Jalan yang Benar
Allah swt berfiman:
اهْدِنَا الصرَط الْمُستَقِيمَ صِرَط الَّذِينَ أَنْعَمْت عَلَيْهِمْ غَيرِ الْمَغْضوبِ عَلَيْهِمْ وَ لا الضالِّينَ
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah Kau beri nikmat. “Yaitu jalan orang-orang yang Kau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat.”
Shirathal mustaqim, jalan yang lurus dan benar, memiliki dua makna: makna lahir dan makna batin.
Dalam beberapa riwayat hadis disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Shirathal mustaqîm” adalah jalan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya. Riwayat ini terdapat di dalam:
1. Syawahidut Tanzil, Al-Hakim Al-Haskani, jilid 1, halaman 57, hadis ke: 86,87,88,89,90,91,92,93,94,95,101,102,103,104 dan 105.
2. Al-Ittihaf Bihubbil Asyraf, Asy-syahrawi, halaman 76.
3. Kifayah Ath-Thalib, Al-Kanji Asy-Syafi’i, halaman 162 cet. Al-
4. Ihqaqul Haqq, At-Tustari, jilid 3, halaman 534.
Rasulullah saw bersabda tentang firman Allah “‘Tunjukilah kami ke jalan yang lurus’: Jalannya para Nabi yang telah dikaruniai nikmat oleh Allah.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 86)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata tentang firman Allah “‘Tunjukilah kami ke jalan yang lurus’: Jalan dan mengenal Imam.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 88)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Demi Allah, kami adalah jalan yang lurus.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 89)
Mufadhdhal bin Umar berkata, aku pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) tentang “Ash-Shirath”. Beliau berkata: “Ash-Shirath” adalah jalan untuk mengenal Allah Azza wa Jalla. Shirath itu ada dua: Shirath di dunia dan shirath di akhirat. Shirath di dunia adalah Imam yang wajib ditaati, orang yang mengenalnya di dunia dan memperoleh keteladanan dengan petunjuknya ia akan selamat dalam melintasi shirath di atas jurang neraka Jahamman di akhirat. Dan orang yang tidak mengenalnya di dunia ia akan tergelincir kakinya dari shirath di akhirat sehingga ia tersungkur ke dalam neraka Jahannam.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 92)
Sa’dan bin Muslim berkata, aku pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) tentang “Shirath”. Beliau berkata: “lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di antara mereka ada orang yang melintasinya seperti kilat, ada yang melintasinya seperti musuh berkuda, ada yang melintasinya dengan berjalan kaki, ada yang melintasinya dengan merangkak, dan ada yang melintasinya dengan bergelantung sehingga terjilat oleh api neraka.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 93)
Imam Zainal Abidin (sa) berkata: “Kami adalah pintu Allah dan kami adalah jalan yang lurus.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 97)
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Ali, pada hari kiamat aku, kamu dan Jibril duduk di atas shirath, sehingga tidak ada seorang pun yang boleh melintasi kecuali orang yang tercatat kesetiaannya terhadap wilayahmu.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 98)
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata dari ayahnya dan dari kakeknya bahwa Rasulullah saw bersabda tentang ayat ini: “Pengikut Ali (sa) yang Kau beri nikmat dengan wilayah Ali bin Abi Thalib (sa), mereka yang tidak dimurkai dan tidak tersesat.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 104)
Imam Muhammad Al-Baqir (sa): “Kami adalah jalan yang jelas dan lurus menuju kepada Allah Azza wa Jalla, dan kami adalah nikmat untuk makhluk-Nya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 105)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): “Orang yang dimukai” adalah kaum nashibi, sedangkan “Orang-orang yang tersesat” adalah yahudi dan nasrani. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 106)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Orang-orang yang dimurkai” adalah kaum nashibi, sedangkan “Orang-orang yang tersesat” adalah orang-orang yang ragu dan tidak mengenal Imamnya. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1, hadis ke 107) (sumber)
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar