Kamis, 19 Januari 2012

Representasi Budaya

Pengertian Representasi

Representasi dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to presentasi” , “to image”, atau “to depict”. Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan. Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia. Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta.

Hall menyebut ‘representasi sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstititif darinya. Stuart Hall mengangggap bahwa ada yang salah dengan representasi kelompok minoritas dalam media, bahkan ia meyakini bahwa imaji-imaji yang dimunculkan oleh media semakin memburuk. Hall mengamati bahwa media cenderung sensitif pada gaya hidup kelas menengah keatas, mayoritas masyarakat yang sudah teratur, sementara yang kulit hitam bermasalah dalam area kekuasaan sensitif itu.

Pernyataan mengenai sirkulasi makna secara otomatis melibatkan isu kekuasaan. Siapa yang mempunyai kekuasaan, di channel yang mana, untuk mensirkulasikan makna kepada siapa. Hall memahami bahwa komunikasi selalu berhubungan dengan kekuasaan. Kelompok yang memiliki dan menggunakan kekuasaan dalam masyarakat mempengaruhi apa yang direpresentasikan melalui media. Pesan-pesan tersebut bekerja secara kompleks. Pengetahuan dan kekuasaan saling bersilangan. Isu kekuasaan tidak dapat dilepaskan dari pertanyaan representasi.

Gambaran menaturalisasikan representasi. Praktik representasi itu sendiri melakukan naturalisasi representasi sampai anda tidak melihat siapa yang memproduksi mereka. Gambaran-gambaran ini telah menyembunyikan proses representasi. Sehingga tampaknya seperti itulah realita yang terjadi. Sehingga mengarah pada praktik representasi ada beberapa pertanyaan yang terlontar antara lain :

1) Darimana gambaran-gambaran ini datang?

2) Siapa yang memproduksi gambaran-gambaran tersebut?

3) Siapa yang dibungkam dalam produksi gambaran-gambaran tersebut?

Representasi terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru untuk diproduksi dalam dunia, berbagai macam subyektivitas untuk dieksplor, dan dimensi baru makna yang tidak pernah menutup sistem kekuasaan yang sedang beroperasi.

I. Tatanan

Membangun diskontinuitas bukanlah sebuah tugas mudah, bahkan bagi sejarah pada umumnya. Dan kurang lebih demikian juga keadaanya dengan sejarah pemikiran. Diskontinuitas fakta bahwa didalam ruang waktu yang tidak begitu panjang, sebuah kebudayaan berhenti untuk berpikir sebagaimana ketika ia berpikir sebagaimana ketika ia berpikir dulu dan mulai berpikir lagi tentang benda-benda dalam satu jalan yang baru. Daya intelek manusia, dari hakekatnya yang ganjil, dengan mudah menegaskan satu tatanan dan persamaan yang lebih besar dalam benda-benda daripada yang sebenarnya ia temukan, sementara itu ada banyak benda dikeunikan alam, dan benar-benar tidak teratur, dibuat soeolah-olah pararel, koresponden dan hubunagn yang tidak memiliki eksistensi. Jika seseorang menciptakan pengecualian intuisi yang mungkin memiliki benda tunggal, orang bias mengatakan bahwa semua pengetahuan diraih melalui perbandingan dua benda atau lebih dengan satu sama lain. Tetapi kenyataanya tidak ada pengetahuan yang benar kecuali oleh intuisi, yang melalui satu tindakan intelegensi tunggal yang murni dan menarik perhatian, dan melalui deduksi, yang menghubungkan bukti-bukti yang diamati bersama-sama. Ada dua bentuk perbandinagn yang eksis, dan hanya dua: perbandingan ukuran dan tatanan. Orang bisa mengukur ukuran atau keserbaragaman, dengan kata lain, ukuran yang berkelanjutan dan ukuran yang tidak berkelanjutan.

