Minggu, 19 Februari 2012

Logika sebagai Cabang Filsafat



Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.
Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh pada filusuf menurut Russell adalah karena para filusuf terkadang terlalu berlebihan dan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang terbaik. Walaupun keadaan ini tidak mungkin bisa dicapai karena para filusuf yang ada selama ini kurang tepat melihat permasalahan filsafat dan metode-metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan filsafat.
Menurut Russell permasalahan-permasalahan filsafat dan metode-metode filsafat selama ini tidak mudah untuk dipahami atau dirumuskan oleh sekolah-sekolah yang ada, banyak permasalahan-permasalahan tradisionalyang belum dapat dipecahkan oleh pengetahuan yang sekarang ada. Bahkan ada beberapa permasalahan yang sudah mulai di tinggalkan namun sebenarnya masih bisa dipecahkan melalui metode-metode yang tepat dengan tingkat pengetahuan yang lebih maju.
Dalam merumuskan permasalahan ini, Russell menoba membaginya ke dalam 3 tipe besar yaitu tipe pertama disebut sebagai tipe tradisional klasik yang diwakili oleh pemikiran Kant dan Hegel, periode ini menekankan pada kecenderungan untuk mengadopsi pemecahan permasalahan yang terjadi sekarang dengan metode-metode dan hasil-hasil yang telah dicapai pada masa Plato dan lainnya. Tipe kedua adalah Evolusionisme, yang dimulai dari pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer. Namun pada perkembangan selanjutnya didominasi oleh pemikiran William James dan M Bergson. Dan Tipe Ketiga adalah yang disebut Logika Atomisme, yang melihat filsafat melalui metode kritis matematika.
Pada tipe Tradisional Klasik perhatian utamanya adalah para filusuf Yunani yang menekankan pada rasio sebagai perhatian utamanya. Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang ada. semua realita adalah suatu kesatuan dan tidak ada perubahan. Sense yang ada dalam dunia merupakan ilusi. Keganjilan dari hasil yang diperoleh oleh para filusuf tidak membuat mereka merasa cemas karena bagi mereka rasio merupakan satu-satunya keabsahan yang sahih.
Ketika para filusuf yang mereka jadikan acuan meninggal, maka ajaran mereka terus dipertahankan dengan menggunakan kekuasaan, tradisi, kekuatan hukum dan juga kekuatan yang selama ini masih ada yaitu otoritas agama.
Di Inggris, rasio apriori ini digunakan untuk mengungkapkan rahasia tentang dunia dan dapat membuktikan kenyataan seperti apa yang di tampakkan. Logika dalam tipe Tradisional Klasik ini di konstruksikan melalui proses negasi. Logika dibuat untuk mengutuk mereka semua untuk menerima fenomena dan fenomena diungkapkan untuk sadar akan dunianya. Dunia dibentuk oleh logika dengan sedikit peran dari pengalaman.
Dunia, menurut tipe ini, merupakan ”organic unity”, dimana bagian-bagiannya yang berbeda bergabung menjadi satu dan bekerja sama karena mereka sadar bahwa mereka berada dalam satu tempat yang sama sebagai satu kesatuan. Intinya tipe ini merupakan penggabungan antara pemikiran Yunani yang menekankan pada rasio dan abad pertengahan yang menkankan pada kesempurnaan alam semesta.
Pada tipe Evolusionisme, percaya pada dirinya yang mendasarkan pada ilmu pengetahuan, Sebuah pembebasan dari harapan-harapan, memberikan inspirasi dalam menghidupkan kembali kekuatan manusia. Evolusionisme ini bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, dan juga bukan metode untuk memecahkan masalah. Filsafat ilmiah yang sesungguhnya adalah suatu yang lebih kuat sekaligus lebih longgar, menguak harapan-harapan tentang keduaniaan dan membutuhkan beberapa disiplin supaya berhasil dalam mempraktekkannya.
