Rabu, 25 Januari 2012

Dan Manusia Suci itu Lahir...

Setiap pergantian zaman selalu diikuti dengan lahirnya tokoh-tokoh besar, yang besar tidaknya ditentukan oleh perannya dalam menciptakan proses peru-bahan sosial dalam masyarakat. Menurut ‘Ali Syari’ati, ada tiga hal yang perlu diamati untuk mengenal ketoko-han setiap pemimpin dunia.

Pertama, peran sosial dengan sistem kepribadian yang dibangunnya meng-gambarkan paradigma pandangan-dunia yang sistemik. Ajaran-ajarannya membe-rikan inspirasi dan gairah hidup bagi pembelaan nilai-nilai kemanusiaan.

Kedua, peninggalan dari ajaran-ajarannya sebagai bukti-bukti dari sejarah per-adaban yang merupakan representasi akumulatif dari di-rinya. Ketiga, pendukung-nya merupakan hasil bentukan sistem yang berdasarkan kerangka dasar paradigma perubahan.

Di antara sosok manusia besar yang pernah hidup dalam blantika sejarah kemanusiaan adalah Na-bi Muhammad saw. Kebesarannya terbentuk karena perpaduan harmonis antara nilai Rububiyah Ilahi dengan semangat pembelaan terhadap kemanusiaan dan kealaman. Tetapi sering terjadi, tokoh besar ini dipahami secara keliru. Kesalahan itu antara lain karena latar sejarah kelahirannya yang diterima oleh masyarakat telah mengalami reduksi yang sedemikian rupa.

Dalam al-Quran, berita kelahiran nabi dan ra-sul selalu berbarengan dengan peristiwa-peristiwa spektakuler. Nabi Musa as misalnya. Sebelum kelahirannya, para ahli nujum Fir’aun meramalkan bahwa akan lahir seorang anak manusia yang akan menghan-curkan kedudukannya sebagai raja. Fir’aun segera me-ngumumkan maklumat untuk mendeteksi setiap bayi yang lahir dan memerintahkan untuk membunuhnya jika bayi itu laki-laki. Tetapi yang terjadi justru berlawa-nan dengan skenario Fir’aun. Nabi Musa malah tumbuh besar di dalam istananya, secara perlahan mengge-rogoti dan menghancurkan kekuasaannya.

Nabi ‘Isa as lahir dalam keadaan tidak me-miliki bapak, seperti dijelaskan dalam al-Quran. Mar-yam as ketika mendapat berita dari malaikat Jibril akan lahirnya seorang bayi dari rahimnya. Maryam berkata, “Bagaimana mungkin saya akan mendapatkan anak semen-tara saya tidak pernah bersuami dan saya bukanlah pelacur (pezina)”. Dengan mukjizat Allah, ‘Isa as setelah lahir segera memiliki kemampuan berbicara, memberikan pembelaan terhadap orang-orang yang akan bertindak jahat kepada dirinya dan ibunya.

Melihat peristiwa yang pernah terjadi dan di alami oleh para nabi dan rasul sebelum Muhammad, ma-ka kelahirannya dapat dipas-tikan diikuti pula oleh peristi-wa spektakuler.

Kita ketahui dari sejarah dan hadis bahwa ketika Nabi Muhammad saw lahir, dinding-dinding ista-na Khasrow retak dan mena-ranya roboh. Api di kuil-kuil persembahan Persia padam. Danau dan sawah menge-ring. Berhala-berhala yang memenuhi pelataran Ka’bah tumbang. Cahaya dari tubuh Nabi memancar naik ke langit dan menerangi semua tempat yang dilaluinya. Anusyirwan dan pendeta-pendeta Zaratustra mendapatkan mimpi yang menakutkan. Ketika lahir, Nabi kecil itu telah tersunat dan tali pusar-nya pun sudah terpotong. Saat lahir ke dunia, beliau berkata; “Allahu Akbar, al-Hamdulillah, Dia-lah Allah yang harus disembah siang dan malam.”

Peristiwa yang mengawali kelahiran setiap Na-bi tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semua peristiwa itu berada dalam skenario dan perencanaan Allah, khususnya yang berkenaan dengan kelahiran Nabi Muhammad baik dalam kitab Taurat maupun Injil. Allah berfirman kepada Nabi ‘Isa:

Dan ingatlah ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah padamu, membenarkan apa yang sebelumnya dari Taurat pemberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan ketera-ngan-keterangan, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. 61:6).

