Pendahuluan


Buku ini berisi paparan yang pas tentang Masonry sebagai suatu aliran pemikiran. Pengaruh terpenting yang menyatukan para Mason adalah filsafat mereka yang paling tepat dideskripsikan sebagai “materialisme” dan “humanisme sekuler”. Namun, Masonry adalah suatu filsafat keliru yang berlandaskan pada berbagai anggapan yang salah dan teori yang cacat. Inilah hal mendasar yang mesti menjadi titik tolak untuk mengkritisi Masonry.
Pentingnya kritisisme semacam itu perlu diungkapkan sejak awal, tidak hanya untuk menjelaskan subjek ini kepada non-Mason, tetapi juga untuk mengajak para Mason sendiri memahami kebenaran. Tentu saja, sebagaimana orang lain, para Mason bebas memilih sendiri, dan dapat mengambil cara pandang apa pun yang mereka inginkan tentang dunia dan hidup sesuai dengannya. Ini adalah hak asasi mereka. Tetapi, orang lain pun punya hak untuk memaparkan dan mengkritisi kekeliruan-kekeliruan mereka, dan itulah yang coba dilakukan buku ini.
Kami pun menggunakan pendekatan yang serupa dalam kritisisme kami terhadap komunitas lainnya. Terhadap orang Yahudi misalnya. Sebagian buku ini juga bertalian dengan sejarah Yahudi dan mengajukan berbagai kritisisme tertentu yang penting. Harus dikemukakan bahwa semua ini tidak ada hubungannya dengan anti-Semitisme atau teori konspirasi “Yahudi-Masonik”. Memang, anti-Semitisme adalah sesuatu yang tak layak bagi seorang Muslim sejati. Orang Yahudi pada suatu masa telah menjadi bangsa yang dipilih oleh Allah, dan kepada mereka dikirimkan-Nya banyak Nabi. Sepanjang sejarah mereka telah ditimpa banyak kekejaman, bahkan menjadi korban pemusnahan massal, tetapi mereka tidak pernah menanggalkan identitas mereka. Di dalam Al Quran, Allah menyebut mereka, bersamaan dengan orang Nasrani, sebagai ahli kitab, dan memerintahkan orang Islam memperlakukan mereka dengan baik dan adil. Tetapi, bagian penting dari sikap adil ini adalah mengkritisi berbagai keyakinan dan praktik yang salah dari sebagian mereka, menunjukkan kepada mereka jalan menuju kebenaran sejati. Tetapi tentu saja, hak mereka untuk hidup sesuai dengan apa yang mereka percayai dan kehendaki tak perlu dipertanyakan lagi.
Buku Ancaman Global Freemasonry ini berangkat dari premis tersebut, dan secara kritis menelusuri akar Masonry, juga sasaran dan aktivitasnya. Dalam buku ini, pembaca juga akan menemukan ikhtisar sejarah pertarungan para Mason melawan agama-agama ketuhanan. Freemason memainkan peranan penting dalam alienasi Eropa dari agama, dan seterusnya, membangun ordo baru yang berlandaskan kepada filsafat materialisme dan humanisme sekuler. Kita juga akan memahami bagaimana pengaruh Masonry dalam penekanan dogma-dogma ini kepada peradaban non-Barat. Akhirnya, kita akan membahas metode-metode yang digunakan Masonry untuk membantu pengembangan dan pelestarian tatanan sosial yang berdasarkan dogma-dogma ini. Filsafat mereka dan metode yang mereka gunakan untuk mengembangkan filsafat ini akan didedah dan dikritisi.
Diharapkan bahwa fakta-fakta penting yang diuraikan di dalam buku ini akan menjadi sarana bagi banyak orang, termasuk para Mason sendiri, agar mampu melihat dunia dengan kesadaran yang lebih baik.
Setelah membaca buku ini, pembaca akan mampu mempertimbangkan banyak hal, dari aliran filsafat hingga kepala berita surat kabar, dari lagu rock hingga berbagai ideologi politik, dengan pemahaman yang lebih dalam, serta melihat dengan lebih baik arti dan tujuan di belakang berbagai peristiwa dan faktor.
=================
-I- Dari Ordo Templar Ke Mesir Kuno PEJUANG SALIB
Enam tahun sebelum buku ini, buku kami yang berjudul New Masonic Order (Ordo Masonik Baru), mengkaji sejarah para Templar dengan amat terperinci. Jadi, kali ini hanya akan diberikan ikhtisarnya. Sebab, begitu kita menganalisis akar dari Masonry, dan pengaruhnya pada dunia, kita menemukan arti dari “Freemasonry Global”. Betapapun banyaknya yang bersikeras bahwa Perang Salib adalah ekspedisi militer yang dilakukan atas nama iman Kristiani, pada dasarnya keuntungan materilah yang menjadi tujuannya. Pada periode Eropa dilanda kemiskinan dan kesengsaraan yang berat, kemakmuran dan kekayaan bangsa Timur, terutama bangsa Muslim di Timur Tengah, menarik perhatian bangsa Eropa. Walaupun menggunakan wajah agama, dan dihiasi dengan simbol-simbol Kristiani, gagasan Perang Salib sebenarnya lahir dari hasrat akan keuntungan duniawi. Inilah yang menyebabkan perubahan tiba-tiba dari kebijakan cinta damai sebelumnya di kalangan Kristen Eropa pada periode awal sejarah mereka, kepada agresi militer.
Para ahli sejarah percaya bahwa upaya Urban II didorong oleh keinginannya untuk merintangi pencalonan seorang pesaingnya dalam kepausan. Sedangkan di balik sambutan penuh semangat dari para raja, pangeran, dan bangsawan Eropa atas seruan Paus, tujuan mereka pada dasarnya bersifat keduniaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Donald Queller dari Universitas Illinois, “Ksatria-ksatria Prancis menginginkan lebih banyak tanah. Pedagang-pedagang Italia berharap untuk mengembangkan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Timur Tengah.... Sejumlah besar orang miskin bergabung dengan ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan sehari-hari mereka.” 1 Sepanjang jalan, massa yang serakah ini membantai banyak orang Muslim, dan bahkan Yahudi, dengan harapan untuk menemukan emas dan permata. Pejuang-pejuang salib bahkan membelah perut korban-korban mereka untuk menemukan emas dan batu-batu berharga yang mungkin telah mereka telan sebelum mati. Begitu besarnya keserakahan para pejuang salib akan harta, sehingga tanpa sesal mereka merampok kota Kristen Konstantinopel (Istanbul) pada Perang Salib IV, dan melucuti daun-daun emas dari lukisan-lukisan dinding Kristiani di Hagia Sophia.
Tampaklah pemandangan yang menakjubkan. Sebagian orang-orang kami (dan ini lebih murah hati) memenggal kepala-kepala musuh; yang lainnya memanah mereka, sehingga berjatuhan dari menara-menara; yang lain lagi menyiksa lebih lama dengan melemparkan mereka ke dalam api. Gundukan kepala, tangan, dan kaki tampak di jalan-jalan kota. Orang harus mencari jalan di antara mayat-mayat manusia dan kuda. Tetapi ini belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat kebaktian keagamaan biasanya dinyanyikan… di dalam Kuil dan serambi Sulaiman, orang-orang berkuda berkubang darah hingga ke lutut dan tali kekang mereka. 3 Selama dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan cara yang sangat biadab. 4 Pejuang salib kemudian menjadikan Yerusalem ibukota mereka, dan membangun Kerajaan Latin yang membentang dari perbatasan Palestina hingga ke Antioch (Antakia). Selanjutnya, para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di Timur Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka perlu mengorganisirnya. Untuk itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam bentuk yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota ordo-ordo ini datang dari Eropa ke Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima latihan militer untuk memerangi orang Muslim. Secara khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia mengalami transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. Namanya: Ordo Templar. ORDO TEMPLAR
Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur. Mereka mengontrol penuh para peziarah Kristen yang berdatangan dari Eropa ke Palestina, dan menjadi sangat kaya dari uang para peziarah tersebut. Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga. 5 Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas serangan-serangan pejuang salib dan pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan kemudian membebaskan Yerusalem, menghukum mati para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian di negara-negara lain, menjadi negara dalam negara. Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah doktrin mistik yang asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.
Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal dengan begitu banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya, Secret Societies And Subversive Movements. Menurut Webster, kecenderungan untuk melepaskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa pengadilan tidak tepat. Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi, tidak semua Templar disiksa: Lagipula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan — yang disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun semuanya saling menyerupai — merupakan karangan semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk mengarang-ngarang, cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara, dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. 6Bagaimanapun juga, sidang pengadilan para Templar berakhir dengan tumpasnya ordo tersebut. Tetapi, walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah. Selama penangkapan tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan berhasil menutupi jejak mereka. Menurut tesis yang berdasarkan pada berbagai dokumen sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad pertengahan — loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera, mereka menguasai loge-loge ini sepenuhnya. 7 Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di Skotlandia. Dan, nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad sebelumnya. Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry. Tesis ini didukung oleh banyak bukti sejarah, dan diterima saat ini oleh banyak ahli sejarah Barat, baik mereka anggota Freemasonry ataupun tidak. Dalam buku kami, Ordo Masonik Baru, bukti ini dikaji secara terperinci.
Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah tekanan Gereja, membubarkan Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka kepada para Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar tidak berhenti. Sebagian besar Templar berlindung di berbagai loge Freemason yang beroperasi di Eropa pada saat itu. Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota lainnya, mendapatkan perlindungan di Skotlandia dengan menyamar sebagai seorang tukang batu bernama Mac Benach. Raja Skot, Robert the Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan mereka mengembangkan pengaruh besar terhadap loge-loge Mason di Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi keahlian dan ide-ide mereka. Freemason masa kini menggunakan nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para Mason Skot, yang mewarisi pusaka para Templar, mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun kemudian dan membangun dasar bagi ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di sana. 8
Ordo Templar dan organisasi Mason saling memengaruhi dengan sangat mencolok. Bahkan ritual-ritual dari berbagai lembaga begitu mirip sehingga bagaikan disalin dari para Templar. Dalam hal ini, para Mason telah mengidentifikasi diri mereka kepada para Templar begitu jauh dan dapat dikatakan bahwa apa yang dipandang sebagai esoterisme (kerahasiaan) asli Masonik sampai tingkatan yang penting merupakan warisan dari para Templar. Ringkasnya, sebagaimana kami sebutkan pada judul esei ini, kita dapat katakan bahwa titik berangkat dari seni megah Freemansory dan garis esoteris—awalnya milik para Templar dan ujung panahnya milik para Freemason.11Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa Freemasonry mengakar hingga ke Ordo Templar, dan bahwa para Mason telah mengadopsi filsafat ordo ini. Para Mason sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu, hal penting bagi pembahasan kita adalah sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang membawa mereka ke situ? Mengapa mereka mengalami perubahan seperti itu di Yerusalem? Apa dampak dari filsafat yang diadopsi para Templar ini, melalui perantaraan Masonry, kepada dunia? PARA TEMPLAR DAN KABBALAH
Tidak ada bukti bahwa para Templar pendiri ini pernah memberi perlindungan kepada peziarah, tetapi sementara itu kita segera menemukan bahwa terdapat bukti yang meyakinkan bahwa mereka memang melakukan penggalian yang intensif di bawah reruntuhan Kuil Herod….12 Para penulis Kunci Hiram bukanlah satu-satunya yang menemukan bukti tentang ini. Sejarawan Prancis, Gaetan Delaforge membuat pernyataan yang sama: Tugas sebenarnya dari sembilan ksatria itu adalah melakukan penyelidikan di daerah tersebut untuk mendapatkan berbagai barang peninggalan dan naskah yang berisi intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.13
Para penulis The Hiram Key berpendapat bahwa penggalian-penggalian para Templar ini bukannya tanpa hasil; karena di Yerusalem ordo tersebut menemukan berbagai peninggalan tertentu yang mengubah cara mereka memandang dunia. Selain itu, banyak peneliti berpendapat serupa. Mestilah ada sesuatu yang menuntun para Templar, walau pada faktanya mereka sebelumnya adalah pengikut Kristen dan datang dari bagian dunia Kristen, untuk mengadopsi suatu sistem keimanan dan filsafat yang sepenuhnya berbeda dari agama Kristen, merayakan misa-misa bidah, dan melakukan berbagai upacara sihir. Menurut pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu” itu adalah Kabbalah (Qabbala). Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih dekat, kita menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah suatu sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia ada sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah Taurat diturunkan. Fakta yang menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh sumber yang sama menariknya. Murat Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis sebagai berikut ini di dalam bukunya, Masonluk Nedir ver Nasildir? (Apa dan Seperti Apa Freemasonry Itu?): Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana ia berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi. Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat.15Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi.16
Alasan Reinach menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran manusia yang terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian besar berhubungan dengan ilmu sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah menjadi salah satu batu pondasi bagi setiap jenis upacara sihir. Para rabbi yang mempelajari Kabbalah dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga, banyak non-Yahudi yang telah terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba memraktikkan ilmu sihir dengan menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan esoterik yang terjadi di Eropa selama akhir Abad Pertengahan, khususnya sebagaimana yang dipraktikkan oleh para ahli alkimia, sangat banyak yang berakar dari Kabbalah. Hal ini sungguh aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama Monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s. Kenyataannya, di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut Kabbalah, yang mengadopsi praktik-praktik dasar sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini memperkuat apa yang telah disebutkan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya merupakan elemen yang menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar. Tetapi, apa sumber dari elemen ini? Ahli sejarah Yahudi Fabre d'Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari Mesir Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno. Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.19 Karena itulah, kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk menemukan sumber utama dari rantai Kabbalah-Templar- Freemasonry ini.
AHLI-AHLI SIHIR MESIR KUNO Mesir Kuno dengan para fir'aunnya adalah salah satu peradaban tertua di dunia; juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah yang masih tersisa dari Mesir Kuno — berbagai piramid, sphinx, dan obelisk — dibangun oleh ratusan ribu budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah lecutan cambuk dan ancaman kelaparan. Para Fir'aun, penguasa absolut di Mesir, ingin direpresentasikan sebagai dewa dan disembah oleh manusia. Salah satu sumber pengetahuan tentang Mesir Kuno adalah berbagai prasasti mereka. Prasasti-prasasti ini ditemukan di abad kesembilan belas dan setelah kerja keras, abjad Mesir dapat diuraikan, memperjelas begitu banyak informasi tentang negeri ini. Namun, karena ditulis oleh ahli sejarah resmi negara, berbagai prasasti ini penuh dengan cerita-cerita yang bias yang dimaksudkan untuk memuja-muja negara. Bagi kita, tentu saja, sumber pengetahuan terbaik tentang masalah ini adalah Quran. Di dalam Al Quran, di dalam kisah Musa, kita memperoleh informasi penting tentang sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan bahwa terdapat dua titik fokus kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan pembesarnya. Dewan ini memiliki pengaruh penting terhadap Fir’aun. Fir’aun sering berkonsultasi dengan mereka dan senantiasa mengikuti anjuran mereka. Ayat yang dikutip di bawah menunjukkan pengaruh dewan ini terhadap Fir’aun:
Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
| |||||||||||||||||
1 World Book Encyclopedia, "Crusades," Contributor: Donald E. Queller, Ph.D., Prof. of History, Univ. of Illinois, Urbana-Champaign, World Book Inc., 1998
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
========================
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)