Logika, matematika, fisika hilang dalam tipe ini disebabkan karena mereka terlalu statis. Apa yang nyata adalah sesuatu yang mendesak dan bergerak menuju pada satu tujuan. Terdapat 2 kritik terhadap hal ini, diantaranya, pertama, kebenaran tidak mengikuti apa yang telah dihasilkan ilmu pengetahuan yang selalu memperhatikan fakta yang mengalami evolusi. Kedua, motif dan kepentingan di inspirasikan oleh praktek-praktek eklusif.
Hal yang paling penting dalam tipe Evolusionisme adalah pertanyaan tentang tujuan manusia atau setidaknya tentang tujuan hidup manusia. Evolusionisme lebih tertarik pada moralitas dan kebahagiaan dari pada pemngetahuan semata.
Pada awalnya Russell sudah mulai menampakkan penyerangan pada idealismedengan memihak pada akal sehat (common sense) dan Ia lebih menekankan pada analisis logis. Namun setelah buku ini dikeluarkan maka Russell sudah mulai beralih dari common sense ke pada ilmu pengetahuan, maksudnya adalah dalam berfilsafat atau dalam memecahkan permasalahan filsafat harus mengacu pada ilmu pengetahuan yang ketat dan kritis.
Tipe Logika Atomisme ini mempunyai tujuan untuk mengupas habis struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisis. Menurut Russell filsafat bertugas menganalisa fakta-fakta. Filsafat harus melukiskan jenis-jenis fakta yang ada. Bagi Russell fakta-fakta tidak dapat bersifat benar dan salah yang mengandung dan bisa dikatakan benar dan salah adalah proposisi-proposisi yang mengungkapkan fakta-fakta. Atau dengan kata lainproposisi-proposisi merupakan simbol dan tidak merupakan sebagian dunia. Dimana suatu proposisi terdiri dari kata-kata, yang menunjukkan kepada data inderawi (sense-data) dan universalia (universalis), yaitu ciri-ciri atau relasi-relasi.
Ada yang disebut proposisi atomis, dimana proposisi ini sama sekali tidak mengandung unsur-unsur majemuk. Suatu proposisi atomis mengungkapkan suatu fakta atomis. Dengan demikian Russell menyimpulkan bahwa bahasa sepadan dengan dunia. Dengan kata lain melalui bahassa kita dapat menemukan fakta-fakta jenis mana yang ada. Menurur Russell bahasa menggambarkan realitas. Namun bahasa yang Ia maksud adalah bahasa sempurna, yang terlepad dari kedwiartian dan kekaburan, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam principia mathematica.
Dengan proposisi-proposisi atomis kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan proposisi-proposisi atomis kita dapat membentuk suatu proposisi majemuk, misalnya dengan menggunakan kata ”dan” atau ”atau”. Yang dihasilkan adalah suatu proposisi molekuler (molecular proposition). Tetapi tidak ada fakta molekuler yang hanya menunjuk pada fakta-fakta atomis.
Kebenaran atau ketidak benaran suatu proposisi molekuler tergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi-proposisi atomis yang terdapat di dalamnya. Jadi fakta-fakta yang atomis menentukan benar tidaknya proposisi apa pun juga. Atau perkataan Russell adalah ”molecular proposition are truth-function’s of propositions.
Russell sadar bahwa dalam argumennya ini juga ada beberapa kelemahan yang masih dapat dihindari, hal ini ditunjukkan bahwa bagi Russell masih ada fakta umum. Seperti pernyataan-pernyataan umum yang tidak harus dibentuk oleh proposisi atomis seperti semua orang akan mati, dari proposisi ini pernyataan ini benar karena bukan terdiri dari serangkaian fakta-fakta atomis tetapi proposisi ini benar karena adanya fakta umum yang berlaku benar.
Hal kedua Russell juga mengakui adanya fakta-fakta negatif., karena itulah satu-satunya cara untuk menerangkan kebenaran dan ketidakbenaran proposisi-proposisi negatif. Dan terakhir Russell harus mengakui adanya fakta-fakta khusus yang lebih mengacu pada suatu kepercayaan atau suatu fakta psikis (mental fact)

Kritik-kritik terhadap Teori Atomisme Logis
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa atomisme logis mengandung suatu metafisika, alasannya adalah teori ini mau menjelaskan struktur hakiki dari bahasa dan dunia, atau dengan kata lain teori ini menjelaskan bagaimana akhirnya halnya dengan realitas seluruhnya.
Dunia dapat diasalkan kepada fakta-fakta atomis, jelas sekali merupkana suatu pendapat metafisis. Metafisika yang terdapat dalam teori Russell merupakan suatu pluralisme radikal, sama sekali bertentangan dengan monisme yang menandai idealisme, khususnya idealisme Bradley.
Atomisme logis menggunakan suatu kriterium untuk menentukan makna. Suatu proposisi mengandung makna kalau dapat ditunjukkan suatu fakta atomis yang sepadan dengannya atau kalau suatu proposisi majemuk terdiri dari proposisi-proposisi atomis yang masing-masing sepadan dengan suatu fakta atomis. Akan tetapi proposisi yang dinyatakan oleh atomisme logis tidak dapat disamakan dengan kedua jenis proposisi ini.
Tidak ada fakta atomis yang membuat proposisi-proposisi yang membentuk teori proposisi atomisme logis itu menjadi benar atau tidak benar. Akibatnya perlu disimpulkan bahwa proposisi-proposisi atomisme logis sendiri tidak bermakna. Dan Russell sendiri tidak memberikan penyelesaiannya karena Ia telah beralih kepada pembahasan yang lain.

Analisa Kritis
Mengenai pendapat Russell tentang tipe Tradisional Klasik memang ada benarnya karena pada tipe ini mereka lebih menekankan pada pemikiran-pemikiran yang sudah lama adanya, dan belum tentu tepat dan dapat menentukan benar atau salah suatu fakta. Dengan kata lain pendekatan filsafat yang sudah usang belum tentu tepat untuk diterapkan pada masa tertentu, terkadang apa yang ditawarkan oleh filusuf-filisuf terdahulu haya dapat berlaku pada jamannya.
Memang logika pada saat ini sudah digunakan, karena Aristoteles sudah memulainya, namun logika disini digunakan hanya untuk mengkonstruksi fakta melalui negasi saja. Atau dengan kata lain dunia dibentuk melalui pernyataan saja tanpa memperhatikan pengalaman yang kongkrit.
Pada dasarnya pendekatan yang ditawarkan oleh Russell adalah pendekatan logika yang atomis, dimana pendekatan ini lebih mengandalkan pendekatan yang sangat matematis. Disatu sisi pendekatan yang dilihat dari sudut matematis lebih sistematis. Biasanya filsafat dan permasalahannya jika dikaji dengan menggunakan pendekatan yang secara sistematis umumnya lebih sistematis, alur berfikir sangat runtut.
Namun kelemahannya ada beberapa permasalahan filsafat yang tidak dapat didekati dengan pendekatan yang bersifat matematis seperti metafisis, atau mengenai ontologi. Maka kebanyakan para filusuf yang menekankan kajian filsafatnya dengan metode logika, mereka tidak terlalu ambil pusing dengan metefisis atau segala hal yang berbau dengan idealisme. Sesuatu itu harus dapat dipertanggungjawabkan dengan proposisi-proposisi yang tepat dan benar. Sehingga fakta-fakta yang hadir dapat diwakilkan dengan proposisi-proposisi yang benar dan sahih. Sayangnya Russell kurang membahas lebih lanjut berkenaan dengan kekuarngan teorinya.

Referensi :
Bertens, Kees. 2002. Filsafat Barat Kontemporer: Inggris-Jerman. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Russell, Bertrand. 1993. Our Knowledge of The External World: As a Field for Scientific Method in Philoshophy. London: Routedge
(http://staff.blog.ui.ac.id/arif51)

0 comments:

Posting Komentar