Ukuran memungkinkan menganlisis benda-benda menurut bentuk identitas dan perbedaan yang berkalkulasi. Tatanan dibangun tanpa perunjukan kepada satu unit eksterior. Perbandingan melalui ukuran menuntut dimulainya suatu pembagian, kemudian peneran unit umum, disini, perbandingan dan tantanan adalah satu benda yang sama: perbandingan melalui sarana tatanan adalah tindakan sedanda yang memungkinkan kita untuk melintas dari satu terma ke terma lainya, kemudian kepada terma yang ketiga, dan begitu seterusnya, melalui sarana satu gerakan yang secara absolute tidak dapat dihentikan. Dua tipe perbandingan unit-unit untuk membangun hubungan persamaan dan ketidaksamaan; yang lain membangun elemen-elemen, yang paling sederhana dari yang bias ditemukabn, dan menyusun perbedaan-perbedaan menurut tingkat kemungkinan yang paling kecil. Tatanan ini atau bentukb perbandingan yang telah digeneralisir bias dibangun hanya berdasarkan kepada posisinya dalam inti pengetahuan yang telah kita raih, karakter absolute yang telah kita akui dalam hal-hal sederhana yang berhubungan bukan dengan wujud benda-benda tetapi cara dimana mereka dikenal. Modifikasi yang mempengaruhi pengetahuan itu sendiri pda level kuno yang memungkinkan pengetahuan itu sendiri dan mode wujud dari apa yang diketahui. Modifikasi merupakan penggantian analisis dengan hierarki analogi: pada aba ke-16 anggapan mendasar adalah tentang system korespondensi total (bumi dan langit, planet dan lapisan luar, mikrokosmose dan makrokosmos) masing-masing kemiripan particular kemudian ditempatkan dalam hubungan yang menyeluruh ini. Setiap kemiripan harus disubyekan kepada bukti melaui perbandingan, ia tidak akan pernah bisa diterima hingga identitas dan rangkaian perbedaannya tlah ditemukan melalui sarana pengukuran dengan unit umum atau lebih radikal lagi melalui posisinya dalam satu tatanan. Kesaling pengaruhan kemiripan itu sampai dengan hari ini tetap tidak terbatas.

II. Representasi Tanda

1. Tanda, slalu pasti atau mungkin akan menemukan wilayah wujudnya dalam pengetahuan. Pada abad ke-16 tanda-tanda diperkirakan untuk digantikan pada benda-benda sehingga manusia akan mampu untuk mengungkap rahasianya, hakikat atau kebijakannya. Tanda tidak menunggu dalam diam kehadiran manusia yang mampu mengenalinya, ia bisa dibentuk hanya oleh satu tindakan mengetahui bagaimanapun juga mulai sekarang dan seterusnya adalah dalam pengetahuan bahwa tanda menjalankan fungsi penandaannya dari pengetahuan bahwa ia akan meminjam kepastian dan kemungkinannya. Hubungan gagasan merupakan hubungan satu angka atau tanda dengan benda-benda yang ditandai. Contoh: api yang saya lihat bukanlah sebab kesakitan yang saya derita karena saya mendekatinya tetapi tanda yang memperingatkan saya tentangnya.

2. Variable tanda kedua; dengan kehadiaran pemikiran klasik tanda bisa memliki salah satu dari dua posisi: baik, bisa diklaim demikian, sebagai elemen, menjadi bagian dari apa yang ia fungsikan untuk menandai atau yang lain benar-benar dari apa yang ia fungsikan untuk menandai. Menurut logique de port-royal tanda pada pemikiran klasik tidak menghapuskan jarak atau menghilangkan waktu sebaliknya ia memungkinkan seseorang untuk membentangkan mereka dan melintasi langkah-demi langkah. Tanda inilah yang memungkinkan benda-benda menjadi khas, memelihara diri mereka dalam identitasnya sendiri. Sekarang ini menjadi mungkin untuk membatasi instrument yang terdapat bagi penggunaan pemikiran klasik melalui system tanda. System ini yang memperkenalkan kedalam pengetahuan probabilitas, analisis dan kombinasi.

III. Reprsentasi tiruan

Hubungan tanda dengan yang ditandai sekarang ini terletak dalam satu ruang dimana tidak ada lagi sejumlah figure perantara untuk menghubungakan mereka disebut ikatan yang telah terbangun. Kenyataannya elemen-elemen penanda tidak memiliki isi, fungsi dan tidak memiliki determinasi sepenuhnya ditata dan transaparan kepadanya, tetapi kangdungan ini ditunjukan hanya dalam satu representasi yang menempatkan dirinya sendiri sedemikian rupa tanpa residium dan tanpa opasiti dalam represntasi tanda. Representasi memiliki konsep yang sangat besar:

1. Pentingnya tanda dalam pemikiran klasik. Represntasi dihubungkan dengan dan mempresentasikan hal-hal yang menghubungkanny dengan dirinya sendiri.

2. Perluassan universal pada tanda dalam bidang reprsentasi ini mendahului kemungkinan satu teori penandaan. Fenomena hanya ditempatkan dalam satu representasi yang dalam dirinya sendiri dank arena representasinya seluruhnya merupakan tanda maka penandaan tidak bisa membentuk satu persoalan.

3. Menurut hubungan fundamental dengan satu teori umum tentang representasi, jika tanda dalam murni dan hubungan sederhana tanpa apa yang menandai dan apa yang ditandai maka hubungan hanya bisa dibangun dalam elemen representasi yang umum. Karena itu menjadi perlu dimana teori klasik tentang tanda akan menyediakan dirinya sendiri dengan satu ideology untuk bertindak sebagai landasan dan pembenaran filosofisnya yaitu satu analisis umum tentang semua bentuk representasi

IV. Emajinasi Kemiripan

Kemiripan merupakan pengetahuan ytang tidak bisa dihindari. Kemiripan adalah bentuk yang baru disketsakan dimana relasi yang belum sempurna yang harus dilapisi oleh pengetahuan pada tingkatannya yang peling sempurna. Kemiripan diletakan pada sisi imajinasi dan imajinasi bisa dijalankan hanya dengan bantuan kemiripan. Antara imajinasi dan kemiripan bahwa imajinasi secara jelas hanya merupakan salah satu sifat hakikat manusia sedangkan kemiripan salah satu akibat alam.

V. Mathesis dan Taksinomia

Representasi empiris harus bisa dianalisis kedalam alam yang sederhana, jelas bahwa teksinomia berhubungan dengan mathesis secara menyeluruh. Ketika pengelihatan pada bukti hanya merupakan satu kasus pertikular representasi secara umum, orang bisa mengatakan dengan sama baiknya bahwa mathesis adalah salah saatu kasus particular-partikular taksinomia. Tanda-tanda yang dibangun oleh pemikiran sendiri membentuk satu aljabar representasi yang kompleks di antara genesis terdapat perluasn wilayah tanda-tanda yang meliputi seluruh domain representasi empiris. Taksinomia, disisi lain memperlakukan identitas dan perbedaan; ia adalah ilmu tentang artikulasi dan klasifikasi; ia adalah pengetahuan tentang wujud.

Perspektif Gender Dalam Representasi Iklan

Iklan bekerja atas dasar identifikasi. Iklan hanya bekerja ketika kita mengidentifikasi apa yang direpresentasikan oleh imaji-imaji. Imaji-imaji itu mengkonstruksi kita, melalui hubungan kita dengan mereka (imaji-imaji). Makna adalah interpretasi. Stereotip menetapkan makna yang diberikan kepada kelompok-kelompok. Misal gambaran orang kulit hitam yang terbatas, memberikan efek pada apa yang dipahami masyarakat mengenai orang kulit hitam dalam dunia nyata.

Gambaran memproduksi pengetahuan tentang bagaimana kita melihatnya direpresentasikan. Sehingga perjuangan untuk membuka praktik stereotip kadang adalah sebuah perjuangan untuk meningkatkan perbedaan, celakanya semakin memperlihatkan identitas yang memungkinkan dari orang-orang yang belum direpresentasikan sebelumnya. Ada kesulitan tersendiri ketika ingin membalikkan stereotip negatif tersebut sebagaimana juga sulit untuk mempertahankan atau memperbaiki representasi positif.

Sistem nilai, norma, stereotipe, seta ideologi gender telah lama dilihat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungannya dalam konstruksi sosial masyarakat. Dalam era globalisasi ini makna gender telah mengalami redefinisi, rekonstruksi dan reaktualisasi dalam peran-peran sosial, kendatipun demikian untuk mencapai ke arah pemahaman kesetaraan dalam gender masih diperlukan perubahan ataupun pergeseran nilai dalam aktualisasi individu dalam peran sosial ini akan semakin membawa kemajuan yang signifikan dalam konstruksi sosial ataukah menjadi disfungsionalisasi terhadap seksisme itu sendiri.

Terlepas dari aspek kultural, faktor pendidikan, agama, politik, media massa dan bahkan fragmentasi sosial seperti film dan representasi iklan turut serta dalam pelestarian dan meleginitasi ideologi gender dalam konstruksi sosial. Representasi iklan mungkin dapat dikatakan sebagai perpanjangan dari sistem kapitalisme yang memang terasa menguntungkan bagi biro-biro periklanan, production house dan broadcasting house.

Agung, Setiawan Arif. Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas kristen Petra. http://puslit.petra.ac.id/journal/design/

Foucault, M. 2007. Order of Things, Arkeologi ilmu-ilmu kemanusiaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

http://yolagani.wordpress.com/2007/11/08/representasi-dan-media-oleh-stuart-hall/ diakses

0 comments:

Posting Komentar