3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)

4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262

5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81

6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3

7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989

8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)

9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)

10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)

11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)

12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37

13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)

14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38

15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)

16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499

17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9

18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)

19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)

20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)

21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)

22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131

-II- Kisah di Balik Kabbalah
“Keluaran” adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi, ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa. Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat — Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan — banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa. Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka. ANAK SAPI EMAS Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil dari Mesir, sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus cenderung kepada penyembahan berhala. Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam penentangan mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung seekor anak sapi dan menyembahnya.
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil untuk membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini bersumber? Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menyembah berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan alami terhadap berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani satu Tuhan semenjak masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil" atau "Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra Ya'kub, cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan keturunannya. Bani Israil telah menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as., mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka waktu yang panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah dari kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada mereka, bani Israil adalah kaum yang mengimani satu Tuhan. Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil, betapapun banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka, menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan berhala dari negeri-negeri asing. Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan sejarah, kita amati bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis Kristen Richard Rives menulis:
Pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka berkata, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan kepada Nabi mereka, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." (QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada agama pagan bangsa Mesir. Kecenderungan bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang telah kita gambarkan di sini, penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks Taurat dan asal usul dari Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme Mesir Kuno dan filsafat materialis. DARI MESIR KUNO KE KABBALAH Semasa Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin sedikit yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi pondasi bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya. Doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan Turki, membahas topik ini sebagai berikut: Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur. 24 ![]()
Dengan mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang hal itu. Mereka mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menyatakan: Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi, Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi. 25 Ada ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahwa bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari sumber-sumber di luar agama mereka sendiri.
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi, walau mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan mengambil praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka sendiri, terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan mereka. Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi, adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum Allah.
DOKTRIN PAGAN YANG DISISIPKAN KE DALAM TAURAT Penting untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui dosa mereka dan menyesal:
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri. Karena inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen yang berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping yang disebutkan di atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang Yahudi yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih rinci rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." 26 Maka, sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno. KABBALAH, DOKTRIN YANG BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia). Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya.
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeda di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini: Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini: Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan. 28 Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri. Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri. Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler. Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme dan humanisme sekuler — menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang. Sungguh menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah membawa doktrin Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke masa kini. DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria Templar sebelumnya, kita mencatat bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini dipengaruhi oleh sebuah "rahasia" yang ditemukan di Yerusalem, yang membuat mereka meninggalkan agama Kristen dan mulai memraktikkan ritus-ritus sihir. Kita sebutkan bahwa banyak peneliti telah mencapai pendapat bahwa rahasia ini berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya, dalam bukunya Histoire de la Magie (Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis, Eliphas Levi, memberikan bukti terperinci bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah, yakni, mereka secara rahasia dilatih di dalam doktrin ini.29 Begitulah, sebuah doktrin yang berakar di Mesir Kuno diteruskan kepada para Templar melalui Kabbalah. Dalam Foucault's Pendulum, novelis Umberto Eco*) menceritakan fakta-fakta ini di dalam alur cerita. Sepanjang novel tersebut, dia mengisahkan, melalui pembicaraan para tokoh protagonisnya, bahwa para Templar dipengaruhi oleh Kabbalah dan bahwa para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, dan kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama (Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini hanya dapat dipahami oleh para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di kemudian hari ditulis Spanyol, dan membentuk kitab fundamental Kabbalah, berhubungan dengan rahasia-rahasia kelima kitab tersebut) Setelah menyatakan bahwa para penganut Kabbalah juga membaca rahasia bangsa Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris haikal Sulaiman, Eco menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para rabbi pengikut Kabbalah di Yerusalem: Rahasia itu yang semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui oleh sekelompok kecil rabbi yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari mereka para Templar mempelajarinya. 30 Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir kuno ini, sudah tentu mereka bertentangan dengan kekuasaan Kristen yang mendominasi Eropa. Pertentangan serupa juga terjadi antara mereka dengan kekuatan bangsa Yahudi lainnya. Setelah para Templar ditangkap oleh perintah bersama raja Prancis dan Paus di tahun 1307, ordo ini bergerak di bawah tanah, namun pengaruhnya tetap bertahan, dan dengan cara yang lebih radikal dan mantap. Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria Templar melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja Skotlandia, satu-satunya kerajaan Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Di Skotlandia, mereka menyusup ke dalam gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih. Gilda-gilda tersebut mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan demikian, benih Masonik ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama Masonry masih merupakan “Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
Sebagaimana telah dibahas secara rinci di dalam buku Ordo Masonik Baru, jejak para Templar dapat dideteksi sejak awal abad keempat belas dan sekelompok bangsa Yahudi berhubungan dengan mereka pada berbagai babak sejarah Eropa. Tanpa membahas detailnya, inilah sebagian heading yang mengkaji topik ini:
Contoh-contoh seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara para Templar dan pengikut Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan tatanan sosial Eropa. Perubahan ini melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di Eropa, dan penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti Kabbalah. Dan, setelah perubahan budaya ini, berbagai perubahan politik akan mengikuti. Revolusi Prancis dan Italia, misalnya…. Pada bagian berikutnya, kita akan mengamati beberapa titik balik penting di dalam sejarah Eropa. Pada setiap tahap, kita akan dihadapkan kepada fakta bahwa terdapat sebuah kekuatan yang hendak memisahkan Eropa dari warisan Kristennya, menggantikannya dengan ideologi sekuler, dan dengan program pemikiran ini menghancurkan lembaga-lembaga keagamaannya. Kekuatan ini berusaha memaksa Eropa menerima doktrin yang telah diestafetkan sejak Mesir Kuno melalui Kabbalah. Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya, pada basis dari doktrin ini terdapat dua konsep penting: humanisme dan materialisme. Pertama, mari kita meninjau humanisme. | |||||||
23 Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996, hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
==============
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299

25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)

26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)

27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194

28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)

29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924

30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)

31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989

32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.

-III- Mengkaji Ulang Humanisme ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun".33
Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris identik dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto penting yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad yang lalu. Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh sebagian orang penting masa itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973, manifesto humanis kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi dalam pada itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yang masih sangat aktif. Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi dasar pada masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat. Misalnya, enam pasal pertama dari Manifesto Humanis adalah sebagai berikut: Pada pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan agnotisisme. Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Pasal keempat mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang diberikan pada penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan. Akan teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu ayat Al Quran, Allah berfirman:
Humanisme memasuki Eropa dari sumber ini. Keyakinan kristiani berdasarkan kepada keberadaan Tuhan, dan bahwa manusia adalah hamba-hamba ciptaan-Nya yang tergantung kepada-Nya. Namun, dengan penyebaran tradisi Templar di seluruh Eropa, Kabbalah mulai menarik banyak filsuf. Maka, di abad ke-15, arus humanisme bermula dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dalam kancah pemikiran Eropa.
Literatur Masonik penuh dengan upacara moral yang berupaya menutupi fakta ini. Namun sebenarnya, moralitas ini tanpa agama tidak lebih dari retorika pura-pura. Sejarah penuh dengan contoh untuk menunjukkan bahwa, tanpa disiplin diri yang diberikan agama atas jiwa manusia, dan tanpa hukum tuhan, moralitas sejati tidak dapat dibangun dengan cara apa pun juga.
Begitu pula di masa kini, ketika kita mengamati Masonry itu sendiri, yang terus-menerus menegaskan cita-citanya tentang “pelayanan masyarakat” dan “pengorbanan untuk kemanusiaan”, kita tidak menemukan catatan yang terlalu bersih. Di banyak negara, Masonry telah menjadi fokus bagi hubungan demi perolehan kebendaan secara buruk. Pada skandal Loge Masonik P2 di Italia pada tahun 1980, jelaslah bahwa Masonry menjalin hubungan erat dengan mafia, dan bahwa para direktur “loge” terlibat dalam aktivitas seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang, atau pencucian uang. Juga terungkap bahwa mereka merancang penyerangan terhadap saingan-saingan mereka dan orang-orang yang mengkhianati mereka. Pada “Skandal Loge Timur Raya” di Prancis pada tahun 1992, dan pada operasi “Tangan Bersih” di Inggris, yang dilaporkan oleh pers Inggris pada tahun 1995, aktivitas-aktivitas loge Masonik demi kepentingan keuntungan ilegal menjadi jelas. Gagasan kaum Mason tentang “moralitas humanis” hanyalah kepura-puraan. Terjadinya hal semacam itu tak terhindarkan, karena, sebagaimana disebutkan di awal, moralitas hanya terbina di masyarakat berdisiplin agama. Pada landasan moralitas tiada arogansi dan egoisme, dan satu-satunya yang dapat mewujudkan keadaan ini adalah mereka yang menyadari tanggung jawab mereka terhadap Tuhan. Di dalam Al Quran, setelah Allah menceritakan tentang pengorbanan diri orang beriman, Dia memerintahkan, “...Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Hasyr, 59: 9). Inilah landasan sejati bagi moralitas. Singkatnya, kaum Mason bermaksud menghancurkan unsur-unsur keimanan yang merupakan esensi agama. Mereka ingin mereduksi peranan agama sekadar sebagai unsur kultural yang menyampaikan gagasannya melalui sejumlah pertanyaan moral yang bersifat umum. Caranya, menurut kaum Mason, adalah dengan memaksakan ateisme kepada masyarakat di balik kedok sains dan logika. Namun pada akhirnya, tujuan mereka adalah menyingkirkan agama dari posisinya walau sebagai unsur kultural belaka, dan membangun sebuah dunia yang sepenuhnya ateis. | ||||||||||||
33 Encarta® World English Dictionary © 1999 Microsoft Corporation. Developed for Microsoft by Bloomsbury Publishing Plc.
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
===================
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116

35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)

36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241

37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61

38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)

39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)

40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520

41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522

42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)

43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)

44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)

45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)

46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55

47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)

48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)

49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)

50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)

51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)

52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25

53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)

54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)

55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)

56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)

57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)

58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)

-IV- Mengkaji Ulang Materialisme Pada bab pertama kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya. Ciri-ciri paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah disebutkan, adalah bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa materi bersifat kekal dan tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key, Christopher Knight dan Robert Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang layak diulangi, tentang masalah ini:
Terdapat kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum materialis modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah bahwa, ada sebuah organisasi modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir Kuno ini, dan bermaksud untuk menegakkannya di seluruh penjuru dunia. Organisasi itu adalah Masonry.... KAUM MASON DAN MESIR KUNO Filosofi materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi tersebut diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin Kabbalah. Di lain pihak, sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama, dan menafsirkan ulang serta melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang dikenal sebagai “Hermetisisme”. Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani bagi dewa Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah versi lain dari filosofi Mesir Kuno. Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya di dalam Masonry modern: Isindag jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry dengan menyatakan, “Freemasonry adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”. ."61
Dalam kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari “orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.) Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah satu contoh sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar sejati dari sistem yang jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita tentang para fir'aun yang memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang ingkar, yang menyetujui sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka. Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai "sumber keahlian Masonik": …Bangsa Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda Masonik, kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras, yang mengunjungi Heliopolis, banyak menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil Memphis tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota Thebes terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras, Plato, dan Cicero diinisiasi ke dalam Masonry di kota-kota ini.63 Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar Sinan dinyatakan: Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram, atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian, kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua, dan tiga; setelah itu tingkat besar dimulai. 64 Dari sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir. Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. An-Nahl, 27:12) Pada ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:
SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON Salah satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason adalah simbol-simbol mereka.
Simbol sangat penting dalam Masonry. Kaum Mason mengungkapkan makna sejati filsafat mereka kepada anggota melalui alegori. Seorang Mason, yang mendaki tahap demi tahap melalui 33 tingkat hirarki Masonik, mempelajari makna-makna baru untuk masing-masing simbol pada tiap tingkatnya. Dengan begini, anggota menuruni anak tangga demi anak tangga menuju kedalaman filsafat Masonik.
Kita semua mengetahui bahwa Masonry mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui berbagai simbol dan kisah, yakni alegori. Kisah-kisah ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini merentang jauh ke legenda-legenda masa prasejarah. Dengan begitu, Masonry menunjukkan panjangnya usia cita-citanya dan memperoleh sumber simbol-simbol yang kaya. 65 Konsepsi bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai simbol dan legenda ini, yang merentang jauh ke abad-abad awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik, dan seringkali di dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar piramid dan sphinx serta tulisan hiroglif dapat ditemukan. Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di dalam artikel pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan: Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira tidak salah. Lagipula, fakta bahwa berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi yang ditemukan di Mesir Kuno paling menyerupai yang terdapat pada Masonry pertama kali menarik perhatian kita. 66 Sekali lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan Sasaran Sosial Freemasonry" menyebutkan: Pada masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis berlangsung lama, diselenggarakan dengan penuh perhatian dan kemegahan, dan memperlihatkan banyak kesamaan dengan upacara-upacara Masonik. 67Mari kita kaji beberapa contoh hubungan antara Mesir Kuno dan Masonry. PIRAMID DI BAWAH MATA Simbol Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga pada uang kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata pada segitiga di atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa ditemukan di loge-loge dan semua terbitan Masonik. Sejumlah besar tulisan yang membahas Masonry menekankan fakta ini. Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit menarik perhatian. Namun, piramid ini sangat berarti dan mencerahkan untuk memahami filsafat Masonry. Seorang penulis Amerika, Rober Hieronimus, menulis tesis doktoral tentang cap AS di mana ia memberikan sejumlah informasi yang sangat penting. Judul tesis Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang Pemeliharaan Cap Agung Amerika dan Hubungannya dengan Ideologi Psikologi Humanis”. Tesisnya menunjukkan bahwa para pendiri Amerika, yang semula mengadopsi cap tersebut, adalah kaum Mason, dan karenanya mendukung filosofi humanis. Hubungan filosofi ini dengan Mesir Kuno disimbolkan dengan piramid yang ditempatkan di pusat cap tersebut. Piramid ini adalah representasi Piramid Cheops, kuburan Fir’aun yang terbesar.68
MAKNA MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM
Simbol Masonry yang terkenal lainnya adalah bintang segienam, yang terbentuk dengan meletakkan satu segitiga terbalik di atas segitiga lainnya. Ini juga simbol tradisional Yahudi, dan sekarang ini muncul pada bendera Israel. Diketahui bahwa Nabi Sulaiman pertama kali menggunakannya sebagai cap. Oleh karena itu, bintang segienam adalah cap seorang nabi, sebuah simbol suci. Namun, kaum Mason memunyai konsepsi yang berbeda. Mereka tidak menganggap bintang segienam ini sebagai simbol Nabi Sulaiman, namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir Kuno. Sebuah artikel pada Mimar Sinan yang bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di Dalam Ritual Kita” menceritakan sejumlah fakta menarik tentang hal ini:
Sebenarnya, kita harus menafsirkan semua simbol Masonik yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini. Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman adalah seorang nabi yang hendak difitnah oleh sebagian orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan. Di dalam ayat Al Quran, Allah berfirman: Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).... (QS. Al Baqarah, 2:102) Kaum Mason mengambil gagasan yang secara keliru dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman ini, dengan menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan Mesir Kuno. Oleh karena itu, mereka memberinya tempat penting di dalam doktrin mereka. Di dalam buku The Occult Conspiracy, sejarawan Amerika Michael Howard menyebutkan bahwa, semenjak Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap sebagai ahli sihir dan seorang yang memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam Yahudi.70 Howard menjelaskan bahwa kaum Mason menganggap Kuil Sulaiman sebagai “kuil pagan”, dan karenanya menjadi penting. 71 Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang abdi Allah yang saleh dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry. TIANG GANDA
Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan adalah tiang ganda di pintu masuk. Kata “Jachin” dan “Boaz” dipahatkan di atasnya, sebagai tiruan dari dua tiang pada pintu masuk Kuil Sulaiman. Namun sebenarnya, kaum Mason tidak memperuntukkan tiang-tiang ini sebagai tanda peringatan atas Sulaiman; melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat mereka terhadapnya. Asal usul tiang-tiang ini lagi-lagi berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol dalam Ritual Kita”, majalah Mimar Sinan menyebutkan: Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek kembar dan penopang langit. Bahkan begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua tiang di dalam loge kita berasal usul dari Mesir Kuno. Salah satu tiang ini berada di selatan Mesir, di kota Thebes; yang lainnya berada di utara Heliopolis. Di pintu masuk kuil Amenta yang dipersembahkan untuk Ptah, dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang, dinamai kecerdasan dan kekuatan, yang didirikan di depan gerbang masuk keabadian. 72 TERMINOLOGI MESIR DI LOGE Pada buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher Knight dan Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno. Salah satu poin penting yang mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang Mason menjadi Imam Mason adalah: Ma'at-neb-men-aa, Ma'at-ba-aa'. 73 Knight dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa memikirkan artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti, Agunglah Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah jiwa Freemasonry. 74 Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata "Ma'at" berarti keahlian membangun tembok, dan bahwa terjemahan terdekatnya adalah "Masonry". Ini berarti bahwa kaum Mason modern, ribuan tahun setelahnya, masih melestarikan bahasa Mesir Kuno di loge-loge mereka. SULING AJAIB MOZART
Salah satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling Ajaib (Magic Flute), sebuah opera karya komposer terkenal, Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan merupakan sebuah fakta yang diakui bahwa banyak bagian dari operanya mengandung pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesan-pesan Masonik ini sangat erat berhubungan dengan paganisme Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan hal ini: Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara Mesir Kuno dengan upacara-upacara ritual Masonik. Meskipun begitu banyak orang yang mencoba menginterpretasikan Suling Ajaib sebagai "cerita tentang Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para dewa dan dewi dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan karakter pada Suling Ajaib. 75 OBELISK
Simbol penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah menjadi unsur penting dalam arsitektur Mesir — obelisk. Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus dengan piramid sebagai puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif Mesir Kuno, dan terkubur selama berabad-abad di bawah tanah sampai ditemukan di abad kesembilan belas, dan dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New York, London, dan Paris. Obelisk terbesar dikirimkan ke AS. Pengiriman ini diatur oleh kaum Mason. Ini karena obelisk, sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang terpahat padanya, diklaim oleh kaum Mason benar-benar sebagai simbol-simbol mereka sendiri. Mimar Sinan menegaskan tentang obelisk setinggi 21 meter di New York sebagai berikut :
LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA
Jika kita mengkaji sumber-sumber Masonik, kita menemukan bahwa simbol sang janda asalnya diturunkan dari legenda Mesir. Legenda ini adalah salah satu mitos Mesir Kuno yang paling penting — kisah Osiris dan Isis. Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis adalah istrinya. Menurut legenda tersebut, Osiris adalah korban kejahatan nafsu yang menyebabkan Isis menjadi janda. Maka, janda Masonik adalah Isis. Sebuah artikel pada Mimar Sinan menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:
Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel dan ceramah serta merupakan mitos Mesir Kuno yang terdekat dengan Masonry. Ujian untuk menjadi pendeta kuil Isis adalah inisiasi Masonik itu sendiri. Akan membosankan jika harus mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu unsur terpenting; agar terkubur di dalam kegelapan Timur, matahari pagi mulai turun di sore hari dan menggantikan tugas Osiris setiap hari, sebagaimana Horus yang dengan lebih cemerlang menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh. Maka, “janda” yang anak-anaknya adalah kita tak lain dari janda Osiris, Isis.77 Tampaklah bahwa Masonry, yang menggambarkan dirinya sebagai berdiri di atas logika dan sains, sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang penuh dengan kepercayaan takhyul. JANGKA DAN SIKU-SIKU Di antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang menangkupi siku-siku. Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol ini mewakili konsep sains, keteraturan geometrik dan pemikiran rasional. Namun, jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya memunyai makna yang sangat berbeda. ![]() Ini berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah sebuah simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau sebelum kedatangan agama Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada loge Masonik, dan tak lain daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno yang menyembah bulan dan matahari itu. FILOSOFI PAGAN MASONRY Sejauh ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis, materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard menguraikan rahasia ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat tertinggi. Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap Freemasonry…? … Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada “rahasia-rahasia” Freemasonry. Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi masyarakat umum, diragukan apakah makna-maknanya akan dimengerti oleh mereka yang tidak benar-benar mengetahui berbagai doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya, diragukan jika banyak dari anggota loge biasa memahami apa yang diwakili rahasiara-hasianya. Di kalangan dalam Masonry, di antara mereka yang telah mencapai tingkat inisiasi yang lebih tinggi, terdapat para Mason yang memahami bahwa mereka adalah pewaris dari suatu tradisi kuno dan pra-Kristen yang diteruskan dari masa pagan. 79
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki, kita memahami bahwa tingkat tertinggi memiliki pengetahuan yang mereka jaga tetap tersembunyi dari saudara-saudara lain. Imam Mason Necdet Egeran menjelaskan apa pendapat para Mason tingkat tinggi tentang hal ini:
Kutipan ini menggarisbawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat rendah menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun Masonry sebenarnya menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan luar Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry adalah sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara sistematik kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya. Sebagaimana telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah berkembang menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno, adalah materialisme. MATERIALISME DI DALAM SUMBER-SUMBER MASONIK I. KEYAKINAN AKAN MATERI ABSOLUT Kaum Mason masa kini, sebagaimana para fir’aun, pendeta, dan kelas-kelas lain dari Mesir Kuno, memercayai bahwa materi kekal dan tidak diciptakan, dan bahwa dari materi tak berjiwa ini makhluk hidup dapat muncul secara kebetulan. Di dalam tulisan-tulisan Masonik kita dapat membaca penjelasan terperinci dari unsur-unsur dasar filosofi materialis. Di dalam bukunya, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry), Imam Mason Selami Isindag menulis tentang filosofi materialis Masonry yang sebenarnya:
Anda akan menemukan pandangan-pandangan yang identik dengan kutipan di atas pada buku-buku pemikir materialis seperti K. Marx, F. Engels, V.I. Lenin, G. Politzer, C. Sagan, dan J. Monod. Mereka semua memercayai mitos utama materialis bahwa alam semesta selalu ada, materi adalah satu entitas keberadaan yang mutlak, materi berevolusi di dalam dan di luar dirinya, dan kehidupan muncul sebagai hasil dari perubahan. Tepat sekali penggunaan istilah mitos di sini karena, berlawanan dengan klaim Isindag bahwa “proses-proses ini adalah hasil dari sains dan logika positif”, semua pandangan ini telah digugurkan oleh penemuan-penemuan ilmiah di paro kedua abad kedua puluh. Misalnya, teori Big Bang yang telah diterima di kalangan ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan jutaan tahun yang lalu. Hukum Termodinamika menunjukkan bahwa materi tidak memunyai kemampuan untuk mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga keseimbangan dan keteraturan di alam semesta adalah hasil dari suatu penciptaan sadar. Dengan menunjukkan desain luar biasa pada makhluk hidup, biologi membuktikan keberadaan sang Pencipta yang menciptakan kesemuanya. (Untuk perincian, lihat karya Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme yang Terbantahkan, Keruntuhan Teori Evolusi) Di dalam artikel ini, Isindag selanjutnya menjelaskan bahwa pada kenyataannya kaum Mason adalah materialis dan karenanya, ateis; juga bahwa mereka menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” dengan merujuk kepada evolusi materi: Saya ingin menyinggung secara amat singkat beberapa prinsip, pemikiran yang diadopsi oleh kaum Mason: Menurut Masonry, kehidupan bermula dari sebuah sel tunggal, berubah, bertransformasi dan berevolusi menjadi manusia. Sifat, penyebab, tujuan, atau kondisi dari permulaan ini tidak diketahui. Kehidupan datang dari kombinasi materi dan energi dan kembali kepadanya. Jika kita menerima sang Arsitek Agung Alam Semesta sebagai suatu prinsip yang luhur, suatu horison kebaikan dan keindahan, puncak dari evolusi, tahapan tertinggi dan idealnya yang dituju oleh kerja keras manusia, dan jika kita tidak membuatnya sesuai ukuran tertentu, kita mungkin terselamatkan dari dogmatisme. 82 Sebagaimana kita pahami, filosofi Masonik memunyai salah satu prinsip paling dasar bahwa segala sesuatu berasal dari materi dan kembali kepada materi. Segi menarik dari pandangan ini adalah bahwa kaum Mason tidak menganggap filosofi ini khusus bagi diri mereka saja, mereka ingin menyebarkan pemikiran ini kepada keseluruhan masyarakat. Isindag melanjutkan: Seorang Mason yang terlatih dengan prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin ini menerima tugas untuk mendidik masyarakat… dan untuk memajukan mereka dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif kepada mereka. Dengan begitu, Masonry disampaikan kepada masyarakat. Ia bekerja atas nama masyarakat tanpa menghiraukan masyarakat. 83 Kata-kata ini menunjukkan dua aspek peran Masonry yang dirasakan di masyarakat; 1. Di balik samaran sains positif dan logika, Masonry berusaha memaksakan filosofi materialis yang dipercayainya (yakni, mitos Mesir Kuno) kepada masyarakat. 2. Mereka bermaksud melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat. Artinya, walaupun suatu masyarakat memercayai Tuhan dan tidak berminat menerima filosofi materialis, Masonry akan berkeras dengan upaya mengubah pandangan masyarakat tanpa persetujuan mereka. Ada hal penting lainnya yang harus diperhatikan di sini: terminologi yang digunakan kaum Mason kerap memerdaya. Di dalam tulisan-tulisan mereka, terutama yang ditujukan kepada masyarakat selebihnya, bahasa yang mereka gunakan dirancang untuk menunjukkan bahwa filosofi mereka tidak berbahaya, cerdas, dan toleran. Contohnya dapat dilihat pada kutipan di atas, di dalam gagasan “memajukan masyarakat dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif”. Nyatanya, filosofi Masonik tidak ada hubungannya dengan “sains dan logika”; ia adalah sebuah mitos kuno yang terbang di depan wajah sains. Tujuan Masonry bukanlah untuk memajukan masyarakat; namun untuk memaksakan filosofi mereka kepada masyarakat. Ketika mereka menyatakan bahwa mereka bertekad untuk melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat, kita saksikan bahwa mereka tidaklah toleran, namun berpandangan totaliter. II. PENOLAKAN AKAN KEBERADAAN RUH DAN AKHIRAT Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat. Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau ungkapan spiritual sejenisnya. Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena semua rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”: Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis: HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai energi dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia — roh dan jasad — bahwa tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak, tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry. Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir dan penjelasan yang berbeda dari agama. 85
Mengingkari kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern, nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:
Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah mendirikan gedung-gedung indah. Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu yang penting; dengan membuatnya, mereka mencoba memperindah dunia. Perbedaannya terletak pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni sejauh itu mengekspresikan keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada manusia. Orang-orang yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai sebuah jalan menuju kekekalan. KEGANJILAN ILMIAH DARI PENGINGKARAN JIWA Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim mereka bahwa kesadaran manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan sains. Sebaliknya, penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak dapat direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan syarat-syarat fungsi otak. Pengamatan atas literatur yang relevan menunjukkan bahwa para ilmuwan tidak mencapai kesimpulan apa pun sebagai hasil upaya mereka, yang didorong oleh keyakinan materialis, untuk mereduksi kesadaran menjadi otak, dan banyak yang akhirnya menyerah. Saat ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa kesadaran manusia datang dari sebuah sumber yang tak diketahui di luar neuron-neuron di dalam otak dan molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk mereka. Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti, Wilder Penfield, mencapai kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak terbantahkan: Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan pikiran berbasiskan kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa lebih sederhana (dan jauh lebih mudah menjadi logis) jika kita mengambil hipotesis bahwa keberadaan kita memang meliputi dua unsur fundamental (otak dan pikiran [atau jiwa]).… Karena tampaknya pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan basis kegiatan neuron di dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya terpaksa memilih dalil bahwa keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua unsur fundamental. [otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] 86 Yang membawa para ilmuwan kepada kesimpulan ini adalah fakta bahwa kesadaran tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan ketentuan-ketentuan berbagai faktor materi belaka. Otak manusia bagaikan sebuah komputer yang luar biasa, tempat informasi dari pancaindera kita dikumpulkan dan diproses. Namun, komputer ini tidak memunyai perasaan “diri”; ia tidak dapat memahami, merasa, atau berpikir tentang sensasi yang diterimanya. Ahli fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di dalam bukunya The Emperor's New Mind, menuliskan:
Penrose jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan dengan atom batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran akan tetap sama. Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel atom di otak dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki kesadaran.
Singkatnya, yang membuat seseorang menjadi manusia bukanlah sifat material; namun sifat spiritual, dan jelaslah bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di luar materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar: Lalu apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai temuan ini? Bagaimana mungkin kaum materialis mengklaim bahwa manusia tersusun semata dari materi, dan bahwa seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan indera, dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses sedemikian itu mungkin terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan Masonik dengan topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa yang ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini, kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat “penyembahan materi”. MATERIALISME MASONIK: PENUHANAN MATERI Perlu dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini memercayai bahwa adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di dunia, termasuk manusia, semata-mata disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan kata lain, mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai pencipta. Betapa modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah pembangkitan kembali kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah: Keberhalaan. Orang-orang yang menyembah berhala percaya bahwa patung-patung dan totem-totem yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata lain, mereka menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi yang tidak hidup dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para Nabi, lancungnya kepercayaan pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim bertanya kepada ayahnya, “Ayah, mengapa engkau menyembah apa yang tidak dapat mendengar atau melihat dan tidak memberi manfaat apa-apa bagimu?” (QS. Maryam, 19: 42) Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi yang tidak bernyawa, yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi manfaat apa-apa bagi siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat bodoh. Kaum materialis adalah contoh modern dari penyembah berhala. Mereka tidak menyembah patung dan totem yang terbuat dari kayu dan batu, namun memercayai gagasan bahwa materi membentuk, tidak hanya ini, tetapi semua benda, dan menganggap bahwa materi ini memunyai kekuatan, kecerdasan, dan pengetahuan yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan Masonik menyebutkan beberapa hal menarik tentang ini, yang merupakan esensi materialisme. Sebuah artikel di majalah Mimar Sinan menyatakan: Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam susunan tertentu. Kekuatan yang menyebabkan organisasi ini adalah roh yang dimiliki setiap atom. Karena setiap roh memiliki kesadaran, setiap benda yang tercipta memiliki kesadaran yang cerdas. Dan setiap benda yang tercipta memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. Manusia, hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. 89 Kita memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan dan kesadaran. Para penulis Masonik yang membuat klaim ini mengajukan bahwa segala sesuatu memiliki kesadaran karena atom-atom memilikinya dan karena ia menolak keberadaan roh manusia, dia menganggap manusia sebagai massa atom-atom, sama seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup. Namun, inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh, kesadaran, ataupun kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh pengamatan dan percobaan. Hanya makhluk hidup yang memiliki kesadaran, yang merupakan hasil dari “jiwa” yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Dari semua makhluk hidup, manusia dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka memiliki roh yang unik yang diberikan Tuhan kepada mereka. Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi tidak hidup, sebagaimana dipercayai kaum Mason, namun pada makhluk yang berjiwa. Namun, untuk menolak keberadaan Tuhan, kaum Mason mengambil kepercayaan bodoh yang menyifatkan “roh” kepada atom-atom.
Kepercayaan materialis yang didukung oleh kaum Mason ini adalah tampilan baru dari kepercayaan pagan bernama “animisme”, yang menganggap setiap material di alam (batu, gunung, angin, air, dan sebagainya) memiliki jiwa dan kesadarannya sendiri. Filosof Yunani Aristoteles menggabungkan kepercayaan ini dengan materialisme (kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan dan merupakan satu-satunya bentuk absolut). Bahkan saat ini, penyifatan kesadaran kepada benda tak bernyawa — karena merupakan esensi dari materialisme — telah menjadi sebentuk paganisme kontemporer. Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik tentang kepercayaan ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan bertajuk “Jalan Kebenaran” menyatakan: Jika kita menerima hirarki animis bahwa roh ada di dalam atom, bahwa molekul mengarahkan roh di dalam atom, bahwa sel mengarahkan roh di dalam molekul, bahwa organ mengarahkan roh di dalam sel, bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan tubuh merupakan tuhan dari roh-roh yang lebih kecil ini? 90Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya bahwa keseimbangan dan keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak bernyawa. Lagi, di Mimar Sinan, sebuah artikel muncul tentang perkembangan geologis dunia. Dinyatakan:
Artikel lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan sel-sel yang kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat perencanaan, dan melaksanakannya: Awal kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel tunggal ini segera mulai bergerak dan di bawah impuls yang vital dan sangat pemberontak, membelah dua dan meneruskan pembelahan tak berhingga ini sepanjang jalannya. Namun sel-sel terpisah ini tidak merasakan tujuan apa-apa dari pergerakannya dan di bawah dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, sel-sel terpisah ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam keselarasan yang sangat demokratis dan pengorbanan diri dalam pembentukan organ-organ yang penting bagi kehidupan itu. 92
Ungkapan umum lainnya tentang ajaran takhyul Masonry dan materialismenya adalah gagasan “Ibu Alam” (Mother Nature). Kita menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku, majalah, bahkan iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi tak bernyawa yang menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan lain-lain) memiliki kekuatan sadar, dan bahwa dengan sendirinya menciptakan manusia dan semua makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada observasi ataupun pemikiran logis, tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang melalui indoktrinasi massal. Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan, Pencipta sebenarnya, berpaling kepada paganisme, di mana “alam” dianggap sebagai pencipta.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini, memperkuat, dan menyebarkannya, serta menyokong semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai sekutu. Sebuah artikel di Mimar Sinan, bertajuk “Pemikiran tentang Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang Ilmiah”, berbicara tentang “keselarasan misterius yang ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini adalah basis dari filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan bahwa Masonry akan menyokong gerakan-gerakan yang mendukung filosofi ini: Jika dipandang dari sudut pemberian dan pengambilan material dalam dunia makhluk hidup, bahwa mikroba-mikroba yang bermanfaat yang hidup di bumi dan di dalam tubuh kita, semua tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam sebuah keselarasan misterius yang diatur oleh ibu alam, dan bahwa semuanya terus-menerus sibuk dengan solidaritas organik, saya ingin meyakinkan sekali lagi bahwa Masonry akan memandang setiap jenis gerakan psikososial yang didedikasikan untuk kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman, dan kebahagiaan, singkatnya setiap gerakan yang berada di jalan menuju humanisme dan kesatuan universal umat manusia, sebagai sarana dan aksi yang memajukan cita-citanya juga. 93 Yang terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern bagi materialisme dan humanisme. Pada bab selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman Darwin hingga propaganda evolusionis modern, dan kita akan menemukan hubungan rahasia Masonry dengan kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini. | ||||||||||||||||||||||||

60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)

61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)

62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)

63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)

64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)

65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)

66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)

67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26

68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)

69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34

70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8

71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9

72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)

73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188

74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188

75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46

76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)

77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)

78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839

79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)

80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)

81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)

82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)

83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan)

84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57

85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan ditambahkan)

86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)

87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)

88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448

89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)

90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)

91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)

92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23

93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoug=============================
-V- Mengkaji Ulang Teori Evolusi TAHUN 1832
HMS Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal itu tampak seperti kapal barang atau penumpang biasa saja, namun perjalanannya adalah perjalanan untuk melakukan penemuan, yang akan berlangsung bertahun-tahun. Dari Inggris, ia akan menyeberangi lautan dan mencapai pantai Amerika Selatan. Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit diketahui hingga saat itu, berangkat untuk perjalanan lima tahun lamanya. Yang pada akhirnya akan membuat kapal itu terkenal adalah penumpangnya, Charles Robert Darwin, seorang penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia tidak benar-benar mempelajari biologi namun menjadi mahasiswa teologi di Universitas Cambridge. Walaupun anak muda ini mendalami teologi secara luas, zamannya kuat dipengaruhi oleh pemikiran materialis. Memang, setahun sebelum memulai perjalanannya dengan Beagle, ia telah menolak sejumlah ajaran dasar agama Kristen. Darwin muda menafsirkan semua penemuan yang diperoleh selama perjalanannya dalam kerangka pemikiran materialis, dan berusaha menjelaskan makhluk hidup yang diselidikinya tanpa merujuk kepada penciptaan oleh Tuhan. Selama tahun-tahun selanjutnya, ia mengembangkan, memperhalus, dan akhirnya menerbitkan gagasan-gagasan ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di dalam sebuah buku berjudul Origin of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak diterima secara baik di dunia intelektual abad kesembilan belas, walaupun akhirnya akan menyediakan basis yang seolah ilmiah yang telah dicari-cari ateisme selama berabad-abad. Apakah teori evolusi penemuan asli Darwin? Apakah ia sendiri mengembangkan sebuah teori yang membuka jalan kepada salah satu penipuan terbesar dalam sejarah dunia? Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain mengubah gagasan yang landasannya telah dibangun sebelumnya. MITOS EVOLUSI, DARI YUNANI KUNO KE EROPA MODERN
Intisari dari teori evolusi Darwin adalah klaim bahwa di bawah kondisi alamiah murni, materi tak hidup secara spontan memunculkan makhluk hidup pertama, dan bahwa dari mereka, lagi-lagi di bawah kondisi serupa, semua spesies lain berkembang oleh kebetulan belaka. Dengan kata lain, teori evolusi mengajukan keberadaan sebentuk sistem yang swakelola, yang telah mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta, dan secara spontan menciptakan makhluk hidup. Gagasan bahwa alam mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta ini disebut “naturalisme”. Teori naturalisme sama absurdnya dengan gagasan bahwa sebuah perpustakaan dapat menciptakan dirinya sendiri tanpa para pengarang. Namun, semenjak abad-abad awal sejarah, gagasan ini telah dipertahankan oleh banyak pemikir dengan dilandaskan semata pada dorongan filosofis dan ideologis mereka, dan telah diadopsi oleh sejumlah peradaban. Naturalisme lahir dan tumbuh subur di dalam masyarakat pagan seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Namun, dengan tersebarnya agama Kristen, filosofi pagan ini banyak ditinggalkan, dan gagasan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam dan semesta mulai mendominasi. Begitu pula, begitu Islam tersebar di Timur, gagasan naturalis dan berbagai kepercayaan pagan, seperti Zoroasterianisme dan persihiran tersingkir, dan fakta penciptaan diterima. Walaupun demikian, filosofi naturalis tetap bertahan di bawah tanah. Filosofi ini dipelihara oleh masyarakat-masyarakat rahasia dan bangkit kembali di bawah keadaan yang lebih sesuai. Pada dunia Kristen, sebagaimana disebutkan di awal buku ini, naturalisme dipelihara oleh kaum Mason, dan masyarakat-masyarakat rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah majalah Turki bernama Mason, yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan informasi menarik berikut ini: Mereka yang sampai pada berbagai penemuan baru di dunia peristiwa dan fenomena alam tanpa memperhitungkan Tuhan terpaksa menyimpan penemuan mereka untuk diri sendiri. Riset yang dilakukan secara rahasia dan bahkan mereka yang terlibat di riset serupa harus menyembunyikan hubungan mereka. Kerahasiaan ini membutuhkan pemakaian beberapa tanda dan simbol sepanjang proyek yang dilaksanakan. 94
Apa yang dimaksud dengan “penemuan baru” di sini adalah pemahaman sains yang bersekutu dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak menerima keberadaan Tuhan. Pendekatan kajian sains yang menyimpang ini dikembangkan secara rahasia di dalam masyarakat bawah tanah yang perlu menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol untuk tujuan ini dan begitulah akar Masonry dibentuk. Salah satu dari yang disebut masyarakat rahasia ini, yang bertanggung jawab atas penanaman akar Masonry adalah ordo Mawar-Salib (Rosicrucian), sebentuk titik temu antara Templar dan Mason. Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima belas, menciptakan gelombang minat akan alkimia, khususnya di Eropa, yang para anggotanya dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun warisan terpenting dari ordo Mawar Salib adalah filosofi naturalis, dan gagasan tentang evolusi, yang menjadi bagiannya. Majalah Mason menyatakan bahwa akar Masonry merentang kepada para Templar dan Rosicrucian, yang menekankan filosofi evolusionis: Masonry Spekulatif atau organisasi Masonry kontemporer didirikan di serikat-serikat pekerja bangunan Abad Pertengahan yang kita sebut sebagai Masonry Operatif. Namun, mereka yang membawa unsur-unsur spekulatif utama ke pondasi ini adalah anggota dari organisasi-organisasi tertentu yang mempelajari sistem-sistem bawah tanah masa prasejarah dan pengetahuan mereka. Di antara organisasi ini yang terpenting adalah Templar dan Rosicrucian…. Tidak diketahui di mana dan bagaimana ordo Rosicrucian didirikan. Jejak pertamanya terdapat di Eropa abad kelima belas, tapi jelas bahwa ordo itu lebih tua lagi. Jauh dari para Templar, minat utama Rosicrucian bersifat ilmiah. Anggotanya secara luas melibatkan diri dalam alkimia…. Karakteristik terpenting anggota-anggotanya adalah fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap tahap perkembangan adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu, mereka menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga dikenal sebagai “kaum naturalis.” 95 Organisasi Masonik lainnya yang mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di Barat tetapi dibangun di Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi berikut ini di dalam sebuah artikel berjudul “Masonry dan Kita: Dari Pembentukannya hingga Hari Ini”: Di dalam dunia Islam terdapat padanan Masonry yang disebut Ikhwan as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan ini didirikan di Basrah pada zaman Abbasiyah dan menerbitkan sebuah ensiklopedia yang terdiri dari 54 jilid besar. Tujuh belas di antaranya berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam dan berisi penjelasan ilmiah yang sangat mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikiran ini bahkan berkembang hingga ke Spanyol dan memengaruhi pemikiran Barat.96
Walaupun berkembang di dunia Islam, perkumpulan ini menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Islam yang utama. Ia dipengaruhi oleh filosofi Yunani Kuno, yang diungkapkannya melalui simbolisme rahasia. Selami Isindag melanjutkan: Perkumpulan ini berasal dari sekte Ismailiyah dan tujuan utamanya adalah membuat dogma-dogma agama dapat diterima dengan berbagai penjelasan alegoris dan simbolik. Filosofinya dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato. Untuk memasuki perkumpulan ini, pertama seseorang dipikat dengan petunjuk mistik dan kemudian dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia. Selanjutnya ia dibiasakan dengan metoda-metoda filosofis dan simbolik. Calon anggota yang melewati masa penerimaan ini kadang-kadang diajarkan tentang pemikiran neo-Platonik, dan kemudian kimia, astrologi, dan numerology, ilmu tentang makna angka-angka. Tetapi semua pengetahuan ini dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka dianggap layak menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsur-unsur ini tidak berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika sehingga dapat bertahan pada berbagai ritual kita saat ini. 97 Kata-kata yang dikutip di atas, “dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia” berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama sekali. Begitulah Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana dikaji pada bagian sebelumnya, “kepercayaan dan dogma yang sia-sia” adalah eufemisme khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry, atau kelompok materialis lainnya, mengungkapkan gagasan antiagama semacam itu tanpa pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan sugesti. Karena mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka menggunakan cara sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan efek psikologis tertentu. Dari kutipan di atas, kita memahami bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan masyarakat Masonry dalam dunia Islam, melakukan berbagai aktivitas yang menyerupai kaum Masonry modern. Metoda mereka adalah mendukung filosofi pagan yang bertolak belakang dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan simbol-simbol, dan memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit demi sedikit. Di dalam sejarah Islam terdapat beragam pemikir yang dengan cara ini menjauhkan diri dari Islam, dan dipengaruhi oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis Yunani Kuno. Fakta bahwa aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal oleh imam besar Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter Masonik sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al Munqidh min al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara langsung mengkritik perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa perkumpulan itu mendukung filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani Kuno. Dan, di dalam karyanya Fadaidh al Bathiniyyah, ia menunjukkan penyimpangan ajaran sekte Ismailiyah, di mana Ikhwan as-Safa tergabung. ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN MITOS EVOLUSI
Gagasan materialis dan evolusionis dari organisasi Masonik semacam Rosicrucian atau Ikhwan as-Safa yang diungkapkan secara rahasia, namun paling sering secara simbolis, menjadi lebih terbuka begitu kekuatan sosial Gereja Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini, yang berada di bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis dan intelektual agama Kristen, menjadi mode lagi di tengah-tengah para pemikir Eropa abad ketujuh belas dan delapan belas. Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan luas di masyarakat Eropa, dan memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama dikenal sebagai Zaman Pencerahan. Sudah barang tentu, mereka yang memilih kata ini (yakni mereka yang menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan periode sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi tercerahkan ketika dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari agama. Sudut pandang yang bias dan palsu ini sampai hari ini masih menjadi salah satu mekanisme propaganda utama bagi mereka yang menentang agama.
Memang benar bahwa agama Kristen abad pertengahan sebagiannya “gelap” dengan takhyul dan kefanatikan, dan hampir semuanya telah dibersihkan pada pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman Pencerahan pun tidak membawa banyak hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman Pencerahan, yang terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji Revolusi Prancis; namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan ikut berperan atas terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke abad kedua puluh. Analisis tentang Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal, Edmund Burke, sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the Revolution in France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan maupun buahnya, Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama, moralitas, dan struktur keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya, dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang penafsir, sebagai sebuah “gerakan destruktif kecerdasan manusia.” 98
Para pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut Masonry. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan pemikir-pemikir antiagama lain yang mempersiapkan jalan ke Revolusi, semuanya pengikut Masonry. Kaum Mason akrab dengan para Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian sejarawan berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara ajaran Jacobin dan Masonry pada periode ini. (Lihat Ordo Masonik Baru karya Harun Yahya) Selama Revolusi Prancis, banyak kekerasan yang ditujukan terhadap agama. Banyak pastor dikirim ke guillotine, banyak gereja dihancurkan, dan lebih jauh lagi, ada sejumlah orang yang hendak menghapuskan agama Kristen sama sekali dan menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat simbolik, pagan, dan menyimpang yang disebut “Agama Akal Budi”. Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya terpenggal kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka sendiri gunakan untuk menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan apakah revolusi itu baik atau tidak. Sentimen antiagama pada Revolusi Prancis menyebar ke seluruh Eropa dan, sebagai hasilnya, abad kesembilan belas menjadi salah satu periode propaganda antiagama yang paling berani dan paling agresif. Oleh karena itu, proses ini memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke permukaan , setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan menggunakan berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron d'Holbach mengangkat bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari mitos Yunani Kuno diperkenalkan kepada kalangan ilmiah. Mereka yang secara umum dianggap sebagai pendiri teori evolusi adalah ahli biologi Prancis Jean Lamarc dan ahli biologi Inggris Charles Darwin. Menurut kisah klasik, Lamarc pertama kali mengajukan teori evolusi, namun ia melakukan kesalahan dengan melandaskannya pada pewarisan sifat-sifat yang dibutuhkan. Di kemudian hari, Darwin mengajukan teori kedua yang berlandaskan pada ahli teori yang berperan penting dalam asal usul teori evolusi, yakni kakeknya sendiri, Erasmus Darwin. Erasmus Darwin dan Lamarc sama-sama hidup di abad kedelapan belas. Sebagai seorang ahli ilmu fisika, ahli ilmu jiwa, dan penyair, ia diakui sebagai seorang yang memiliki otoritas. Penulis biografinya, Desmond King-Hele bahkan menyebutnya orang Inggris terbesar di abad kedelapan belas.99 Namun Erasmus Darwin memunyai kehidupan pribadi yang sangat gelap. 100 Erasmus Darwin utamanya dicatat sebagai salah satu naturalis paling terkemuka di Inggris. Sebagaimana disebutkan di bagian awal, naturalisme adalah pandangan yang tidak menerima bahwa Tuhanlah yang menciptakan makhluk hidup. Sesungguhnya, pandangan ini, yang dekat dengan materialisme, adalah titik tolak dari teori evolusi Erasmus Darwin. Pada tahun 1780-an dan 90-an, Erasmus Darwin mengembangkan kerangka dasar teori evolusi, yang menyebutkan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang tunggal secara kebetulan dan mengikuti hukum-hukum alam. Ia melakukan risetnya di sebuah taman botani seluas delapan akre yang telah ia siapkan, dan berusaha membuktikan idenya. Dia menjelaskan teorinya pada dua bukunya, Temple of Nature (Kuil Alam) dan Zoonomia. Lebih jauh lagi, pada tahun 1784 ia mendirikan sebuah komunitas untuk menyebarkan gagasannya, yang dikenal sebagai Masyarakat Filosofis.
Bertahun-tahun kemudian, Charles Darwin mewarisi gagasan-gagasan kakeknya dan kerangka dasar dari pengajuannya tentang teori evolusi. Teori evolusi Charles Darwin dikembangkan dari struktur yang dikembangkan kakeknya, sementara Masyarakat Filosofis menjadi salah satu pendukung teorinya yang terbesar dan paling bersemangat. 101 Singkatnya, Erasmus Darwin adalah pelopor sebenarnya dari teori yang kita kenal sebagai teori evolusi yang telah dipropagandakan di seluruh penjuru dunia selama 150 tahun terakhir. Ia adalah Imam dari loge Canongate yang terkenal di Edinburg, Skotlandia.102 Lebih jauh lagi, ia memiliki hubungan erat dengan kaum Mason Jacobin yang menjadi pengorganisir revolusi di Prancis saat itu, dan dengan ‘Illuminati’, yang tujuan utamanya adalah membantu pengembangan kebencian terhadap agama.103 Artinya, Erasmus Darwin adalah nama penting dalam organisasi-organisasi antiagama di Masonik Eropa.Erasmus mendidik anaknya Robert (ayah Charles Darwin), yang juga menjadi anggota loge Masonik. 104 Oleh karena itu, Charles Darwin menerima pewarisan ajaran Masonik dari ayah dan kakeknya. Erasmus Darwin berharap anaknya Robert mengembangkan dan menerbitkan teorinya, namun ternyata cucunya Charles yang meneruskan kegiatan tersebut. Walaupun baru setelah beberapa lama, karya Erasmus Darwin, Temple of Nature akhirnya direvisi oleh Charles Darwin. Pandangan-pandangan Darwin tidak memiliki bobot teori ilmiah; namun lebih berupa ungkapan doktrin naturalis yang memandang alam memiliki daya penciptaan. KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS Adapun teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga semata merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun, para ilmuwan sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen terhadap penciptaan; sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme yang dirancang oleh sang Pencipta untuk melindungi spesies dari distorsi yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel tentang “dialektika”, dan membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya sendiri, begitu pula Darwin mengambil teori seleksi alam dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa hingga memenuhi gagasan naturalisme. Oleh karenanya, kontribusi pribadi Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak berlebihan. Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof naturalisme sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada orang lain yang melakukannya. Pada kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan natural Inggris lainnya yang bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas menerbitkan Origin of the Species. Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan panjang telah dimulai di Eropa untuk menghancurkan keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan filosofi naturalis dan sebuah model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan yang paling signifikan di balik perjuangan ini bukanlah pemikir yang ini atau yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak anggota dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.
Pada periode ini para pendukung setia setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan berjuang dengan gelora yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan tujuan-tujuan mereka, mereka sekarang sedang bangkit dengan berani melawan Tuhan sendiri.
Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan penting dalam penyebarannya ke tengah massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan, sekelompok propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut ”bulldog” Darwin. Huxley, “dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor tunggal yang paling bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap Darwinisme”106 menggiring perhatian dunia kepada teori evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal 30 Juni 1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce. Dedikasi Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society, salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua anggota lembaga ini, adalah Mason senior.107 Anggota lain Royal Society memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik sebelum maupun sesudah bukunya diterbitkan.108 Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin dan Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin, seperti halnya Hadiah Nobel, setiap tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya. Pendeknya, Darwin tidak berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan dari kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah kaum Mason. Dalam bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton Pannekoek menuliskan tentang fakta penting ini dan menggambarkan dukungan yang diberikan kepada Darwin oleh “kaum borjuis”, yaitu kelas kapitalis Eropa yang kaya-raya: Bahwa Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa Darwinisme telah mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme bukan sekadar teori abstrak yang diadopsi oleh dunia ilmiah setelah mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, segera setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias dan penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam perjuangan kelas, dan berkat peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan mendapatkan pembela yang antusias dan penentang yang tajam.
Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan ini kaum Mason dikenal telah berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena Masonry di dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh kebijaksanaan. Sejak berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos. 110Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu bukanlah agama, sebagaimana diklaim kaum Mason; melainkan landasan dari kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang mereka dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman, pengulangan-pengulangan mereka tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan Yunani, yang telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern. Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan asal usul kehidupan dan keyakinan Masonik tentangnya akan memadai bagi kita untuk menarik kesimpulan akan hal ini. TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN Sebagaimana dinyatakan di awal, teori evolusi bersandar pada klaim bahwa makhluk hidup tidak diciptakan, tetapi muncul dan berkembang karena kebetulan dan hukum-hukum alam. Untuk menguji teori ini secara ilmiah, perlu diperhatikan setiap tahapan dari proses yang direka ini, dan mengkaji dapat tidaknya proses semacam itu terjadi di masa lampau dan apakah proses demikian itu mungkin. Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis di mana materi tak hidup dapat memunculkan organisme hidup. Sebelum mengamati kondisi ini, kita harus mengingat hukum yang telah diakui di dalam biologi sejak masa Pasteur: “Kehidupan berasal dari kehidupan”. Artinya, organisme hidup hanya dapat dimunculkan dari organisme hidup lainnya. Misalnya, mamalia lahir dari induknya. Spesies-spesies hewan lainnya menetas dari telur yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari biji. Organisme bersel tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang biak. Tidak pernah sekali pun terjadi sebaliknya. Sepanjang sejarah dunia, tidak seorang pun pernah menyaksikan materi tak hidup melahirkan makhluk hidup. Tentu saja, ada sebagian dari mereka yang hidup di Mesir dan Yunani Kuno, serta pada Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil seperti itu: orang Mesir percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil, kepercayaan yang juga didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles. Di Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus lahir dari gandum di lumbung. Namun, semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari kebodohan, dan akhirnya, dalam percobaannya yang terkenal di tahun 1860, Pasteur membuktikan bahwa bahkan bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar, tidak muncul tanpa pendahulu, artinya, mustahil benda tak bernyawa menghasilkan kehidupan. Namun, teori evolusi tergantung pada kemustahilan ini karena klaimnya bahwa makhluk-makhluk hidup lahir dan berkembang tanpa keterlibatan sebentuk pencipta, dan ini mensyaratkan bahwa pada tahap-tahap awal skenario rekaan ini, makhluk hidup muncul dari kebetulan.
Fakta tentang mustahilnya kehidupan muncul melalui peristiwa kebetulan sendiri membuktikan adanya rancangan, dan ini pada gilirannya membuktikan fakta penciptaan. Tentang masalah ini, ahli astronomi dan matematika terkenal dari Inggris, Fred Hoyle, berkomentar: Tentu saja, teori semacam itu (bahwa kehidupan disusun oleh sebentuk kecerdasan) begitu jelas sehingga siapa pun akan bertanya-tanya mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah. 112 Pada buku lain yang berfokus pada ketidaksahihan teori evolusi, kami mengutip banyak pengakuan para evolusionis tentang fakta ini dan mengkaji hipotesis tidak masuk akal yang diajukan para evolusionis secara membuta semata untuk menolak keberadaan Tuhan. Namun pada titik ini, kita akan memfokuskan perhatian kepada loge Masonik untuk memahami pandangan mereka akan hal ini. Walau demikian jelas bahwa “kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang cerdas”, bagaimana pendapat para Mason? Imam Mason, Selami Isindag, dalam bukunya yang ditujukan untuk kalangan Mason berjudul Evrim Yolu (Jalan Evolusi) menjelaskan sebagai berikut: Karakteristik terpenting dari ajaran moralitas kita adalah tidak memisahkan diri dari prinsip-prinsip logika dan tidak memasuki teisme (ketuhanan), makna-makna rahasia, atau dogma yang tidak diketahui. Dengan landasan ini kita menegaskan bahwa penampakan kehidupan pertama bermula di dalam kristal-kristal pada kondisi-kondisi yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini. Makhluk hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi dan perlahan-lahan menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil dari evolusi, manusia sekarang ini muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran maupun kecerdasan. 113 Kita akan amati bahwa Isindag tidak mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung teori evolusi. (Fakta tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata tumpul bahwa ini adalah fakta “yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini”). Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk teori evolusi adalah penolakan Masonik akan teisme. Pada masa yang amat awal dan sesuai dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul. Untuk menghasilkan organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat maju dan lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah ia berasal dari tiupan nafas Tuhan kepada lumpur tak berbentuk? Kita menolak penjelasan dari bentuk penciptaan yang abnormal; bentuk penciptaan yang memisahkan manusia. Karena kehidupan dan silsilahnya ada, kita harus mengikuti jalur filogenetis dan merasakan, memahami dan mengakui bahwa ada sebuah roda yang menjelasan perilaku luar biasa ini, yakni aksi “lompatan”. Kita harus meyakini bahwa terdapat sebuah tahapan perkembangan dengan serbuan besar aktivitas yang menyebabkan kehidupan berlanjut pada sebuah momen tertentu dari tahapan itu ke tahapan lainnya. 114 Publikasi-publikasi Masonik berkeras dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag mengklaim bahwa, “Selain alam tidak ada kekuatan lain yang membimbing kita, dan bertanggung jawab atas pemikiran dan tindakan kita.” Dia segera melanjutkan, “kehidupan berawal dari satu sel dan mencapai tahapannya saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi.”115 Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason: Dari sudut pandang evolusi, manusia tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan manusia dan evolusinya tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada binatang. 116Penegasan ini menunjukkan dengan jelas mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu penting. Tujuan mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak diciptakan dan untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis mereka sendiri. Jadi, dengan alasan inilah kaum Mason, hingga tingkat apa pun, memercayai teori evolusi dan berusaha menyebarkannya ke seluruh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kaum Mason, yang tak henti-hentinya menuduh mereka yang memercayai Tuhan sebagai dogmatis, justru bersikap dogmatis.
DOGMATISME DAN TRADISIONALISME MASONIK Dogmatisme artinya secara membuta dan tanpa henti mendukung suatu pandangan yang tanpa bukti kesahihannya, oleh karena kecenderungan psikologis tertentu. Seorang dogmatis tidak menyelidiki atau memikirkan ulang sesuatu yang dipercayainya ada atau tidak ada buktinya. Dia menerima hal itu sepenuhnya dan bersikukuh meyakininya. Kaum Mason dan kelompok-kelompok antiagama lainnya yang biasa menggunakan istilah “dogmatis” untuk menyebut mereka yang memercayai Tuhan. Kita seringkali menemukan tuduhan ini sekarang. Misalnya, di dalam sebuah debat tentang teori evolusi, pihak evolusionis mungkin akan menuduh mereka yang tidak menerima teori itu sebagai dogmatis, dan menyatakan diri mereka ilmiah dengan mempertahankan bahwa sains tidak punya kepentingan dengan “dogma-dogma”. Namun, tuduhan ini keliru. Kepercayaan akan keberadaan Tuhan, dan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu, adalah keyakinan yang didukung oleh banyak bukti ilmiah dan rasional. Ada keseimbangan, keteraturan, dan desain di alam, dan jelas bahwa ini dibangun secara cerdas dan dengan sengaja. Karena itulah Al Quran menyeru manusia untuk menemukan tanda-tanda kebesaran Allah, dan mengajak mereka memikirkan keseimbangan, keteraturan, dan desain ini. Pada banyak ayat mereka disuruh untuk memikirkan bukti-bukti keberadaan Allah di langit dan di bumi. Bukti-bukti yang ditunjukkan di dalam Al Quran tersebut tidak hanya keseimbangan dan keteraturan di alam semesta, tetapi juga fenomena semacam kesesuaian dunia untuk kehidupan manusia, desain pada tumbuhan dan hewan, desain pada tubuh manusia, dan kualitas spiritual manusia, yang semuanya telah dibenarkan oleh sains modern. (Untuk perincian, lihat buku-buku Harun Yahya Mengenal Allah Lewat Akal, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme Terbantahkan, Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Desain di Alam). Sebaliknya, dogmatisme adalah ciri dari mereka yang menolak untuk mempertimbangkan hal-hal ini, dan menolak Tuhan sembari terus mempertahankan pandangan bahwa alam semesta ada dengan sendirinya dan bahwa makhluk hidup muncul dari peristiwa kebetulan. Kaum Mason adalah contoh nyata dari cara pandang ini. Walaupun bukti-bukti keberadaan Allah begitu jelasnya, mereka lebih suka untuk mengabaikan dan menolaknya demi filosofi humanis dan materialis. Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan mereka yang bermentalitas demikian:
Jelaslah, bahwa tradisionalisme dengan tepat mendefinisikan sejarah dan filosofi Masonry sebagaimana telah kita kaji sejak awal buku ini.
Landmark Masonry adalah hukum-hukum yang sangat tua yang telah diteruskan dari masa ke masa dan generasi ke generasi. Tidak seorang pun tahu kapan munculnya dan tidak seorang pun berhak mengubah atau membatalkannya. Landmark itu adalah hukum-hukum masyarakat yang tertulis dan tidak tertulis. Hukum-hukum yang tidak tertulis dapat dipelajari hanya dari berbagai ritual dan upacara loge. Ada enam hukum tertulis yang dapat ditemukan dengan nama “Kewajiban Freemason” yang pertama kali diterbitkan dalam Konstitusi Inggris tahun 1723. 117Mari kita kaji kata-kata di atas lebih saksama: Ada sebuah organisasi bernama Masonry. Anggota organisasi ini selama berabad-abad telah menaati sejumlah hukum yang asal usulnya tidak diketahui. Lebih jauh lagi, mereka bersikeras bahwa tidak seorang pun dapat mengubah hukum-hukum ini. Tidak seorang pun dari mereka yang maju untuk mempertanyakan mengapa mereka mengikutinya!... Dan, demi menaati hukum-hukum ini, mereka siap sedia mengabaikan penemuan-penemuan sains dan kesimpulan logis mereka. Dapatkah masyarakat seperti itu mengikuti jalan "logika" dan "sains"? Bagian lain dari artikel yang dikutipkan di atas, menyatakan secara harfiah bahwa seorang Mason harus mematuhi hukum-hukum tersebut tanpa bertanya: Menurut pendapat saya, landmark adalah semacam bagian Masonry masa lalu yang saya tak pernah ingin tahu tentang asal usulnya, baik di loge maupun dalam aktivitas saya sebagai seorang freemason. Saya tidak tahan untuk menganalisa mengapa saya merasa demikian tetapi saya kira jika struktur Freemasonry tidak diubah, maka ia akan bertahan…. Saya menjalaninya tanpa perlu upaya khusus apa pun. 118Bagaimana mungkin sebuah organisasi memunyai pengikut-pengikut yang memercayai dan mematuhi hukum-hukum yang tidak mereka ingin tahu asal usulnya dapat dipandang masuk akal?... Sudah tentu, klaim Masonry sebagai masuk akal dan ilmiah adalah kosong belaka. Seperti para materialis lainnya, walaupun senantiasa menggunakan istilah-istilah logika dan sains, mereka pun dengan teguh mempertahankan sebuah filosofi yang tidak punya dukungan logis ataupun ilmiah, dan berpaling dari fakta-fakta yang telah ditemukan sains. Pada dasarnya, yang membawa para Mason ke dalam kesalahan seperti itu, atau mengguna-guna mereka, adalah keterikatan yang membuta akan tradisi mereka. Ini menunjukkan bahwa ajaran Masonry bersifat memerdayakan. Ia menjauhkan manusia dari kepercayaan akan Tuhan mereka, menjerumuskan mereka ke dalam takhyul dengan mengikuti berbagai hukum, mitos, dan legenda kosong. Apa yang dikatakan Al Quran tentang kaum pagan di Saba, yang mengingkari Allah untuk menundukkan diri kepada Matahari, juga berlaku bagi Masonry: “Setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk…..” (QS. An-Naml, 27: 24). Kaum Mason mengingkari agama Allah demi sebuah doktrin yang ketinggalan zaman yang mereka kembangkan dengan berbagai simbol dan unsur mistis. Lebih jauh lagi, tidak cukup hanya dengan mengingkari Tuhan, mereka memerangi agama-Nya, sebuah pertarungan yang telah mereka lakukan sejak lama. | ||||||||||||||||
94 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
=========================
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)

96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)

97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275

98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38

99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361

100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178

101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285

102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285

103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)

104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198

105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)

106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60

107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285

108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57

109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)

110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)

111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963

112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)

113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)

114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)

115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)

116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137

117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)

118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)

-VI- Perang Masonik Melawan Agama Keberadaan Masonry pertama kali diumumkan di Inggris pada tahun 1717. Sebelumnya, Masonry telah menyebar pertama di Inggris, lalu di Prancis dan seluruh Eropa. Masonry menjadi tempat pertemuan utama para penentang agama. Banyak kaum Mason Eropa bertemu di loge mereka, menyebut diri mereka sebagai “pemikir bebas”, yang bagi mereka berarti tidak mengakui agama-agama ilahiah. Sebuah artikel bertajuk “Periode-Periode Awal Freemasonry” dalam Mimar Sinan menyebutkan, “Tempat di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran di luar gereja menjadi tempat perlindungan."119 Walau demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama ini juga menyembunyikan permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi tersebut segera menjadi pusat kekuatan yang membuat risau Gereja, khususnya Gereja Katolik. Konflik antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan jejak di Eropa abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai menyebar ke negara-negara lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan belas, dan ke mana pun perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas antiagama. Sebuah artikel berjudul “Politik dan Freemasonry”, yang muncul di Mimar Sinan, menjelaskan tentang pertarungan melawan agama sebagai berikut:
Tidak diragukan bahwa di sini para penulis Masonik menggunakan bahasa yang mendukung organisasinya sendiri ketika menyebutkan bahwa Masonry sedang melakukan perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika kita kaji masalah ini lebih dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara, “dominasi” yang sama juga cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung oleh kaum Mason. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa Masonry mengklaim berjuang melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar fakta bahwa Gereja —karena agama Kristen telah menyimpang — mempertahankan gagasan-gagasan skolastik dan praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry terhadap Gereja tidaklah didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya terhadap agama-agama monoteisme tradisional. Cukuplah dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai ritual serta upacaranya untuk memahami hal ini. CONTOH SEBUAH LOGE MASONIK: HELL-FIRE CLUB
Untuk memahami bagaimana Masonry abad kedelapan belas diorganisir, dan apa yang menjadi targetnya, salah satu hal yang harus terus kita lakukan adalah mengkaji berbagai masyarakat Masonik rahasia yang muncul pada periode itu. Salah satunya adalah Klub Api Neraka (“Hell-Fire Club”), yang aktif di Inggris di pertengahan abad kedelapan belas. Struktur Masonik klub ini dan karakter pagan dan antiagama digambarkan oleh penulis Masonik Daniel Willens dalam artikelnya, “Hell-Fire Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth-Century in England”. Inilah sepotong bagian yang menarik dari artikel yang diterbitkan dalam Gnosis, sebuah jurnal tentang tradisi-tradisi dalam di Barat.
Keseluruhan pertanyaan tentang agama adalah pokok pesona yang terus dipraktikkan Dashwood.… Penafsiran yang lebih canggih mungkin meliputi rumor tentang ilmu gaib yang bernuansa seksual, kitab kabbalis biara, gambaran Harpokrates yang berulang, koneksi lemah Dashwood dengan Ordo Masonik Kuil, dan tentu saja motto Thelemik di Biara Medmenham untuk menyimpulkan bahwa Klub Api Neraka adalah manifestasi awal dari “Crowleyanitas”. Suatu pendekatan yang lebih berkepala dingin akan memperhatikan kontak-kontak Masonik Dashwood dan menyimpulkan, dengan kemungkinan besar tepat, bahwa “chapter room” adalah sebuah kuil Masonik. 121 Alasan menyertakan kutipan panjang ini adalah untuk mendapatkan gambaran suasana berkembangnya Masonry abad kedelapan belas dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Masonry tampil sebagai sebuah organisasi rahasia yang memancing rasa penasaran, dengan oposisinya terhadap keyakinan umum masyarakat memberikan semacam kepuasan psikologis bagi anggota-anggotanya. Karakteristik dasar ritus Masonik, sebagaimana ditekankan dalam kutipan di atas, adalah penyucian simbol dan konsep pagan, alih-alih agama-agama Monoteistik tradisional. Maka, mereka yang menjadi kaum Mason, dan memalingkan wajah dari agama Kristen, terwarnai pagan, walaupun tidak selalu berarti mengambil paganisme sebagai keyakinan, namun paling tidak dengan mengambil simbol-simbolnya. Namun, Masonry tidak puas hanya untuk mempraktikkan upacara-upacara aneh; ia juga mengikuti sebuah strategi yang dirancang untuk mengasingkan Eropa dari agama-agama ketuhanan, dan memikatnya ke dalam paganisme. Di dalam bagian berikut kita akan mencermati beberapa titik puncak dari sejarah Eropa, negara per negara, dan mengikuti jejak perang Masonik ini melawan agama. Negara pertama yang mesti kita kaji adalah Prancis. PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI PRANCIS Pada kajian-kajian sebelumnya kami telah membahas peranan penting Masonry dalam Revolusi Prancis. Sejumlah besar filsuf Pencerahan, terutama mereka yang paling kuat berpandangan antiagama adalah pengikut Mason. Kaum Jacobin, yang membangun panggung revolusi, dan menjadi pemimpinnya, adalah anggota loge. 122 Peran yang dimainkan kaum Mason di dalam revolusi diakui oleh seorang “agen provokator” bernama Count Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Inkuisisi pada tahun 1789, dan mengakui beberapa hal penting selama interogasi. Dia mengawali dengan menyatakan bahwa kaum Mason di seluruh penjuru Eropa telah merencanakan serangkaian revolusi. Disebutkan bahwa sasaran utama kaum Mason adalah menghancurkan Kepausan atau menguasainya. Dalam pengakuannya, Cagliostro juga menyebutkan bahwa para bankir Yahudi mendukung semua kegiatan revolusioner ini secara finansial, dan bahwa uang Yahudi juga memainkan peran penting di dalam Revolusi Prancis. 123 Revolusi Prancis pada dasarnya adalah sebuah revolusi melawan agama. Dalam upaya mati-matian kaum revolusioner untuk menyingkirkan kependetaan dan aristokrasi, banyak pendeta yang terbunuh, institusi agama yang dihancurkan, dan tempat-tempat ibadah yang diruntuhkan. Kaum Jacobin bahkan ingin menghancurkan sama sekali agama Kristen, dan menggantikannya dengan sebuah kepercayaan pagan yang mereka sebut “agama logika”. Namun, dalam waktu singkat, mereka kehilangan kendali atas revolusi dan Prancis terjerumus ke dalam kekacauan total. Misi Masonry di negara itu tidak berhenti dengan revolusi. Kekacauan yang tercipta oleh revolusi akhirnya reda ketika Napoleon meraih kekuasaan. Namun, stabilitas ini tidak berlangsung lama; ambisi Napoleon untuk menguasai seluruh Eropa akhirnya mengakhiri pemerintahannya. Setelahnya, konflik di Prancis berlanjut antara kaum monarkis dan revolusionis. Terjadi tiga kali revolusi lagi di tahun 1830, 1848, dan 1871. Di tahun 1848, “Republik Kedua” didirikan; dan di tahun 1871 dibentuk “Republik Ketiga”. Kaum Mason sangat aktif sepanjang periode agitasi ini. Sasaran utama mereka adalah melemahkan Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruhnya atas masyarakat, dan menghapuskan pendidikan agama. Kaum Mason memandang “antiklerikalisme” (antikependetaan) sebagai pusat aktivitas sosial dan politik. The Catholic Encyclopedia memberikan informasi penting tentang misi antiagama dari Timur Raya — begitulah Masonry Prancis dikenal. The Catholic Encyclopedia melanjutkan penjelasannya tentang pertarungan Masonry Prancis melawan agama:
Yang dimaksud dengan ”orang Galilea” oleh kaum Mason adalah Almasih, karena menurut injil, Almasih lahir di kota Galilea di Palestina. Oleh karena itu, kebencian kaum Mason terhadap Gereja adalah ekspresi kebencian mereka terhadap Almasih dan semua agama monoteistik. Mereka mengira telah menghancurkan pengaruh agama ketuhanan dengan filosofi materialis, Darwinis, dan humanis yang mereka bangun di abad kesembilan belas, dan mengembalikan Eropa kepada paganisme pra-Kristen.
Ketika kata-kata ini disampaikan di tahun 1902, serangkaian undang-undang disahkan di Prancis memperluas jangkauan oposisi agama. Tiga ribu sekolah agama ditutup dan pendidikan agama apa pun terlarang untuk diberikan di sekolah-sekolah. Banyak pendeta ditangkapi, sebagian diasingkan dan orang-orang agama mulai dianggap sebagai warga negara kelas dua. Karena itulah, pada tahun 1904 Vatikan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Prancis. Namun ini tidak mengubah sikap negara itu. Setelah kematian ratusan ribu warga Prancis melawan tentara Jerman pada Perang Dunia I barulah kesombongan negara itu jinak dan sekali lagi mengakui pentingnya nilai-nilai religius. Sebagaimana diyakini The Catholic Encyclopedia, perang melawan agama dari Revolusi Prancis hingga abad kedua puluh dilakukan oleh ”undang-undang antiklerikal yang disahkan oleh Parlemen Prancis” yang telah diputuskan sebelumnya di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan Timur Raya.” 126 Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, kutipan dari terbitan berbahasa Turki bertajuk ”Sebuah Pidato dari Saudara Gambetta pada tanggal 5 Juli 1875 di Loge Clémente Amitié” menyebutkan: Sementara momok reaksi mengancam Prancis, dan doktrin keagamaan serta ide-ide terbelakang berkembang ofensif terhadap berbagai prinsip dan undang-undang sosial modern, di lingkungan organisasi-organisasi seperti Masonry yang tekun dan berpandangan jauh serta mengabdi kepada prinsip-prinsip persaudaraan, kita menemukan kekuatan dan konsolidasi dalam perjuangan melawan klaim-klaim Gereja yang berlebihan, pernyataannya yang dibesar-besarkan dan menggelikan serta berbagai perbuatannya yang keterlaluan dan menjadi kebiasaan... kita harus terus berjaga-jaga dan melanjutkan perjuangan. Untuk mewujudkan gagasan tentang tatanan manusia dan kemajuan, mari kita tetap bertahan sehingga perisai-perisai kita tidak dapat ditembus. 127 Akan terlihat bahwa literatur Masonik secara konsisten menampilkan gagasan-gagasannya sebagai ”berpandangan jauh” sembari menuduh orang-orang beragama sebagai ”terbelakang”. Namun, ini tak lebih dari permainan kata-kata belaka. Ungkapan ”momok reaksi”, yang disebutkan pada kutipan di atas, adalah sesuatu yang juga ditentang orang-orang beragama yang tulus, namun menjadi eksploitasi sasaran oleh Masonry terhadap agama sejati dalam upaya mereka untuk menjauhkan manusia darinya. Apalagi, harus ditekankan sekali lagi bahwa filosofi materialis-humanis yang dianut kaum Masonlah yang sesungguhnya merupakan sistem pemikiran yang bertakhyul dan terbelakang, sebuah tempat bergantung bagi peradaban pagan Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Oleh karena itu, penggunaan istilah ”berpandangan jauh” dan ”terbelakang” oleh kaum Mason tidak berpijak pada kenyataan. Memang, hal ini tidak berdasar karena konflik antara kaum Mason dan masyarakat beragama tidak lebih daripada pelestarian konflik antara dua pemikiran yang telah ada semenjak abad-abad awal sejarah. Agamalah yang memproklamirkan pertama kali gagasan-gagasan ini: bahwa manusia diciptakan oleh kehendak Tuhan dan manusia bertanggung jawab untuk menyembah-Nya. Inilah kebenaran. Gagasan sebaliknya, bahwa manusia tidak diciptakan namun menjalani hidup yang sia-sia dan tanpa tujuan, diajukan oleh mereka yang menolak keberadaan Tuhan. Jika dipahami dengan tepat, tampaklah bahwa penggunaan istilah-istilah dangkal ”keterbelakangan” dan ”pandangan jauh” tidak memiliki landasan apa-apa. Dengan menggunakan gagasan ”kemajuan”, kaum Mason berupaya menghancurkan agama. The Catholic Encyclopedia menyatakan: Yang berikut ini dianggap sebagai cara-cara utama (dari freemasonry):
Tampaklah bahwa Masonry telah menggerakkan sebuah program, yang disebut ”pembebasan masyarakat”, dengan tujuan untuk menghapuskan agama, sebuah program yang masih terus diterapkan. Program ini harus dibedakan dari model yang berusaha memberikan kesempatan bagi setiap warga negara, dari keyakinan religius apa pun, untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas. Alih-alih, model yang diimpikan oleh Masonry adalah bentuk cuci otak yang dirancang untuk melenyapkan agama sepenuhnya dari masyarakat dan pikiran individu serta, jika perlu, menyiksa para penganutnya. Di negara mana saja ia berkembang, Masonry berupaya menggerakkan program ini, walaupun dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya dan kondisi yang lazim di negara tersebut. Salah satu negara itu adalah Jerman. KAMPANYE ANTI-AGAMA DI JERMAN: “KULTURKAMPF” Seratus lima puluh tahun yang lalu, negara Jerman belum ada. Wilayah yang sekarang disebut Jerman dikuasai oleh sejumlah kerajaan. Yang terluas di antaranya adalah Prussia, yang menempati bagian timur Jerman saat ini dan sebagian besar Polandia. Di tahun 1860, Prussia mulai mencaplok negara-negara kecil Jerman lainnya dan mendirikan Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Penguasa negara baru ini adalah Perdana Menteri Prussia dan Kanselir dari Kekaisaran Jerman baru, Otto van Bismarck.
Bismarck adalah seorang negarawan yang sukses, terutama di bidang politik luar negeri, tetapi tidak mencapai sukses serupa dalam urusan dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah sekelompok intelektual yang dikenal sebagai ”kaum Liberal Nasional” yang mirip dengan antiklerikal di Prancis, serta menjalankan politik antiagama. Untuk mencapai persatuan Jerman, kaum Liberal Nasional meyakini perlunya menyingkirkan orang-orang yang memiliki bentuk afiliasi apa pun di luar perbatasan mereka, dan menganggap hubungan antara sepertiga populasi dengan Paus Katolik sebagai sandungan terbesar bagi persatuan ini. Karena didorong oleh kaum Liberal Nasional, Bismarck memulai sebuah kampanye anti-Katolik yang dikenal sebagai Kulturkampf, atau ”perang budaya”. Kampanye ini juga digambarkan sebagai suatu perjuangan untuk mengontrol pikiran bangsa Jerman. 129 Selama Kulturkampf, kaum Katolik, terutama di Jerman bagian selatan, mengalami penindasan. Di tahun 1872, untuk menegakkan sebuah undang-undang yang telah disahkan, semua pendeta Jesuit di negara ini ditahan dalam satu malam dan institusi-institusi mereka disita. Untuk menegakkan ”undang-undang Mei” (meigesetze) yang disahkan pada tahun 1873, semua pendeta yang bekerja kepada pemerintah dipecat, Gereja dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan pernikahan dan pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Sejumlah uskup besar ditahan dan 1300 gereja akhirnya ditemukan tanpa pendeta. Namun, karena taktik-taktik ini menimbulkan reaksi keras di kalangan Katolik di negara itu terhadap pemerintah, Kulturkampf dikendurkan. Bismarck mengabaikan usulan-usulan kaum Liberal Nasional, yang telah membawanya ke dalam kampanye ini, dan mengurangi Kulturkampf sedikit demi sedikit sampai akhirnya ia batalkan sepenuhnya. Keseluruhan kampanye ini tidak menghasilkan apa pun selain penindasan atas kaum Katolik Jerman, dan kehancuran rasa kesejahteraan sosial negara itu. Banyak sejarawan hari ini meyakini bahwa hal itu adalah sebuah kegagalan yang merobek-robek rasa keamanan sosial bangsa Jerman. Apalagi, setelah Jerman, gelombang Kulturkampf melanda Austria, Swiss, Belgia, dan Belanda, menimbulkan ketegangan sosial yang luar biasa di negara-negara ini.
