Bismillahir rahmaanir rahiim
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim
Cinta kepada Allah dan para hambaNya merupakan keindahan yang sungguh luar biasa. Jika kita mengerjakan sesuatu dengan cinta, Allah akan menerima dan membuatnya terasa jauh lebih menyenangkan. Jika kita mencintai pekerjaaan kita, hal ini akan terasa lebih mudah mengerjakannya meski berat sekalipun. Namun jika sebaliknya, hal ini akan terasa membebani. Allah SWT berfirman, “Aku tidak membutuhkan ibadah kosongmu, Aku hanya mencari cinta yang kau berikan.” Untuk itu berhati-hatilah, jika shalat, lakukanlah dengan cinta bukan dengan keterpaksaan, seakan ada pengawas yang mengawasimu dengan cambuk di tangannya. Allah tidak akan menghargai ibadah seperti ini. Kini kebanyakan orang hanya melaksanakan kewajiban yang telah dianjurkan namun lupa memohon cinta Illahiah, sehingga kita bagaikan sebuah robot atau pesenam.
Allah telah meminta kita menggunakan tubuh ini untuk beribadah dan berlaku baik antar sesama, dengan jalan memberi sedekah, berbuat baik dan menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian. Apakah yang akan menjadi buah dari ibadah ini? Jika kita lakukan tanpa cinta, buah ini akan terasa pahit dan terjadilah penolakan dalam diri. Namun jika kita melakukan ibadah karena cintaNya, maka kita senantiasa untuk terus menjaga dan melaksanakanya (istiqomah) dengan hati senang.
Cinta kepada Allah memang tidak mudah didapat karena kita tidak mampu untuk membayangkanNya. Karenanya Allah mengutus para Nabi untuk mewakili cintaNya. Kekasih Allah, Rasulullah Muhammad SAW adalah media yang murni untuk mentransmisikan cinta Ilahiah ini dan merupakan kebenaran yang Haqiqi, sehingga Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang telah melihatku, berarti tela melihat kebenaran yang Haqiqi.”
Ketika delegasi non-muslim mengunjungi Madinah, mereka tercengang melihat cinta dan penghormatan yang diberikan para sahabat kepada Rasulullah SAW. Ketika pulang mereka lapor kepada pemimpinnya, “Kami telah banyak bertemu kaisar, raja dan kepala suku, tetapi belum pernah kami melihat seorang pemimpin yang pengikutnya begitu setia dan memperlakukannya dengan penuh cinta.” Bagaimanakah ini bisa terjadi? Mereka tidak pernah bisa memahami rahasia cinta ini, sebagaimana ego mereka menyebabkan mereka menolak kerasulan Nabi Muhammad SAW. Cinta sahabat kepada Rasulullah SAW begitu dalamnya sehingga mereka sanggup mengatakan “Kami rela berkorban untukmu Yaa Rasulullah SAW.” Kenyataannya banyak dari mereka yang menjalani penderitaan yang hampir tidak tertahankan demi iman mereka kepada misi Rasulullah SAW seperti diasingkan, tidak mendapat warisan, diboikot, disiksa bahkan mati. Kini siapakah yang akan mewakili Rasulullah SAW di dunia ini setelah beliau wafat? Mereka adalah orang-orang yang mampu menimbulkan cinta seperti itu. Rasulullah SAW sendiri memberikan gambaran bahwa siapa yang melihat mereka, akan ingat kepada Allah. Siapa yang merasa haus akan cinta Allah harus mencari orang-orang seperti itu, merekalah para wali Allah.
Allah telah memberikan suatu instrumen untuk mengukur bukan tekanan darah, tetapi “tekanan cinta” kita dan target kita adalah untuk membuatnya semakin besar. Ya carilah cara untuk meningkatkannya setiap hari. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa pun yang tidak mengalami peningkatan setiap hari, akan merugi.” Apa artinya? Hal ini bukan berarti bahwa jika hari ini kamu shalat 40 rakaat, lalu besok 41 rakaat dan lusa 42 rakaat. Tidak demikian. Apa yang diinginkan adalah kamu melakukannya dengan penuh kecintaan terhadap Allah, sehingga DIA bisa mengamati dan berkata, “hambaku telah mengirimkan cinta lebih banyak dari kemarin.” Seorang wali Allah memberikan suatu kesimpulan yang baik tentang cinta Illahiah “Sebutir atom cinta lebih berharga daripada 70 tahun beribadah tanpa cinta.”
Wa min Allah at taufiq
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar