
Dunia semakin gersang. Tak ada lagi tempatku bertengger di atas dedaunan dan kelopak-kelopak bunga. Semua tanaman di sini pun mungkin merasa sedih seperti aku ,karena hujan tak jua turun. Lalu dimanakah aku akan semaikan telur-telurku yang menjadi cikal bakal kepompong yang menambah indahnya sebuah taman?
Di sini aku tinggal menghitung waktu. Usiaku hanya dipatok tiga hari. Aku hanya berharap pada angin yang akan menerbangkan aku ke taman yang lain. Aku lelah dan tak cukup energi untuk terbang lagi. Tak setitik pun sari yang dapat ku teguk di taman ini. Angin pun enggan singgah kerena tak ada pucuk-pucuk tanaman yang akan dibelainya. Semua mati karena keserakahan.
Dasar kalian manusia yang rakus tanpa batas. Kalian telah merusak alam yang membuat musim tak menentu. Harusnya sekarang musim hujan dan bunga-bunga ini merekah dengan senyum warna-warni kembangnya. Bahkan kalian tak menyisakan apa-apa untuk makhluk lain. Kini kalian tak akan pernah melihat lagi indahnya taman berhias kupu-kupu yang menari dengan beraneka warna sayapnya.
Aku memang hanyalah seekor kupu-kupu. Tapi ketahuilah…, di sepasang sayapku terselip rahasia keindahan. Keindahan yang dikirim dari surga. Semua keindahan yang kalian lihat sekarang adalah keindahan semu, terselip di balik keserakahan. Hanya mata batin yang bersih yang mampu menangkap keindahan itu.
Aku menangis karena telah gagal mengemban tugas untuk melengkapi keindahan taman di bumi. Tapi mengapa kalian tak menangis setelah kehilangan semua keindahan, yang akan dituntut oleh generasi yang akan datang?
*

0 comments:
Posting Komentar