Namun mereka (kaum Mason) tentu saja memajukan gerakan yang oleh Prussia, yang secara bertahap menjadi negara pemimpin di Jerman, dianggap sebagai ”representasi dan pelindung evolusi modern” melawan ”Ultramontanisme”, ”kefanatikan”, dan ”perebutan kuasa kepausan”. Mereka juga menghasut munculnya ”Kulturkampf”. Jurisconsult yang juga Mason tersohor, Imam Besar Bluntschli, adalah salah satu penghasut terdepan dalam konflik ini; dia juga menggerakkan ”Kulturkampf” Swis.... Para Freemason Jerman dengan upaya-upaya tak kenal lelah memaksakan pengaruh yang menentukan atas hidup bangsa secara keseluruhan sejalan dengan prinsip-prinsip Masonik, dan dengan demikian mempertahankan sebuah ”Kulturkampf” yang diam-diam dan abadi. Sarana-sarana terpenting yang mereka gunakan adalah aneka perpustakaan, konferensi, afiliasi dari berbagai perkumpulan dan lembaga dengan perhatian yang sama, dan jika perlu, pembentukan lembaga-lembaga baru, sebagai sarana bagi semangat Masonik untuk merasuki bangsa. 130 Artinya, walaupun dihentikan secara resmi oleh Bismarck, Kulturkampf diteruskan oleh kaum Mason, sebagai kampanye propaganda antiagama berkelanjutan yang ditujukan kepada masyarakat luas. Buah paling pahit dari perjuangan ini dituai pada tahun 1920: kaum Nazi, yang bertujuan mengembalikan bangsa Jerman kepada paganisme pra-Kristen mereka, sedikit demi sedikit memperoleh kekuatan dan berkuasa di tahun 1933. Salah satu aksi Nazi yang paling penting adalah memprakarsai sebuah Kulturkampf kedua melawan otoritas agamis. Komentator Amerika Elbridge Colby menjelaskan bahwa ”kaum Nazi membuka sebuah Kulturkampf baru melawan Gereja Katolik, memenjarakan para pendeta dan memecat para uskup; namun berbeda dengan tahun 1874, Hitler juga bergerak menentang kemapanan Protestan.” 131 Singkatnya, aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh kaum Mason untuk menjauhkan masyarakat dari agama telah membangkitkan salah satu kediktatoran paling brutal dalam sejarah, ”Reich” Nazi, dan menyeret dunia ke dalam Perang Dunia II yang membinasakan 55 juta jiwa. PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI ITALIA Negara lain yang jelas menampakkan aktivitas Masonik adalah Italia. Hingga tahun 1870, wilayah Italia diduduki oleh beberapa negara kecil sisa-sisa masa feodal. Salah satu yang terpenting adalah Negara Kepausan. Negara ini berpusat di Roma, diperintah oleh Paus, dan mengontrol sebagian besar Italia pusat. Mason di Italia didirikan sebagai perpanjangan dari Mason Prancis, dan mulai berpengaruh di Italia pada awal abad kesembilan belas. Mereka bermaksud menghancurkan Negara Kepausan dan menghapuskan otoritas Gereja di Italia secara keseluruhan. Menurut penulis buku berjudul The Roman Catholic Church and the Craft, Imam Freemason Alec Mellor: ” Di Italia, asal usul loge-loge luar biasa sebagian besar bersifat politis; mereka membingungkan Masonry dengan pertarungan melawan kekuasaan duniawi Paus.” 132 Masonry mengawali pertarungannya melawan agama di Italia melalui masyarakat rahasia lain yang didirikan dan dikendalikannya. Masyarakat ini dikenal sebagai ” Carbonari.”
Masyarakat ini, yang pertama kali terdengar di Naples pada awal abad kesembilan belas, mengambil namanya dari para pembakar arang. Sebagaimana para Mason memakai lambang pembangun dinding dan mengekspresikan pemikiran mereka dengan simbol-simbol, maka Carbonari mengambil lambang dari para pembakar arang. Namun, masyarakat tersebut punya tujuan-tujuan tersembunyi. Anggota-anggota masyarakat tersebut berupaya mengawali sebuah program politik, pertama di Italia, dan kemudian di Prancis, untuk menghancurkan pengaruh Gereja, membangun sebuah pemerintahan baru dan menyekulerkan semua lembaga sosial. Koneksi antara Masonry dan Carbonari begitu nyata. Kaum Mason secara otomatis menjadi anggota masyarakat Carbonari; bahkan, sejak saat memasuki masyarakat itu mereka meraih derajat imam. (Sementara, anggota-anggota Carbonari lainnya harus melewati proses kenaikan yang panjang sebelum mencapai derajat ini). Dua kardinal bernama Consalvi dan Pacca mengeluarkan sebuah maklumat pada tanggal 15 Agustus 1814 yang menuduh kaum Mason dan Carbonari diorganisir untuk campur tangan sosiopolitik dan penggalangan permusuhan terhadap agama. Tuduhan ini terbukti karena anggota-anggota Carbonari telah mengorganisir tipu muslihat politis dan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata yang berlangsung di Macerata pada 25 Juni 1817 diorganisir oleh Carbonari, namun diberangus oleh aparat keamanan Negara Kepausan. Pada tahun 1820, di Spanyol dan Naples, dan pada tahun 1821 di Piedmont, pemberontakan revolusioner diorganisir oleh Carbonari terhadap Gereja dan ketenteraman publik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda” yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini.
Mazzini, seorang ateis tersohor, selama bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan Italia. Dengan dukungan dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an. Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan tiga pemimpin terkemuka yang meakukan fungsi penting dalam pertarungan melawan agama di Eropa. Mazzini bukan saja sekadar pemimpin politik dalam pertarungan melawan agama, ia juga memegang peranan sebagai ideolog. Slogannya ”setiap bangsa sebuah negara” adalah percikan yang memicu pemberontakan kaum minoritas, yang menjadi penyebab keruntuhan kekaisaran-kekaisaran multietnis, seperti Austo-Hungaria dan Kesultanan Utsmani. Slogan Mazzini ini menjauhkan orang dari rasa persaudaraan keagamaan mereka; merupakan sebuah seruan yang mendorong mereka ke dalam konflik etnik antar sesamanya dan menginspirasikan mereka dengan ” kesombongan jahiliyah.” (QS. Al Fath, 48: 26) Fakta bahwa seruan ini datang dari kaum Mason, tepatnya, para Mason ranking atas, tentu saja sangat signifikan. Menurut informasi dari publikasi loge 10.000 Freemason Terkenal, Mazzini tumbuh di dalam loge Masonik, dan bertahun-tahun kemudian, pada 1867, terpilih sebagai Imam Mason Timur Raya Italia. Pada tahun 1949, pada sebuah upacara untuk menandai pembukaan selubung patung Mazzini di Roma, 3.000 orang Mason dengan penuh terima kasih mengenang Imam Besar mereka. Garibaldi, tangan kanan Mazzini, mencapai tingkat ke-33 Dewan Tertinggi Italia di tahun 1863, dan di tahun 1864 terpilih sebagai Imam Mason Italia. Untuk mengenang Imam Mason ini, sebuah loge dinamai Garibaldi, yang diberikan kepada ”lembah” New York dengan nomor 542. AGENDA REVOLUSIONER MASONIK DI RUSIA Selain di Italia, jejak-jejak kegiatan revolusioner Masonik juga dapat ditemui di banyak negara lain di Eropa. The Catholic Encyclopedia menyebutkan: ” Di dalam... gerakan-gerakan revolusioner setelahnya di Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Amerika Tengah dan Selatan, badan-badan Masonik diklaim berperanan kurang lebih aktif... Di Rusia, Freemasonry pun akhirnya muncul sebagai ‘konspirasi politis’ dari klub-klub di wilayah itu yang terorganisir secara Masonik.” 133 Persekongkolan Masonik di Rusia khususnya, menarik untuk dikaji.
Masonry memasuki negara ini pada paro kedua abad kedelapan belas dan menyebar luas di kalangan intelektual. Walaupun di luar tampak sebagai klub budaya semata, di dalam loge-loge ini didiskusikan gagasan-gagasan antiagama dan antipemerintah dari bagian-bagian Eropa lainnya. Yang pertama kali menaruh perhatian adalah pendeta-pendeta dari Gereja Ortodoks. Para pendeta mengirimkan informasi yang telah mereka peroleh kepada Tsar Alexander I, yang berhubungan baik dengan Gereja, membeberkan persekongkolan Masonik untuk menggulingkan rezim Tsar. Menanggapi itu, Tsar mengeluarkan undang-undang di tahun 1822 untuk menutup seluruh loge Masonik di negara itu dan menetapkannya sebagai organisasi terlarang. Walau demikian, tindakan ini tidak dapat menyingkirkan kaum Mason; mereka terus saja bergerak di bawah tanah. Tiga tahun setelah memberangus loge-loge tersebut, Tsar Alexander I sakit dan mangkat. Penggantinya adalah Tsar Nicholas I. Namun, pergantian Tsar Nicholas diwarnai serangkaian perselisihan dan intrik, serta menimbulkan situasi kacau di negara itu. Orang-orang tertentu yang ingin mengembalikan stabilitas dengan menumbangkan rejim tersebut berencana mengkudeta sang Tsar baru. Mereka mempunyai banyak pendukung di kalangan tentara. Merasa percaya diri dengan dukungan ini, sejumlah serdadu revolusioner bersama sejumlah orang sipil bergerak ke istana Tsar di ibukota St. Petersburg pada tanggal 14 Desember 1825. Dalam kontak senjata melawan tentara Tsar, kelompok revolusioner itu dikalahkan. Mereka dinamai ”kelompok Desember” sesuai dengan bulan terjadinya upaya revolusi mereka. Para pemimpin kelompok ini dibekuk dan lima orang digantung. Kelompok Desember tak lain daripada para Mason.... Para perwira, intelektual, dan penulis yang membentuk kelompok tersebut adalah anggota dari loge-loge yang dilarang oleh Tsar Alexander tiga tahun sebelumnya. Salah satu dari Mason yang revolusioner ini adalah penulis terkemuka Count Pushkin. 134 Meski usaha Kelompok Desember berakhir dengan kegagalan, para Mason tidak menghentikan niat mereka untuk menggulingkan Tsar. Mereka senantiasa memainkan peran penting dalam kelompok-kelompok penentang rezim Tsar. Pada Revolusi Pebruari 1917, pemimpinnya, Alexander Karensky, dan hampir semua pendukung dekatnya adalah Mason. 135 Begitu pula, pemerintahan yang baru mayoritas terdiri dari orang-orang Mason. 136 Satu-satunya kontribusi historis Pemerintahan Kerensky di usianya yang pendek itu adalah menyerahkan negara ke tangan Lenin dan kaum Bolsheviks pimpinannya. MASONRY ABAD KEDUA PULUH: DIAM-DIAM DAN DARI KEJAUHAN Tentunya tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas kaum Mason di negara seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas menunjukkan sasaran Masonry berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak membangun sebuah tatanan baru di mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan religius dihapuskan, dan untuk mencapai tujuan ini mereka telah berupaya menggulingkan monarki-monarki pendukung agama. Pada banyak negara Eropa, loge-loge Masonik menjadi pusat berkumpulnya para penentang agama, di sana disusun konspirasi untuk berbagai kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot politis dan politik antiagama. Di balik aneka aktivitas tersebut, baik berskala kecil atau besar, yang telah berlangsung sejak Revolusi Prancis di tahun 1789 hingga abad kedua puluh, ditemukan pengaruh Masonry.
Menurut sejarawan Inggris Michael Howard, loge-loge Masonik memfokuskan upaya mereka pada paro kedua abad kesembilan belas untuk menumbangkan dua Kekaisaran penting yang tersisa: Kekaisaran Austro-Hungaria dan Rusia, dan dapat mencapai sasaran mereka sebagai akibat Perang Dunia I. Dengan kata lain, pada awal abad kedua puluh, dalam skala luas, Masonry telah mencapai sasaran revolusi sosiopolitiknya. Oleh karena itu, abad kedua puluh bukanlah sasaran revolusi Masonik. Karena beranggapan tidak menghadapi halangan lagi, alih-alih merencanakan plot-plot politik, kaum Mason lebih suka menyebarkan filosofi mereka. Mereka menebarkan filosofi materialis dan humanis kepada massa dengan kedok sains, atau melalui seni, media, sastra, musik dan semua wahana budaya populer. Dengan propaganda ini kaum Mason tidak bermaksud menghapuskan agama-agama ilahiah melalui sebuah revolusi seketika; mereka hendak mencapainya melalui jangka panjang, dan memperkenalkan filosofi mereka kepada semua orang sedikit demi sedikit. Seorang Mason berkebangsaan Amerika menyimpulkan metode ini sebagai berikut: Freemasonry bekerja dengan diam-diam, namun ini adalah kerja bagaikan sebuah sungai yang dalam, yang diam-diam mendorong menuju lautan. .137Pendeta tinggi J.W. Taylor, dari negara bagian Georgia di AS, membuat komentar menarik ini tentang hal yang sama: Pengalihan tema-tema lama dan pembentukan yang baru tidak selalu timbul dari penyebab yang segera tampak yang ditetapkan dunia, namun merupakan kulminasi dari prinsip-prinsip yang telah bekerja selama bertahun-tahun dalam pikiran manusia, sampai akhirnya waktu yang tepat dan lingkungan yang sesuai menghidupkan kebenaran laten itu... menggairahkan semua dengan sebuah penyebab umum yang kuat dan menggerakkan bangsa-bangsa laksana satu diri menuju pewujudan akhir yang agung. Dengan prinsip inilah Lembaga Freemasonry menyebarkan pengaruhnya ke dunia manusia. Freemasonry bekerja secara diam-diam dan rahasia, namun menerobos semua celah masyarakat dalam banyak relasinya, dan mereka yang menerima banyak kebaikannya terpesona akan pencapaiannya yang luar biasa, tetapi tidak dapat menduga dari mana datangnya. 138 Menurut majalah Voice yang diterbitkan oleh Loge Besar di Chicago, ” Maka, secara diam-diam namun pasti dan berkesinambungan, Masonry mengisi struktur besar masyarakat manusia” 139 ”Pengisian struktur besar” ini akan terwujud ketika dasar-dasar filosofi Masonik materialisme, humanisme, dan Darwinisme diterima masyarakat. Aspek paling menarik dari strategi diam-diam dan jauh ini adalah bahwa para Mason yang melaksanakannya hampir tidak pernah mengungkapkan bahwa hal itu dilaksanakan atas nama Masonry. Mereka melakukan pekerjaannya di bawah berbagai identitas, judul, posisi kekuatan yang berbeda, namun mereka menyebarkan filosofi yang mereka ambil melalui Masonry kepada masyarakat. Seorang Imam Mason Turki, Halil Mulkus, menjelaskan ini dalam sebuah wawancara beberapa tahun yang lalu: Masonry sebagai Masonry tidak melakukan sesuatu pun. Masonry menuntun pribadi-pribadi; dan pribadi-pribadi yang terlatih di sini, serta para Mason yang berkontribusi bagi produksi perkembangan intelektual berada pada berbagai tingkat dalam karir mereka di tempat tinggal mereka di dunia. Mereka adalah rektor-rektor universitas, profesor, menteri negara, dokter, kepala administrasi di rumah sakit, pengacara, dan sebagainya. Di mana pun mereka hidup, mereka bertekad keras untuk menyebarkan ide-ide Masonik yang telah membentuk mereka ke tengah masyarakat. 140 Namun, ide-ide ini, yang dengan gigih dikaji dan coba diindoktrinasikan kepada masyarakat, sebagaimana telah kita pahami pada bagian-bagian sebelumnya, tidak lebih dari kebohongan. Filosofi Masonry berakar dari berbagai sumber seperti mitos-mitos Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Kabbalah. Dalam hasrat mereka untuk menyampaikan mitos-mitos ini kepada masyarakat, terkemas dalam paket sains dan logika, Mason menipu baik diri mereka maupun orang lain. Dalam era globalisasi, inilah peran ”Freemasonry Global”. Hasil dari kebohongan ini sangat merusak. Program menjauhkan masyarakat dari agama yang dijalankan oleh Masonry di abad kedelapan belas dan kesembilan belas, membangkitkan berbagai ideologi neo-pagan seperti rasisme dan fasisme, serta ideologi sekuler dan kejam seperti komunisme. Penyebaran Darwinisme sosial mengubah manusia menjadi hewan yang berjuang untuk keberadaannya, yang hasil brutalnya muncul di paro kedua abad kesembilan belas dan kedua puluh. Perang Dunia I adalah hasil karya para pemimpin Eropa yang, atas anjuran Darwin, memandang perang dan pertumpahan darah sebagai kebutuhan biologis. Selama perang, sepuluh juta orang mati sia-sia. Perang Dunia II yang mengikutinya, yang menyebabkan kematian 55 juta orang, juga merupakan hasil karya totalitarianisme, seperti fasisme dan komunisme, yang merupakan hasil dari benih sekularisme militan yang ditaburkan oleh kaum Mason. Di seluruh penjuru dunia, selama abad kedua puluh, semua perang, konflik, kekejaman, kesewenang-wenangan, eksploitasi, kelaparan, dan kemerosotan moral yang destruktif, pada dasarnya adalah produk dari berbagai filosofi dan ideologi tak beragama. (Untuk rinciannya, lihat karya Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme). Singkatnya, filosofi Masonry telah berbuah kepahitan. Kejadiannya tidak bisa sebaliknya sebagaimana pada hukum ilahiyah. Secara historis, orang-orang pagan yang menolak agama Tuhan itu, dengan merujuk pada berbagai mitologi tradisional dan agama nenek moyang mereka, menempuh jalan menuju kehancuran. Freemasonry, sebuah pewujudan masa kini dari paganisme ini, sedang menyeret diri mereka, dan seluruh dunia kepada jurang kebinasaan. Oleh karena itulah umat manusia harus melindungi diri dari potensi malapetaka ini, dengan mengatasi intimidasi dari apa dirujuk oleh Bediuzzaman Said Nursi, seorang sarjana Islam, sebagai ”penyakit yang bernama materialisme dan naturalisme”, dan dengan begitu mempertahankan keimanan masyarakat. | |||||||||
119 Neset Sirman, "Masonlugun Ilk Devirleri" (The First Periods of Masonry), Mimar Sinan, 1997, No. 104, hal. 41, (penekanan ditambahkan)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)
====================
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67

