Sebuah pulau baru telah lahir. Setelah meletus  secara terus-menerus pada satu titik di dasar Laut Merah bagian selatan  sejak 19 Desember 2011, gundukan lava basaltik yang telah membeku dan  menjadi cikal bakal pulau vulkanis baru pun muncul di permukaan Laut  Merah dalam empat hari kemudian. Pada 30 Desember 2011, pulau baru itu  telah selebar 500 meter dan terus tumbuh. Inilah panorama amat  mengesankan sekaligus menakjubkan dalam dinamika Bumi, tatkala sebuah  pulau lahir dari kedalaman samudera.
Semua bermula dari cerita para nelayan di kota  pelabuhan Salif, Yaman bagian barat. Mereka bercerita tentang peristiwa  aneh di tengah-tengah Laut Merah : pancuran api membara hingga setinggi  30 meter dari permukaan laut disusul kepulan uap sangat tebal. Pada saat  yang sama satelit Aura milik NASA juga merekam peristiwa tersebut  melalui instrumen OMI (Ozone Monitoring Instrument). Satelit ini - yang  setahun silam pun turut memantau perkembangan letusan dahsyat Gunung  Merapi di Indonesia dari hari ke hari - mendeteksi semburan gas belerang  dioksida (SO2). Ini adalah pertanda terjadinya letusan gunung berapi.  Letusan tersebut terjadi di tengah-tengah Laut Merah dalam jarak sekitar  200 km dari selat Bab el-Mandeb, selat sempit penghubung Laut  Merah-Teluk Aden dan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Lebih  tepatnya, letusan tersebut terjadi di dalam Kepulauan az-Zubair, salah  satu gugus kepulauan vulkanik di Laut Merah.
 Letusan gunung berapi baru di kepulauan  az-Zubair, di tengah-tengah Laut Merah dan perbandingannya dengan  situasi 2007. Sumber : NASA, 2011
Hari berikutnya satelit Aura masih mendeteksi  semburan gas SO2 tersebut. Sementara satelit Terra lewat instrumen MODIS  (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer)-nya untuk pertama kali  mengabadikan hembusan gas dan uap tebal letusan dalam spektrum visual,  meski dalam resolusi yang terlalu rendah untuk dapat dilihat dengan  detil. Namun dari citra satelit Terra tersebut diketahui titik letusan  berada di tengah-utara Kepulauan az-Zubair, tepatnya di antara pulau  Hayrock dan Rugged. Tetapi dunia harus menanti hingga 23 Desember 2011,  saat satelit Earth Observing-1 (EO-1) milik NASA melalui instrumen ALI  (Advanced Land Imager)-nya menampilkan resolusi yang lebih baik dalam  spektrum visual. Titik letusan ternyata berjarak sekitar 2 km dari  pantai pulau Hayrock atau sekitar 1 km dari pulau Rugged. Baik pulau  Hayrock maupun Rugged adalah pulau vulkanis, yakni kerucut gunung berapi  yang menyembul di permukaan laut. Yang mengesankan, satelit EO-1 juga  memperlihatkan letusan telah membentuk gundukan kehitaman yang adalah  pulau vulkanis baru.
 Lokasi gunung berapi baru di tengah Laut Merah. Sumber : Google Earth, 2011
Gunung berapi di Laut Merah? Tak perlu heran.  Laut Merah memang bukan laut biasa. Sejatinya laut ini merupakan bagian  dari lembah besar sepanjang kurang lebih 4.000 km yang membentang dari  kaki Pegunungan Sinai di utara hingga kawasan danau-danau besar di  Afrika tengah. Inilah Lembah Retakan Besar (Great Rift Valley), yang  bukan sekedar lembah biasa. Disinilah kulit bumi retak, ambles, menipis  dan lantas diikuti naiknya magma segar dalam jumlah luar biasa dari  dalam lapisan selubung yang cair kental panas. Magma lantas mendorong  sisi-sisi lembah ke arah saling berlawanan secara perlahan-lahan.  Kecepatan pergeserannya sangat lambat, hanya beberapa cm per tahun atau  jauh lebih lambat dari siput. Namun dalam jutaan tahun kemudian,  pergerakan tersebut akan menghasilkan perubahan dramatis bagi rupabumi.
Laut Merah mulai terbentuk sekitar 30 hingga 25  juta tahun lalu. Di tengah-tengahnya dijumpai jalur rekahan tempat  menyeruaknya magma basaltik toelitik, yang serupa dengan magma di  punggungan tengah samudera di berbagai penjuru permukaan Bumi, tempat  lantai samudera tumbuh merekah sepanjang masa. Pada dasarnya di Laut  Merah inilah kita menyaksikan tumbuh kembangnya “bayi” samudera, yang  kelak dalam jutaan tahun ke depan akan terus meluas menjadi samudera  baru. Perluasan Laut Merah diikuti dengan terdorongnya massa daratan di  kedua sisinya yang bersebelahan dalam arah berbeda. Sisi sebelah barat  (sisi Afrika) terdorong ke barat sebagai lempeng Nubia. Sedangkan sisi  sebelah timur (sisi Arabia) terdorong ke timur menjadi lempeng Arabia.
 Ilustrasi proses pemekaran samudera dalam terbentuknya Laut Merah. 
Pada jalur rekahan Laut Merah inilah  gunung-gunung berapi tumbuh dan berkembang, termasuk gunung baru di  Kepulauan az-Zubair. Dengan letusan awal pada 19 Desember dan hanya  dalam empat hari kemudian sebuah pulau vulkanis baru lahir sementara  dasar Laut Merah disekitarnya memiliki kedalaman sekitar 100 meter,  jelas bahwa pembentukan pulau baru tersebut bukanlah proses spontan yang  singkat, melainkan butuh waktu cukup lama. Ini mengindikasikan letusa  tersebut mungkin berlangsung secara bertahap, atau telah terjadi selama  beberapa waktu, yang menumpuk material letusan di sekitar lubang  kepundannya secara akumulatif sehingga terbentuk kerucut vulkanis. Hanya  setelah puncak kerucut ini cukup dekat dengan permukaan air, letusan  mulai melampaui muka laut sehingga bisa disaksikan kasat mata.
Laut Merah  merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di muka Bumi yang  menghubungkan Asia, sebagian Afrika dan Eropa. Beruntung letusan kali  ini tergolong kecil sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas kapal  disekitarnya. Gunung-gunung berapi yang tumbuh di jalur rekahan tempat  pemekaran lantai samudera dikenal relatif ‘kalem’, dengan letusan yang  tak sedahsyat gunung-gunung di daratan seperti halnya Gunung Tambora di  Indonesia maupun Pinatubo di Filipina. Namun jangan salah, di balik  kekalemannya, letusan gunung berapi jenis ini mampu melelerkan magma  dalam jumlah teramat besar. Misalnya saja letusan Harrat Rahat di Saudi  Arabia, letusan yang nyaris mengubur kota suci Madinah dalam lautan  bara. sumber
0 comments:
Posting Komentar