Kamis, 07 Maret 2013

Umur Manusia

KH. Jalaluddin Rakhmat “Alangkah cepatnya jam demi jam dalam satu hari; alangkah cepatnya hari demi hari dalam satu bulan; alangkah cepatnya bulan demi bulan dalam satu tahun; alangkah cepatnya tahun demi tahun dalam umur manusia,” ujar Ali bin Abi Thalib kw. Umur adalah jumlah pergantian tahun yang kita alami. Kita menghitung umur dari jumlah pergantian tahun yang kita lewati. Karena itu, pergantian tahun sepatutnya menjadi tonggak-tonggak utama buat merenungkan umur. Kualitas Umur. Nabi Muhammad SAW mengambarkan kualitas umur dengan sangat indah: “Pada hari kiamat dibukakan kepada manusia pada setiap hari dari umurnya dua puluh empat lemari (khazanah) –sebanyak bilangan jam sehari semalam. Ada khazanah yang dipenuhi dengan cahaya dan kebahagiaan sehingga ketika menyaksikannya orang merasa senang dan bahagia. Sekiranya khazanah itu diperlihatkan kepada ahli neraka, mereka tidak akan merasakan pedihnya siksa neraka. Itulah saat-saat ketika ia menaati perintah Tuhannya. Kemudian dibukakan baginya khazanah yang lain. Ia melihat khazanah itu gelap gulita, baunya menyengat dan mengerikan. Orang yang menyaksikannya merasa ngeri dan takut. Sekiranya khazanah itu dibagikan kepada ahli surga, hilanglah segala kenikmatan surga itu. Itulah saat-saat ketika orang membangkang kepada perintah Tuhannya. Kemudian dibukakan kepadanya khazanah yang lain. Ia melihatnya kosong. Tidak ada yang membuatnya gembira dan tidak ada yang mebuatnya berduka cita. Itulah saat-saat ketika ia tidur dan sibuk dengan urusan dunia yang mubah. Ketika ia melihatnya, hatinya dipenuhi kekesalan dan kekecewaan. Ia telah kehilangan waktunya yang dapat diisi dengan kebajikan yang tidak terperikan. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an: Itulah hari penyesalan. (Mizan al-Hikmah, 6:540). Jadi, jam demi jam yang kita lewati adalah lemari-lemari yang lewat di depan kita. Terserah kepada kita untuk mengisi lemari itu dengan amal saleh atau kemaksiatan, atau kita membiarkannya lewat begitu saja. Dengan begitu, umur adalah “assets” sekaligus “liabilities”. Anda bisa beruntung dan celaka dengan umur panjang Anda; bergantung kepada kualitasnya. Umur –seperti artikel dalam majalah- ditentukan oleh mutunya, bukan panjangnya. Nabi SAW menyimpulkannya dalam dua kalimat yang indah, “Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Manusia yang paling buruk ialah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” Umur akan dihisab. Tuhan bukan saja akan memperlihakan kualitas umur. Dia juga akan memeriksa dengan teliti penggunaan umur itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan bergeser telapak kaki manusia pada hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal: dari umur, pada apa ia menghabiskannya; dari kemudaannya, untuk apa ia mempergunakannya; dari hartanya, dari mana ia memperolehnya dan kemana ia membelanjakannya; dari ilmunya, untuk apa ia memanfaatkannya.” Pada riwayat yang lain, Nabi Muhammad SAW memanggil manusia sebagai anak-anak umurnya. Putera empat puluh abna al-arbai’in, menunjukkan manusia yang berumur empat puluh tahun. Rasulullah SAW bersabda: “Putera-puteri empat puluh tahun adalah tanaman yang sudah siap dituai; putera-puteri lima puluh, apa yang sudah kalian hasilkan dahulu atau belakangan; putera-puteri enam puluh, marilah menghadapi hisab, tidak ada lagi helah bagi kamu; putera-puteri tujuh puluh, persiapkan dirimu menghadapi kematian.” (Mizan al-Hikmah, 6:545). Walhasil, sebelum hari kiamat, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk memeriksa umurnya setiap kali menyadari umurnya bertambah, setiap pergantian tahun. Ada tonggak-tonggak umur yang sangat penting. Tonggak pertama adalah umur empat puluh tahun. Al-Qur’an menggambarkan perilaku orang mulia ketika sampai pada usia empat puluh tahun: “…sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (QS. Al-Ahqaaf, 46:15). Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaaf, 46:16). Berkenaan dengan orang-orang yang berumur empat puluh tahun, Nabi SAW bersabda: “Bila seseorang telah mencapai umur empat puluh tahun, lalu kebaikannya tidak mengatasi kejelekannya, setan mencium di antara kedua matanya dan berkata: ‘Inilah manusia yang tidak beruntung.’” Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang umurnya sudah melebihi empat puluh tahun, sedangkan kebaikannya tidak lebih banyak dari kejelekannya, hendaklah ia mempersiapkan keberangkatannya ke neraka.” (Mizan al-Hikmah, 6:544). Umur bisa Ditambah. Menurut beberapa hadis, umur bisa ditambah dan juga bisa dikurangi. Ada beberapa kebajikan yang dapat memperpanjang umur, seperti juga ada beberapa kemaksiatan yang memperpendek umur. Di antara perbuatan yang memperpanjang umur adalah silaturrahmi, menyambungkan kekeluargaan: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya ia menyambungkan kekeluargaan” (Hadis Muttafaqun ‘Alaih). Yang termasuk menyambungkan kekeluargaan ialah menjaga persaudaraan, berbuat baik kepada sahabat dan karib kerabat, memaafkan orang yang menyakiti hati kita, menjenguk dan saling mengunjungi untuk mempererat kasih sayang, bahkan bergaul dengan baik untuk memelihara kasih sayang di antara anggota-anggota keluarga. Berikut ini adalah hadis-hadis yang berkenaan dengan hal itu: “Jika engkau ingin Allah menambahkan umurmu, berbuat baiklah pada kedua orangtuamu. Orang yang berbuat baik pada istri dan anak-anaknya akan dipanjangkan usianya.” (Mizan al-Hikmah, 6:546). Berdasarkan kaidah mafhum mukhalafah, implikasi sebaliknya, kita dapat menyimpulkan bahwa memutuskan silaturrahmi memperpendek usia. Termasuk memutuskan silaturrahmi adalah menelantarkan keluarga, bertengkar dengan orang lain, lebih-lebih dengan sesama Muslim, menyimpan kebencian dan dendam, dan berlaku kasar kepada sesama manusia. Tanpa tunjangan hadis sekalipun, kita mengetahui bahwa penyebab stress yang paling besar pada masyarakat modern ialah hilangnya keakraban di antara sesama manusia, atau kegagalan menciptakan hubungan personal yang hangat. Dari stress bersumber berbagai penyakit. Stress berlarut-larut mengantarkan orang lebih cepat kepada kematian. Sebaliknya, terbukti juga bahwa orang yang akrab dengan keluarganya, keluarga yang bahagia, mereka lebih sehat dan lebih tahan terhadap penyakit. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara “marifal success” (keberhasilan perkawinan) dengan kesehatan fisik dan psikologis. Hadis mendahului penelitian ini dengan menyebutkan: Man hasuna birruhu bi ahli baitih, zida fi umrihi (Siapa yang baik kebajikannya pada keluarganya, akan ditambah umurnya). Bila kehangatan kekeluarga ini diperluas pada lingkup yang lebih besar, terjadilah lingkungan masyarakat yang sehat. Maka akan berkuranglah biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan, dan akan menurun tingkat perceraian, kenakalan remaja, konflik SARA dan kejahatan-kejahatan lainnya. Silaturrahmi bukan saja memperpanjang umur individu, ia juga melestarikan “umur” masyarakat. Betulkah umur bisa ditambah? Allah berfirman: “…Dia menambah dalam penciptaan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah berkuasa untuk melakukan sesuatu” (QS. Faathir, 35:1). Adakah ketentuan yang mengatur pertambahan umur? Al-Qur’an menyatakan: Tidaklah seorang perempuan hamil dan tidaklah dia melahirkan kecuali dengan pengetahuan Dia. Tidaklah dipanjangkan umur dan tidaklah umur dikurangi, kecuali semuanya ada dalam kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah sekali bagi Allah. (QS. Faathir, 35:11). [JR] Tulisan ini dimuat di Majalah UMMAT dalam Rubrik SUNNAH oleh Musthafa Syauqi dengan judul “Umur” (http://www.majulah-ijabi.org/14/post/2013/01/umur-manusia.html)

0 comments:

Posting Komentar