Seandainya telah terjadi keterputusan proses transformasi pendelegasian tugas kerasulan di bumi, maka sistem kesetimbangan alam raya akan mengalami gangguan. Dan itu berarti kiamat pasti telah terjadi. Dalam pandangan para arif dan ahli kalam, peristiwa kelahiran Nabi Muhammad saw telah “dicatat” Allah Swt sejak pertama kali Dia “merencanakan” penciptaan alam semesta. Mereka mengatakan bahwa ketika alam akan diciptakan, Allah pertama kali menciptakan Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad kemudian Tajalliyyat Allah diturunkan ke alam semesta. Allah menciptakan alam semesta sebagai manifestasi atas kecintaannya kepada Muhammad. Karenanya konsepsi dasar penciptaan Allah diikadkan melalui tali cinta kasih Allah kepada Nur Muhammad. Kelahiran Muhammad mengalami dua periode. Periode pertama di alam arwah dan periode kedua di dunia.

Banyak riwayat hadis menyebutkan bahwa seluruh makhluk mengucapkan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad saw berhenti di Baitul Maqdis melaksanakan shalat dan berjamaah dengan semua nabi dan rasul. Nabi sebagai Imam. Pertemuan tersebut diawali dan diakhiri dengan menyampaikan shalawat kepadanya sebagai tanda perhormatan tertinggi yang diberikan Allah kepada Muhammad.

Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bersalawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman bersalawatlah kepadanya, dan berilah salam dengan sungguh-sungguh.(QS.33:56)

Dengan kedudukan Nabi Muhammad saw yang mulia itu, maka proses kelahirannya dapat dipastikan sangat spektakuler. Manusia agung tersebut hadir ketika awan gelap jahiliyah telah menutup jazirah Arab sepenuhnya. Perbuatan buruk dan haram, perang berdarah, penindasan terhadap budak dan perempuan, perampokan, pembunuhan bayi telah memusnahkan seluruh tatanan moral dan menempatkan masyarakat Arab dalam situasi kemerosotan budaya yang luar biasa.

Tapi tak dinyana bahwa di tengah kebejatan moral yang sedemikian itu ada sekelompok keluarga yang menjaga kehormatannya, harga dirinya, nilai-nilai kemanusiaannya dan transendensi imannya. Keluarga ini menata dan menjaga amanat yang digariskan oleh nenek moyangnya Nabi Ibrahim as dalam meletakkan dasar-dasar agama Tauhid. Setelah membangun “Rumah Allah” Ka’bah Ibrahim berdoa:

Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata (berdoa), “Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan berikanlah rezeki kepada penduduknya dengan buah-buahan (yaitu) terhadap orang-orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang ingkar maka Aku menyenang-nyenangkannya sementara, kemudian Aku memasukkannya ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Ibrahim berdoa) “Ya Tuhan kami, utuslah seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Kitab (al-Quran) dan hikmah, serta membersihkan dosa mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 2: 126, 129).

Sepeninggal Ibrahim as dan Ismail as, secara temurun mereka menitipkan urusan pemeliharaan Baitullah Ka’bah ke tangan orang-orang saleh dari keturunannya. Dari merekalah datuk dan kakek Nabi Muhammad secara bergantian memelihara Ka’bah; yang kalau diurut adalah: ‘Abdullah, ‘Abd al-Muththalib, Hasyim, ‘Abd Manaf, Qushai, Kilab, Ka’ab, Lu’ai, Ghalib, Fihr, Malik, Nazar, Kinanah, Khuzamah, Mudrikah, Ilyas, Mazar, Nazar, Ma’ad bin Adnan. Silsilah inilah yang senantiasa disampaikan oleh Nabi Muhammad saw tentang datuk-datuk beliau. Husein Haekal menggambarkan demikian indah bagaimana kepercayaan dan keyakinan tauhid kakek Rasulullah saw, ‘Abdul Muththalib, ketika menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw. Dalam upacara pemberian nama di hari ketujuh kelahirannya, ‘Abdul Muththalib menyembelih unta dan mengundang banyak orang. Sebagian orang bertanya ihwal pemberian nama Muhammad kepada cucunya yang keluar dari tradisi penamaan di kalangan orang Arab. Abdul Muththalib menjawab, “Aku inginkan dia menjadi orang yang paling terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi.” Sebuah ungkapan kesadaran dan pengakuan tauhid terhadap keberadaan yang Mahakuasa.

Ketika pasukan Abrahah akan menyerang Makkah, ‘Abdul Muththalib berdoa kepada Allah sambil memeluk dan menarik tali pintu Ka’bah:

Ya Allah! kami tidak meletakkan iman kami kepada siapapun selain Engkau, untuk selamat dari kejahatan dan bencana. Ya Allah! Tolaklah mereka dari rumah suci-Mu, musuh Ka’bah adalah musuh-Mu. Wahai Pemberi Rezki, putuskan tangan mereka agar mereka tidak mencemari rumah-Mu. Bagaimanapun, keselamatan Rumah-Mu adalah tanggung jawab-Mu.

Jangan biarkan datangnya hari ketika salib menjadi jaya atasnya dan penduduk negeri-negeri mereka merebut negeri-Mu dan menguasainya.

Akhmad Hidayat

Sumber : fatimah.org

0 comments:

Posting Komentar