”5.000 Warga Papua Kena AIDS, Termasuk Polisi. Diprediksikan jumlah pengidap HIV/AIDS di Papua meningkat tajam.” Ini judul berita ”VIVAnews.com” (20/8-2010).
Dalam berita tidak ada penjelasan berapa kasus HIV-positif (sudah tertular HIV tapi belum ada tanda-tanda penyakit terkait AIDS) dan berapa pula kasus AIDS (yang sudah tertular HIV dan menunjukkan ada tanda-tanda berupa penyakit terkait AIDS).
Data itu perlu karena kasus-kasus HIV-positif banyak yang terdeteksi melalui survailans tes HIV (mencari prevalensi yaitu perbandingan antara yang HIV-positif dan HIV-negatif di kalangan tertentu dan pada kurun waktu yang tertentu pula). Kasus-kasus HIV yang terdeteksi melalui survailans belum bisa dipastikan HIV-positif jika hasil tes pertama tidak dikonfirmasi dengan tes lain.
Standar prosedur operasi tes HIV mengharuskan tes pertama dikonfirmasi dengan tes lain. Misalnya, tes dengan reagent ELISA, contoh darah yang sama dites dengan Western blot sebagai konfirmasi. Bisa juga dengan reagent ELISA lagi tapi dengan teknik dan reagent yang berbeda.
Disebutkan: ”Warga Papua yang positif mengidap HIV/AIDS hingga Agustus 2010 diperkirakan diatas 5.000 jiwa. Peningkatannya cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu.” Dalam pernyataan ini ada beberapa hal yang tidak akurat. Pertama, yang positif terdeteksi melalui tes HIV adalah antibody HIV di dalam darah. Jika hasil tes reaktif maka disebut HIV-positif. Kedua, ada yang terdeteksi HIV-positif pada masa AIDS (sudah tertular HIV antara 5-15 tahun yang lalu).Ini disebut kasus AIDS. Ketiga, angka 5.000 disebutkan perkiraan (estimasi) sehingga perlu dijelaskan cara-cara yang dipakai sehingga angka itu muncul. Keempat, cara pelaporan kasus HIV dan AIDS di Indonesia bersifat kumulatif. Artinya, kasus baru akan ditambahkan ke kasus lama sehingga angka atau jumlah kasus tidak akan pernah turun. Kelima, jika ingin melihat kencederungan maka sebutkan kasus yang terdeteksi tahun 2009 dan tahun 2010.
Ada pula pernyataan: ”Dengan jumlah yang terus meningkat, virus HIV/AIDS masih momok yang menakutkan di Papua,” Ini tidak tepat karena jumlah angka kasus akan terus meningkat karena bersifat kumulatif. Ada atau tidak ada laporan kasus HIV dan AIDS di satu daerah mulai dari tingkat kabupaten, kota, provinsi sampai negara epidemi HIV tidak bisa diabaikan. Tidak ada satu tempat pun di muka Bumi ini yang bebas dari kasus HIV dan AIDS.
Jika dilihat dari aspek epidemiologi publikasi kasus merupakan langkah maju dalam penanggulangan HIV/AIDS karena kasus-kasus yang terdeteksi merupakan pemutusan mata rantai penyebaran HIV. Sebaliknya, di tempat yang tidak melaporkan kasus HIV dan AIDS maka penduduk yang sudah terdeteksi akan menjadi mata rantai penyenbaran HIV secara horizontal antar penduduk tanpa mereka sadari. Ini terjadi karena orang-orang yang sudah tertular HIV tidak menyadari dirinya sudah mengidap HIV karena tidak ada gejala yang khas AIDS pada fisiknya sebelum masa AIDS.
Pernyataan ” …. HIV/AIDS masih momok yang menakutkan di Papua” tidak objektif karena semua penyakit merupakan ancaman yang menakutkan bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Penyebaran HIV yang tidak terkendali di Papua terjadi karena pengetahuan masyarakat terhadap cara-cara penularan dan pencegahan HIV sangat rendah. Ini terjadi karena informasi HIV dan AIDS yang disebarluaskan tidak akurat.
Ada pula pernyataan: ”Menurut Costan (Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Provinsi Papua, Costan Karma), penyebaran HIV/AIDS di Papua masih didominasi melalui hubungan seks secara sembarangan.” Ini lagi-lagi tidak akurat. Apa yang dimaksud dengan ’hubungan seks secara sembarangan’? Ini jargo moral sehingga tidak akurat. Lagi pula penularan HIV melalui hubungan seks terjadi di dalam atau di luar nikah karena salah satu dari pasangan itu HIV-psoitif dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama. Ini fakta. Maka, biar pun ’sembarangan’ kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada risiko penularan HIV.
Dalam epidemi HIV kasus-kasus HIV dan AIDS yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat karena epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Yang tampak di permukaan laut hanya bagian kecil dari (bagian) yang ada di bawah permukaan laut.
Kasus-kasus HIV dan AIDS yang tidak terdeteksi itu akan menjadi ’bom waktu’ ledakan kasus AIDS. Maka, sudah saatnya ditingkatkan penyuluhan dengan materi AIDS yang akurat agar orang-orang yang perilakunya berisiko tertular HIV mau menjalani tes HIV secara sukarela. Mereka adalah laki-laki atau perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan sesk di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks dan pelaku kawin-cerai.
Kian banyak kasus HIV dan AIDS yang terdeteksi maka semakin banyak pula mata rantai penyebaran HIV yang diputus. SUMBER
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar