Wahai Saudaraku….
Ketika pertama kali Engkau menghirup udara di dunia ini, maka semua orang menyambut kedatanganmu dengan penuh gembira.
Ibu yang bertaruh nyawa ketika engkau keluar dari rahimnya, penderitaan dan kesakitan yang ia rasakan, hilang seketika…. ketika engkau lahir dengan selamat.
Di letakannya dirimu di sampingnya Ia cium dan ia peluk dirimu seakan-akan ia ingin berkata; Nak…kesakitan tatkala ibu ingin Melahirkan engkau, semuanya hilang setelah melihat senyummu….
Wahai Saudaraku…
Setelah engkau hadir di dunia Ayah dan ibu senantiasa menjagamu dari berbagai macam marabahaya, sampai-sampai ia tidak ridho jika seekor nyamuk pun menggigitmu, ketika engkau menangis di malam hari Orang tua yang sedang tidur nyenyak bergegas-gegas melihat dan mendekatimu karena mereka takut kehilangan dirimu.
Mereka menjagamu lebih dari segalanya, ketika engkau sakit… Orang tuamu telah bersusah payah untuk mencari berbagai macam cara agar engkau sembuh mMeskipun ketika itu ia sendiri sedang sakit Ia paksakan dirinya untuk mengobatimu agar Engkau sembuh Ia rela berhutang kesana kemari untuk membayar obat-obat mu Ia malukan dirinya…hanya dengan harapan agar engkau segera sembuh
Tetapi….Ketika penyakitmu bertambah parah, makin bertambah pula… kesedihan dan kerisauan mereka terhadapmu, tetesan air mata itu…selalu keluar dari kelopak mata mereka di jaganya dirimu siang dan malam tanpa menghiraukan kelaparan yang mereka rasakan berhari-hari ia menjagamu, kotoran-kotoranmu di basuh mereka dengan tangannya.
Wahai Saudaraku
Ayah dan ibumu, di saat itu mereka tidak tenang di manapun mereka berada mereka khawatir dan takut… kalau-kalau kehilangan dirimu dari dunia ini, Andaikata…. kesakitan yang engkau rasakan itu bisa dipindahkan kepada mereka sebagai gantinyat entu mereka siap menerimanya agar engkau kembali tersenyum seperti anak-anak yang lain Di waktu Allah menyembuhkan engkau, Orang tuamulah… yang pertama kali sujud syukur…. karena senang dan gembira melihat engkau kembali ceria Ketika hari berganti hari pertumbuhanmu semakin besar Orang tuamu makin bertambah sibuk mengurusi keperluan-keperluanmu, hujan dan panas tiada mereka hiraukan siang dan malam tiada ia pandangYang semua itu… Ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu mereka tidak ingin melihat engkau malu di hadapan teman-temanmu yang lain. Di masa dekat Hari Raya tiba… Orang tuamu…. makin bertambah sibuk untuk membahagiakanmu, dari pagi hingga malam ia bekerja tanpa menghiraukan susah dan payah mereka terus bekerja dengan harapan agar engkau dapat memakai pakaian baru di hari raya, sama seperti teman-temanmu yang lainMereka rela di marah ketika bekerja, di hina dan di caci…. itu semua untuk dirimu
Wahai Saudaraku…
Awal-awal engkau duduk di bangku Madrasah, amat senang sekali orangtuamu setiap saat mereka berdo’a mudah-mudahan besok jika engkau besar engkau dapat membahagiakan mereka pagi-pagi sebelum engkau bangun dari tempat tidur mereka telah bangun duluan mempersiapkan sarapan dari air mandi untuk dirimu di bangunkannya dirimu dengan kasih sayang di lepaskannya pakaianmu dengan kelembutan dan ia pun memandikanmu, setelah engkau siap semuanya….merekapun menghantarmu ke Madrasah agar engkau menjadi anak yang berbakti di Kemudian hari
Wahai Saudaraku…
Tetesan keringat dan air mata mereka untuk mengasuh dan mendidikmu tidak mungkin engkau dapat membayarnya walaupun engkau memiliki dunia beserta isinya.
Tetapi ajaib…
Selama mereka mengasuh dan mendidikmu tidak pernah terlintas dari pikiran dan hati mereka agar engkau menggantinya tahun berganti tahun engkaupun tumbuh besar hingga usiamu mencapai 15 tahun, mereka terus berusaha untuk membiayai sekolahmu penghasilan yang tidak mencukupi, memaksa mereka bekerja lebih lama.
Perhatikanlah….
Orang tuamu yang sudah semakin tua, Mereka terpaksa menjadi kuli bangunan, nelayan, dan menjadi pencuci baju orang lain, kelelahan dan pengorbanan yang mereka berikan tidak akan mungkin engkau dapat merasakan, apalagi di lukis dengan kata-kata. Mereka hadapi badai yang menerpa,mereka pikul kayu dan semen yang engkau sendiri tidak kuat mengangkatnya, mereka korbankan kelelahan mereka, sampai-sampai nampak mata mereka yang telah redup karena kelelahan mencari nafkah. Dikala mereka telah kembali dari kerjanya engkau lihat… mereka tersandar dibangku karena kelelahan di saat mencari nafkah untukmu , mereka tidak merasakan enaknya makan sebelum mereka melihat engkau makan. Usiamu yang makin hari makin bertambah membuat kecintaan dan kasih sayang mereka semakin besar terhadapmu kepergianmu sehari dua hari, meninggalkan rumah untuk bertamasya, membuat hati mereka bimbang dan khawatir terhadap dirimu, mereka takut, kalau-kalau suatu musibah menimpamu, makan tiada ia rasakan enak tidur tiada ia rasakan nyenyak mereka selalu memikirkan keselamatan dirimu. Ketika usiamu menginjak dewasa keperluan sekolahmu semakin besar.
Terpaksa… Orang tuamu yang telah tua kembali bekerja kesana-kemari dengan harapan agar engkau menjadi orang yang sukses dikemudian hari, tidak jarang mereka meminjam uang tetangga…. untuk memenuhi permintaan-permintaanmu. Adzan yang berkumandang tiada ia hiraukan seakan-akan ia ingin berkata ;Wahai anakku…. Biarlah orang tua di benci Allah, asalkan engkau senang nak…….Mereka rela meninggalkan perintah-perintah Allah, itu semua untuk membuat engkau tersenyum
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar