Jumat, 20 Januari 2012

Keluarga Ali, Keluarga Peduli

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, ya ahlul bait (keluarga Rasul) dan membersihkan kamu sebersih-besihnya." (QS Al-Ahzab : 33)

Bagi kita, Ali bin Abi Thalib sudah tidak asing lagi. Begitu juga dengan istrinya Fatimah, anaknya Hasan, Husein dan Zainab. Sejak kecil Ali bin Abi Thalib sudah menjadi muslim dan dibimbing langsung oleh Rasulullah SAW. Dia juga saudara sepupu Nabi, bahkan kemudian menjadi menantu Nabi dan menjadi Khalifah menggantikan Ustman bin Affan.

Ali berhasil membangun keluarga yang baik. Istri dan anak-anaknya adalah anggota keluarga yang shalih dan shalihah. Karena itu, banyak sisi-sisi kehidupan yang bisa diteladani, di antaranya adalah kedermawanan mereka.

Suatu sore menjelang maghrib di bulan Ramadhan, Ali bersama anggota keluarganya sedang bersiap-siap buka puasa dengan air putih dan masing-masing sepotong roti kering. Kondisi keluarga Ali memang sedang sulit, sehingga tak ada lagi makanan yang bisa disantap untuk berbuka puasa.

Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dan ketukan pintu. Setelah dijawab dan pintu dibuka, orang itu berkata, "Wahai kecintaan Rasulullah SAW, aku seorang miskin yang tak punya apa-apa untuk berbuka. Tolonglah aku dan bagilah rezeki yang diberikan Allah SWT kepada kalian. Semoga Allah SWT memuliakan kalian."

Mendengar keluhan itu, Ali diam sejenak. Tak lama kemudian, roti bagiannya diserahkan kepada orang miskin itu. Tiba-tiba istri dan anaknya juga melakukan hal yang sama. Maka, hari itu mereka hanya berbuka dengan air putih saja.

Ternyata hari berikutnya, kejadian semacam itu terulang kembali. Saat waktu berbuka puasa hampir tiba, terdengar suara orang memberi salam dari luar rumah. Setelah salam dijawab dan pintu dibuka, orang itu berkata, "Aku tidak tahu lagi harus pergi kemana. Aku hanyalah seorang budak muslim yang baru saja dibebaskan orang kafir. Aku ingin kebaikan kalian karena perutku lapar dan tubuhku sangat lemah karenanya."

Ali segera mengambil sepotong roti bagiannya yang diikuti oleh istri dan anak-anaknya. "Tak usahlah... makan saja bagian kalian." kata Ali kepada keluarganya. "Tidak, demi Allah SWT aku tak bisa merasa kenyang sementara aku tahu ada muslim lain yang kelaparan." jawab Fatimah.

"Alhamdulillah, kalian adalah orang yang mulia. Semoga Allah SWT membalas kemuliaan kalian." sahut Ali. Maka, hari kedua itupun keluarga Ali berbuka hanya dengan segelas air putih.

Hari ketiga, saat mereka menunggu maghrib, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan ketukan pintu dan ucapan salam dari seorang boca. "Ada apa nak?" tanya Ali kepada anak itu.

"Aku seorang yatim, ayahku telah lama meninggal dunia. Ibuku kerja sendirian. Beberapa hari ini perutku kosong, tak ada makanan yang bisa dimakan." kata anak itu memelas.

Ali memang terkenal sangat menyayangi anak-anak. Bahkan dia juga dikenal sebagai bapak para anak yatim. Tiap anak yatim menganggap Ali sebagai pengganti ayah mereka. Tanpa pikir panjang, roti yang menjadi bagiannya diberikan kepada anak itu. Namun, anggota keluarganya juga mengikuti apa yang dilakukan Ali.

"Sudahlah... biar aku saja yang memberikan bagianku. Kalian makanlah bagian kalian." pinta Ali.

"Bagaimana aku dapat merasa kenyang sementara aku tahu putraku menggigil karena lapar?" jawab Fatimah yang menganggap anak yatim sebagai anak sendiri.

"Baiklah kalau begitu... tapi kalian anak-anakku, makanlah bagian kalian. Biar ayah dan ibu yang mengurusi anak ini." pinta Ali kepada anak-anaknya.

"Tidak ayah, bagaimana mungkin aku akan makan sementara aku tahu seorang anak yang lebih muda usianya dariku harus berjuang menahan lapar." jawab Hasan.

"Baiklah kalau begitu... Tapi engkau Husein dan Zainab, makanlah bagian kalian." pinta Ali.

"Tidak ayah, bagaimana mungkin aku harus makan sementara aku tahu sahabatku harus menanggung lapar." jawab Husein mengharukan.

"Baiklah kalau begitu... Engkau masih sangat kecil Zainab, makanlah bagianmu." pinta Ali kepada Zainab.

Sambil menangis terisak-isak, Zainab memeluk ibunya dan berkata, "Tidak ayah, aku tak mau makan sendirian sementara kakakku tidak makan. Aku tidak lapar ibu. Berikan bagianku kepadanya, teman kakakku." jawab Zainab.

Jadilah, tiga hari berturut-turut di bulan Ramadhan itu keluarga Ali hanya berbuka dengan air putih yang tentu saja tidak mengenyangkan. Keadaan mereka kemudian diketahui oleh Rasulullah SAW yang umahnya berhadapan. Sambil memeluk dan mencium cucu-cucuNya, Hasan, Husain dan Zainab, Rasulullah SAW mengemukakan firman Allah SWT yang artinya, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, ya ahlul bait, dan membersihkan sebersih-bersihnya." (QS Al Ahzab : 33). Sebagian ulama bahkan menyebut peristiwa di atas menjadi sebab turunnya ayat tersebut.

Begitulah Ali berhasil membentuk diri dan keluarganya menjadi pribadi-pribadi shalih yang sangat peduli terhadap orang lain. Dan kepedulian itu makin menjadi di bulan Ramadhan.

(nuansamuslim.com)

0 comments:

Posting Komentar