Di suatu hari,
Saya terbangun di suatu pagi,
termenung sejenak,
bertanya pada diri sendiri,
"Apa artinya hidup?"
Saya meraih handuk dan mandi,
mencoba menyegarkan pikiran,
namun pertanyaan itu tak kunjung pergi,
"Apa artinya hidup?"
Saya menyiapkan sarapan,
mencoba menenangkan hati,
ternyata tanya itu datang lagi,
"Apa artinya hidup?"
Mama menyapa,
bercerita dengan penuh semangat, seperti biasa,
Saya hanya tertawa,
masih mencoba menjawab,
"Apa artinya hidup?"
Membuka album,
mengenang seorang teman yang telah tiada,
mengapa dulu saya tak sempat mengatakan sayang padanya,
mengingat kakek yang sedang sakit,
mengapa saya tak mampu menjaganya,
merindukan keluarga di rumah,
mengapa hingga kini saya masih enggan mengatakan sayang pada mereka?
Memikirkan keadaan sahabat,
apa saya sudah menjadi sahabat yang baik,
membayangkan rasa kelaparan para tuna wisma,
apa mereka bisa mendapat makanan esok,
menangisi ketidakmampuan yang cacat,
apa rasanya tak mampu melakukan sesuatu,
mengangankan rumah mewah saudagar kaya,
menyenangkankah?
Mengapa ada yang tinggi, ada yang pendek,
mengapa ada yang cantik, ada yang jelek,
mengapa ada yang baik, ada yang jahat,
mengapa ada yang disayang, ada yang dibenci,
mengapa ada terang, ada gelap,
mengapa ada hidup, ada mati,
mengapa dunia tak selalu tersenyum?
Matahari mulai terbenam,
berbenah diri,
menghampiri tempat tidur,
kembali bertanya,
"Apa artinya hidup?"
Memejam mata,
sesak itu datang,
mecoba menenangkan,
"semua akan baik-baik saja",
meraih cellphone,
mengetik "Selamat pagi, Mama.. ^^. I love you, GBU."
Mungkin itu artinya hidup,
menghargai apa yang ada,
meratapi apa yang tak ada,
menjalani semua,
memperbaharui diri sepanjang waktu,
Mungkin itu artinya hidup,
memikirkan mungkin besok pagi saya tidak terbangun seperti biasa,
sehingga tak mampu menjawab sapaan mama,
sehingga tak mampu menyelesaikan kewajiban,
sehingga tak mampu memenuhi janji,
sehingga tak mampu menanyakan pertanyaan yang sama:
"Apa artinya hidup?" sumber
0 comments:
Posting Komentar