121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)

122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215

123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69

124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII

127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19

128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)

130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999

132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972

133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)

134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105

135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33

136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064

137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)

Kesimpulan

Namun, yang semestinya dilakukan untuk menghadapi Masonry bukanlah dengan menjalankan agenda anti-Masonik yang membuta, namun dengan mengkaji dan menunjukkan ketidaksahihan dari filosofi jahat yang dianut dan dipaksakan organisasi ini kepada umat manusia.
Sarjana Islam yang terkemuka, Bediuzzaman Said Nursi menguraikan dalam sebuah alinea kerangka utama tugas ini:
Dengan kata lain, arus gagasan materialis yang akan muncul pada akhir zaman akan bertindak sampai sejauh menolak keberadaan Tuhan. Sebagai jawaban, harus ditunjukkan betapa ini merupakan ”lawakan bodoh”, dan bukti-bukti keberadaan Tuhan sebagaimana diungkapkan di dalam Al Quran harus ditunjukkan.Kelahiran arus tiranik filosofi naturalis dan materialis secara bertahap akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman, melalui filosofi materialis yang mencapai derajat pengingkaran akan Tuhan.... Cukup jelaslah kiranya betapa bodoh lawakan dari manusia yang lemah, yang dapat dikalahkan oleh seekor lalat dan tidak dapat menciptakan walaupun sebuah sayap lalat, untuk mengklaim posisi ketuhanan. 141
Inilah cara untuk mendekati pertarungan melawan Masonry. Yang penting untuk dilakukan adalah menggugurkan dan mengatasi filosofi Masonik. Perlu dihancurkan pengaruh pemikiran organisasi ini, yang secara diam-diam dan dari jarak jauh melakukan kampanye propaganda massa, dan menjauhkan manusia dari keimanan mereka dan membawa mereka meninggalkan agama mereka kepada mitos-mitos materialis, humanis, dan Darwinis. Apalagi, aliran ini perlu dibalikkan, dan orang-orang perlu diinformasikan tengan keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan kebenaran agama. Dan, ini harus dilakukan setidaknya setenang dan sesabar para Mason.
Seberarnya, ini bukanlah pertarungan melawan Masonry karena sasarannya juga untuk menyelamatkan para Mason yang juga tertipu. Perintah di dalam Al Quran kepada kaum 'Ad dan Tsamud berlaku bagi para Mason: ”Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.” (QS. Al Ankabuut, 29: 38)
Sasarannya adalah untuk menunjukkan kebenaran kepada semua orang, termasuk para Mason, dan menyelamatkan mereka dari kesalahan.
Sebuah ciri dari akhir zaman adalah mudahnya pertarungan ini bagi orang yang beriman. Ini karena sains, yang telah digunakan kaum Mason untuk mendukung filosofi mereka selama dua ratus tahun terakhir, sekarang telah berbalik menentang mereka. Teori evolusi, yang telah memberikan dukungan bagi materialisme dan humanisme, telah berada dalam kemerosotan tajam semenjak tahun 1970-an. Catatan fosil dengan jelas menyangkal klaim-klaim teori ini, dengan mengungkapkan bahwa spesies muncul secara seketika dan sudah terbentuk sempurna, tanpa ”nenek moyang evolusioner”. Biokimia, yang mengkaji aspek-aspek halus dari makhluk hidup, telah menunjukkan contoh-contoh menakjubkan dari perancangan yang tidak dapat dijelaskan dengan kerangka sebab alamiah. Perbandingan genetik telah mengungkapkan bahwa spesies yang dianggap kerabat dekat menurut ”pohon kehidupan” Darwinis, pada kenyataannya sangat berbeda dalam susunan genetik. Sains telah memberontak melawan teori evolusi, sebuah fakta yang tidak dapat disembunyikan lebih jauh lagi oleh para evolusionis. Penting untuk menggunakan bukti-bukti yang diajukan sains dan menginformasikan kepada masyarakat ketidaksahihan filosofi materialis-humanis.
Masonry dengan berbagai metode propaganda yang efektif telah mampu sekian lama membuat masyarakat menerima sebuah pemikiran keliru. Menjelaskan kebenaran dan menolong manusia menerimanya jauh lebih mudah.
Ketika orang Muslim mengambil alih tugas ini, dengan izin Allah, pernyataan berikut ini akan terwujud: ” Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 18) Maka, abad kedua puluh satu tidak akan menjadi abad ”Freemasonry Global” sebagaimana diharapkan oleh para Mason, namun menjadi abad moralitas Islam.
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
sumber:harunyahya.com
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
0 comments:
Posting Komentar