh bin ajaib, hanya dengan sekali sentuh, keluarlah cahaya seterang bulan purnama, mampu menerangi seluruh negeri.

.

Langit bersih tak berawan. Semua masyarakat merasakan kedamaian, hanya dengan cahaya yang dihasilkan oleh piring ajaib. Kakak-kakaknya yang berambisi ingin menjadi raja, tertunduk malu, dan seketika bersujud sambil memohon maaf kepada Ayahanda, mengakui perbuatannya, dan akan menjalankan perintah raja baru di negeri yang makmur tersebut. Sibungsu pun tak pernah dendam kepada kakak-kakanya, dan telah memaafkan perbuatan mereka,. Akhirnya kerajaan itu dipimpin oleh orang yang tepat, arif dan bijaksana, berhati bersih, dan yang paling terpenting amanah. Kerajaan itu menjadi miliknya dan dijalankan seperti contoh yang diperoleh dari ayahnya.

.

.

====The End====

Pesan moral:

- Bersihkan hati dan pikiran

- Jujur dan amanah

- Jangan takabur dan memandang remeh segala sesuatu

- Sabar dan selalu memaafkan kesalahan orang lain .

.

Peserta Paradoks no. 20 (Halim Malik) . NB : Untuk membaca semua dongeng dalam Paradoks, silakan kunjungi Dongeng Anak Nusantara

1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/tak-hanya-sedap-bawang-merah-punya-10.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/9-trik-restoran-yang-buat-anda-boros.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/sering-lupa-intip-cara-mudah-mengatur.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus