Jumat, 20 Januari 2012

Rindu Padamu ya Rasulullah

by Wisye Gazali on Sunday, August 22, 2010 at 7:48am. copas dari blog nya Ibu Guru Cantik Yunieza di sini: http://yuniezalabella.multiply.com/journal/item/305

Bilal bin Rabah ra, sahabat Rasulullah saw yang berasal dari negeri Etiopia, yang berkulit hitam namun berhati salju, punya banyak kenangan spesial pada beliau, manusia mulia yang menjadi panutannya. Kenangan itu melekat dan mendarah daging dalam dirinya, hingga jauh setelah Rasulullah saw wafat. Agar hatinya tak tercabik-cabik oleh kenangan bersama beliau, Bilal ra memutuskan untuk tak lagi melantunkan adzan setelah kepergian beliau saw. Sampai suatu ketika, rindu itu tak tertahankan, dan ia pun lalu mengumandangkan adzan.

Kisah itu diawali dengan cerita Bilal ra tentang mimpinya di suatu malam, bertemu dengan lelaki terkasìh itu. Lelaki yang pernah jadi budak itu, melihat Rasulullah saw dalam tidurnya, bertemu dengannya, dan mengatakan " Wahai Bilal, betapa rindu aku padamu". Bilal menceritakan mimpi yang sangat indah itu kepada seorang sahabat. Lalu, sahabat itu bercerita pula kesahabat yang lain. Dan selanjutnya, cerita terus berpindah dari satu orang ke orang yang lain. Tak butuh waktu lama, cerita sudah merebak. Menjelang sore, nyaris seluruh penduduk Madinah, kota yang sudah lama ditinggalkanya, tahu tentang mimpinya itu. Maka penduduk Madinah pun bersepakat meminta Bilal ra untuk mengumandangkan adzan di masjid Rasulullah saat waktu shalat Maghrib tiba. Tak kuasa Bilal menolak keinginan sahabat-sahabatnya. Disaat senja mulai memerah, Bilal mengumandangkan adzan, dengan lantunan suaranya yang khas. Penduduk Madinah seketika tercekam kerinduan. Rasa dalam dada membuncah, detik-detik bersama Rasulullah saw, manusia tercinta itu, kembali terbayang dipelupuk mata. Akhirnya, penduduk Madinah pun menitikkan air mata rindunya. Tak terkecuali Bilal ra, muadzin pertama Rasulullah saw itu diliputi keharuan dan kerinduan pada kekasihnya, Muhammad saw, nabi akhir zaman.

Dalam rindu pada Nabi saw ada pahala dan ada tangis. Tapi kadang kita tak mampu menghadirkannya disini. Entah kapan terakhir kali kita menitikkan air mata karena rindu kita pada beliau saw.

"Tidak ada mata berderai kecuali dibelakangnya ada hati (yang hidup)", kata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.

Ibnu Mas'ud ra pernah berkata, "Carilah hatimu dalam tiga tempat : ketika mendengarkan Al-Qur'an, dalam majelis-majelis dzikir, dan disaat-saat kesendirian. Jika kamu tidak mendapatinya di tempat-tempat itu, maka mintalah kepada Allah untuk dianugerahi hati karena sesungguhnya kamu tak memiliki ."

___

Dan Rasulullah Pun Merindukan Umat Yang Beriman Kepadanya Namun Tidak Pernah Melihatnya

Suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk dengan air mata yang berurai. Melihat keadaan beliau, para sahabatpun bertanya, " Apa yang membuatmu menangis, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab, " Aku rindu kepada saudara-saudaraku ." "Bukankah kami ini saudara-saudaramu, wahai Rasulullah, " sergah para sahabat beliau. " Bukan. Kalian adalah sahabatku. Sedangkan saudara-saudaraku adalah kaum yang datang setelah (kepergian)ku, mereka beriman kepadaku dan tidak pernah melihat aku," tegas Rasulullah saw (Sirah Ibnu Hisyam).

Rasulullah saw telah menitikkan air mata karena kerinduan beliau pada umatnya yang tak pernah dilihatnya, pada semua manusia beriman kepada beliau hingga diakhir zaman, pada kita yang telah bersaksi atas kerasulan dan kenabiannya. Namun pernahkah kita membalas kerinduan itu dengan deraian air mata ? Adakah kita menitikkan air mata karena merindukan pertemuan dengan beliau? Kapan terakhir kali mata kita basah dengan air mata karena cinta dan rindu yang mendalam kepada beliau ? Beliau menangis karena rindu kepada kita, tapi kita mungkin tak pernah sekalipun menangis karena rindu kepada beliau. Naudzubillah... (sumber)

0 comments:

Posting Komentar