Selasa, 20 Desember 2011

(Paradoks) “Haji Kucing yang Kab(mabrr)ur”


Hidup rukun dan damai adalah dambaan semua makhluk di dunia. Bukan cuma manusia, semua ragam satwa menginginkan hidup rukun dan makmur. Di alam satwa, hewan-hewan di hutan bisa berbicara seperti manusia. Mereka bersenda gurau, bekerja bergotong royong, saling menghibur, sehingga kehidupan dunia binatang rukun dan damai. Mereka hidup mengelompok dengan sukunya, dan juga berteman dengan suku binatang lain, tidak saling menggangggu satu sama lain. Di antara hewan yang bersahabat adalah tikus dan katak.
Tikus menjalin persahabatan dengan Katak, mereka berkomunikasi (berbicara) dengan bahasa hewan. Tikus menganggap katak seperti saudaranya, bermain bersama setiap hari di kehidupan rimba. Tak ada yang merasa terganggu, tak ada perselisihan dan perkelahian antara mereka, karena mereka merasa saling membutuhkan, dan saling mengingatkan kalau ada bahaya mengintai.
.
Tikus adalah hewan pengerat terpintar di dunia. Kemampuan nalar serta analisa ruangnya luar biasa. Dalam kondisi gelap, tikus mampu bertahan hidup dan tidak mengalami kesulitan dalam menemukan jalan keluar untuk menyelamatkan diri.

Sedangkan katak adalah hewan yang rajin melompat, menghuni pohon-pohon rendah, semak belukar, terutama di dekat saluran air. Mereka hidup hanya beralas rumput dan beratap langit, tapi mereka menikmati dunianya.
.
Jika malam tiba, tikus dihibur oleh group musik katak yang saling bersahutan merdu terdengar. Suara musik itu dihasilkan dari kantung suara yang terletak di lehernya, yang akan menggembung dan mengembang pada saat mereka bersahut-sahutan.
.
Mimpi mereka satu-satunya adalah agar hutan rimba tetap terjaga, dimanfaatkan sesuai keperluan agar tak menjadi gundul. Hutan yang gundul hanya akan mengakibatkan banjir, dan mereka akan tersapu tak tersisa. Pada kenyatannya mereka hidup rukun dan damai, namun tak berlangsung lama, karena terusik oleh kehadiran seekor kucing.
.
Hidup tak nyaman
Setelah melalui zaman yang penuh damai, tiba-tiba mereka terusik dengan hadirnya seekor kucing pemangsa yang buas. Kehidupan mereka tak tentram lagi, karena semua keturunannya dimakan oleh kucing. Mereka selalu khawatir akan punah gara-gara kucing rakus ini. Setiap saat kucing memburu katak dan tikus, untuk dijadikan santapan siang dan malamnya. Seolah-olah kucing tak pernah merasa kenyang, kalau tak dapat tikus, maka katak yang menjadi sasarannya.

Mereka mersaa tak nyaman, bahaya selalu mengintai. Tikus masih lebih beruntung dari katak, karena tikus bisa memanjat ke ranting-ranting kecil dengan cepat. Tapi katak dengan lompatan terjauh hanya ± 30 cm, sulit menghindar dari terkaman kucing. Jalan satu-satunya hanyalah menceburkan diri ke sungai agar kucing tak memangsanya. Untunglah kucing sangat alergi air, kalau tidak, maka tak tersisa keturunan katak. Tikus dan katak sering mengadakan rapat di pinggir rawa atau di semak-semak yang tak terlihat oleh kucing, memikirkan masyarakatnya yang setiap saat terancam.
.
Musim Haji
Suatu ketika pada bulan Zulhijah (bulan musim haji) mereka dihebohkan dengan berita keberangkatan “kucing pemangsa” ke tanah suci “mekah”. Tikus dan katak menyambut gembira berita ini, karena kucing juga telah berjanji akan berdamai dan tak akan memangsa mereka. Terlintas di pikiran mereka bahwa di dunia manusia, setelah pulang haji, manusia-manusia tamak, rakus, pendosa dsb akan berubah dan tak mengulangi perbuatan yang melanggar hukum.
.
Kucing pun beberapa saat tak muncul, karena sedang latihan haji “manasik haji” hingga keberangkatannya ke mekah.

