Minggu, 19 Februari 2012

Field Of Qualitative Research

PENGERTIAN/DEFINISI:

Penelitian Kualitatif (Qualitative Reasearch), menurut Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln dalam karyanya Handbook of Qualitative Research (London-New Delhi: Sage Publication, 1994, p. 2), dirumuskan sebagai berikut: “…is multimethod in focus, involving an interpretive, naturalistic approach to its subject matter. …things in the natural settings, attempting to make sense of, or interpret, phenomena in terms of the meanings people bring to them. …involves the studied use and collection of a variety of empirical material—case study, personal experience, introspective, life story, interview, observational, historical, interactional, and visual texts—that describe routine and problematic moments and meanings in individuals lives.” Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan banyak metode, pendekatan interpretif dan naturalistic, mengamati obyeknya dalam latar alamiah, berusaha untuk memaknai atau menginterpretasikan fenomena dari sudut pandang masayarakatnya, melibatkan penggunaan berbagai mater empiris yang diperoleh dari: studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, cerita kehidupan, interview, observasi, sejarah, interaksional, dan teks-teks visual, yang dapat menggambarkan momen dan makna yang rutin dan problematik dalam kehidupan individu.
Ada juga yang mengartikan Penelitian Kualitatif sebagai: “inquiry in which researchers collect data in face-to-face situations by interacting with selected persons in their settings (field research) (McMillan & Schumacher, 2001).

CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian dilakukan secara langsung di lapangan (field works), dan dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry), bukan di laboratorium atau penelitian terkontrol
Pengumpulan data diperoleh secara alamiah dengan melakukan pertemuan, kunjungan, hubungan dengan subyek secara alamiah.
Bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan makna melalui data yang diperolehnya.
Analisis induksi
Kontak personal langsung dengan peneliti di lapangan
Perspektif holistik
Perspektif dinamis
Orientasi kasus unik
Netralitas empirik
Fleksibel
Peneliti sebagai instrument kunci.
Kata qualitatative mencakup penekanan pengertian pada proses dan makna yang dikaji tidak secara cermat (rigorous), dalam pengertian kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi.
Penelitian kualitatif menekankan sifat realitas yang terkonstruksi secara sosial, relasi yang intim antara peneliti dengan yang diteliti dan konstrein situasional yang membentuk penelitian.
Penelitian kualitatif cenderung menekankan sifat penelitian yang syarat nilai.
Penelitian mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman social diciptakan dan diberi makna.


PENELITIAN KUANTITATIF

Sebaliknya, penelitian kuantitatif menekankan pengukuran (measurement) dan analisis hubungan kausal antara variable-variable, bukannya proses.
Telaah dimaksudkan berada dalam kerangka bebas-nilai (value-free).



Menurut Denzin & Lincoln perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif juga dapat disimak dalam penggunaan lima cara melakukan hal-hal sebagai berikut.

Penggunaan Positivisme

Pertama, kedua perspektif kuantitatif dan kualitatif itu dibentuk oleh tradisi positivis dan postpositivis dalam ilmu-ilmu fisika dan ilmu sosial. Kedua tradisi ilmu positive ini berpegang pada posisi realis naif dan kritis. Dalam versi positivis dinyatakan bahwa ada realitas di luar sana yang perlu dikaji, ditangkap, dan dipahami. Sementara kaum pospositivis, menurut Guba, berpendapat bahwa realitas tidak sepenuhnya dapat dipahami, yang dapat dicapai hanyalah kira-kira / kurang lebih(approximate). Postpositivisme menyandarkan pada banyak metode (multiple methods) sebagai cara untuk menangkap realitas sebanyak mungkin. Pada saat yang sama penekanan ditempatkan pada penemuan dan verifikasi teori. Kriteria evaluasi tradisional, seperti validitas internal dan eksternal, ditekankan. Metode analisis dengan komputer yang memberikan hitungan frekuensi, tabulasi, dan analisis statistik tingkat rendah juga digunakan.
Kedua tradisi positivist dan postpositivis masih lekat dengan bayangan proyek penelitian kualitatif. Sescara historis, sesungguhnya, penelitian kualitatif ditentukan oleh paradigma positivis, yang mendasari peneliti kualitatif berusaha untuk bekerja seperti peneliti positivis yang baik tetapi dengan metode dan prosedur yang kurang teliti/tepat/cermat (rigorous). Contoh, beberapa peneliti kualitatif pada pertengahan abad ke-20 Becker, Geer, Hughes & Strauss, 1961) melaporkan penemuan penelitian participant observation dalam pengertian quasi-statistics. Pada 1990, Strauss & Corbin, dua tokoh pendekatan grounded theory terhadap penelitian kualitatif mencoba memodifikasi peraturan-peraturan (cannons) sain (positivistik) yang baik untuk mencocokkan konsepsi postpositivis mereka dalam penelitian yang cermat. Beberapa peneliti lainnya, mencocokkan dalam kerangka positivist atau postpositivis. Spindler and Spindler (1992) meringkas pendekatan kualitatifnya untuk materi quantitatif: ”Instrumentation and quantification are simply procedure employed to extend and reinforce certain kinds of data, interpretations and test hypotheses across samples. Both must be kept in their place. One must avoid their premature or overly extensive use as a security mechanism” (p. 69).
Banyak peneliti kualitatif dalam tradisi postpositivis menggunakan pengukuran statistik, metode, dan dokumen sebagai cara menempatkan kelompok subyek di dalam populasi yang besar. Mereka jarang melaporkan penemuannya atas dasar jenis pengukuran statistik yang kompleks atau metode yang digunakan peneliti kuantitatif. Banyak penelitian terapan (appplied research) adalah ateoretikal.