Selama musim haji, masyarakat tikus dan katak merasa nyaman, tak ada gangguan, keturunan mereka bertambah. Mereka sering membicarakan kucing, bahwa sepulang dari tanah suci kucing menjadi teman baik mereka dan tak akan memangsa mereka lagi.
.
Haji Kucing

Beberapa hari setelah pulang dari mekah, kucing berdiam diri, mungkin dia sudah sadar dengan perbuatannya. Dan inilah yang menjadi perbincangan antara tikus dan katak.
.
Tikus : “Tak…, sepertinya Bang Haji Kucing sudah sadar, dan tak akan memangsa kita lagi”
.
Katak: “Yah…, semoga saja Kus, tapi apakah semua yang naik haji itu sepulang dari mekah sudah benar-benar sadar?
.
Tikus: “Kan sudah haji Tak, masa pulang haji mau bikin dosa lagi? sepertinya Haji Kucing sudah sadar, karena sudah beberapa hari ini dia tak kelihatan, kita harus bersilaturrahim dengan beliau”.
.
Katak: “Tapi Kus…, apakah kau yakin kita tak akan dimakannya”?
.
Tikus: “ Percayalah Tak, kita harus memperlihatkan pada Bang haji Kucing, bahwa kita ingin berdamai, agar tak diganggu lagi”. “Kita juga ingin tahu bagaimana pengalamannya selama di tanah suci, siapa tahu do’a kita terkabul, kalau biaya sudah cukup”. “Sekarang ONH terlalu mahal, gak masuk akal”
.
Katak: “Okelah kalau gitu Kus…, tapi aku gak berani di depan, kau tau kan aku gak bisa manjat seperti kamu.
.
Sesampainya di depan rumah “Haji Kucing” Tikus mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Tikus: “Assalamualaikum Bang Haji Kucing….!”
.
Haji Kucing: “Waalaikumsalam…., mari masuk…., silahkan duduk.
.
Tikus dan Katak saling berbisik: “Tuh kan..! Bang Haji sudah berubah”, kata Tikus. “Tapi tetap
waspada, aku mau duduk dekat jendela agar gampang melompat, kata Katak”.
.
Karena dirasa tak berbahaya lagi, maka tikus melanjutkan perbincangan.
.
Tikus: “Begini Bang Haji Kucing, kedatangan kami ke sini untuk bersilaturrahim, sekaligus menanyakan hikmah yang didapat dari tanah suci”.
.
Kucing: “Alhamdulillah Kus, Tak, banyak hikmahnya, salah satu contohnya adalah seperti sekarang ini. (tikus dan katak saling berpandangan bingung, mendengar perkataan Haji Kucing)
.
Katak: “Maksudnya Bang Haji?”
.
Kucing: “Yah…., salah satunya kemudahan rejeki”. “Dulu aku susah mencari rejeki, semua hutan belantara ini aku jelajahi, dan harus mengeluarkan tenaga berlari secepat mungkin mencari makananku”. “Sekarang makanan datang sendiri ke rumahku, tak perlu lagi ngejar-ngejar kalian”.
.
Tikus dan katak hampir serentak berteriak: “Lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……!”
Katak yang sebelumnya telah waspada, langsung melompat ke luar, sementara tikus secepat kilat memanjat ke loteng, lalu mencari celah untuk menyelamatkan diri dan kembali ke hutan untuk bertemu dengan sahabatnya katak.
.

_______The End______

Pesan Moral:
- Hidup saling tolong-menolong (gotong royong),
- Lestarikan lingkungan tempat tinggal, jangan dirusak,
- Selalu berikhtiar dan waspada,
- Jangan menyerah pada nasib
- Jangan mudah percaya, dunia bahkan yang bergelar “HAJI” pun, susah dipegang kata-katanya (maaf…, jangan tersinggung yang sudah haji, buktikan haji anda bukan “HAJI KUCING”)
- Bahan renungan bagi orang yang naik haji, tapi tak menjadikan dirinya dan tingkahnya lebih baik, Untuk apa naik haji jika tak ada perubahan.

Peserta Paradoks no. 20 (Halim Malik)
NB : UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA PARADOKS YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI AKUN Dongeng Anak Nusantara di Kompasiana sbb : Dongeng Anak Nusantara

0 comments:

Posting Komentar