Penerimaan Sensibilitas Postmodern

Penggunaan metode dan asumís-asumsi kuantitatif positivis telah ditolak oleh generasi baru peneliti kualitatif yang lekat dengan poststructural dan sensibilitas posmodern. Peneliti ini berpendapat bahwa metode positivis merupakan salah satu cara penceritaan tentang masyarakat atau dunia sosial.
Banyak dari kalangan teori kritis, konstruktivis, poststructural, dan madshab pemikiran menolak kriteria positivis dan postpositivis ketika mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri. Mereka melihat bahwa kriteria itu tidak relevan dengan pekerjaan mereka.
Para peneliti ini mencari metode alternatif untuk mengevaluasi pekerjaan mereka, termasuk verisimilitude, emosionalitas, responsibilitas personal, etika pemiliharaan, praxis politik, teks-teks multi-suara, dan dialog dengan subyek.
Dalam merespons, para positivis dan postpositivis berpendapat bahwa apa yang mereka kerjakan adalah sain yang baik (good science), bebas dari bias individu dan subyektivitas; sebagaimana diketahui, bahwa mereka melihat postmodernisme sebagai serangan terhadap nalar (reason) dan kebenaran (truth).


Penangkapan pandangan individual.

Kedua peneliti kualitatif dan kuantitatif menaruh perhatian terhadap pandangan individu. Akan tetapi, peneliti kualitatif berpikir bahwa mereka dapat mencapai kedekatan dengan perspektif aktor melalui interview dan oberservasi yang rinci. Mereka berpendapat bahwa peneliti kuantitatif jarang mampu untuk menangkap perspektif subyek karena mereka harus menyandarkan materi empirik yang remote dan inferensial.
Materi emprikal ini dihasilkan oleh metode interpretif yang lunak, yang dipandang oleh banyak kaum peneliti kuantitatif sebagai hal yang tidak reliable, impresionistik, dan tidak obyektif.

Telaah constraints (keterbatasan) kehidupan seharí-hari.

Peneliti kualitatif lebih suka untuk menghadapi kosntrain dunia sosial sehari-hari dari pada peneliti kuantitatif. Mereka melihat dunia ini dalam aksi dan lekat dalam penemuannya. Peneliti kuantitatif mengabstraksi dari dunia ini dan jarang mengkajinya secara langsung. Mereka mencari nomothetic science berdasar pada probabilitas yang berasal dari kajian terhadap sejumlah besar kasus-kasus yang dipilih secara rendem.
Peneliti kualitatif menaruh perhatian kepada segi-segi emic, ideographic, case-based position yang secara langsung diperhatikan pada kasus-kasus sepesifik dan partikular.


Memperoleh kekayaan deskripsi.

Peneliti kulitatif percaya bahwa deskripsi yang kaya tentang dunia sosial adalah berharga.
Sementara peneliti kuantitatif dengan etik dan komitmen nomothetic, kurang menaruh perhatian pada hal-hal yang detail.


Catatan:

Kelima poin perbedaan yang dilukiskan di atas mencerminkan komitmen pada perbedaan gaya penelitian, perbedaan epistimologi, dan perbedaan bentuk representasi.
Setiap tradisi kerja dikuasai oleh seperangkat genre yang berbeda; oleh masing-masing keklasikannya sendiri; masing-masing kesukaan representasinya sendiri; interpretasi, dan evaluasi tekstualnya sendiri-sendiri.
Peneliti kualitatif menggunakan: ethnograpic prose, historical narrative, fist-person accounts, still photographs, life histories, fictionalized facts, dan materi biographical dan autobiographical.
Peneliti kuantitatif menggunakan: mathematical models, statistical tables, dan graphs, dan sering menulis tentang penelitian mereka dalam bentuk impersonal, third-person prose.

0 comments:

Posting Komentar