Pulau Sipora merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Mentawai, merupakan pusat pemerintahan kabupaten tersebut yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di daerah ini. Sebagai salah satu wilayah kepulauan yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia, tentunya banyak pengaruh fisik ataupun alam yang menjadi perhatian cukup besar yang dapat mempengaruhi kepulauan ini. Salah satunya berupa kerentanan pesisir dari kenaikkan muka laut.
Akhir-akhir ini, perubahan iklim global menyebabkan kenaikkan muka laut yang dapat menjadi ancaman serius bagi semua lahan pesisir terutama yang berelevasi rendah. Bahkan kenaikkan muka laut ini dapat mencapai tingkat ekstrim.
Kegiatan mengenai ‘Studi Kenaikkan Muka Laut di Pulau Sipora’ bertujuan untuk melihat gambaran secara visual kondisi pesisir di Pulau Sipora dan memetakan tingkat kerentanan pesisirnya dari kenaikkan muka laut dengan beberapa parameter pengukuran yang terkait. Untuk selanjutnya, dapat tersusun suatu model pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir yang berwawasan mitigasi kerentanan.
Metodologi
• Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan water pass dan kompas geologi. Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat water pass tepat berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air.
Gambar 1. Alat Ukur Kemiringan, Water Pass
Gambar 2. Pengukuran Kemiringan Pantai
Untuk penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih sederhana lagi, cukup dengan meletakkan kompas di pantai, kemudian putar alat pengaturannya sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada di tengah. Nilai kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang tertera pada kompas geologi tersebut.
Kemiringan pantai dapat diperoleh dengan rumus:
Keterangan :
α = Sudut yang dibentuk (°)
Y = Jarak antara garis tegak lurus yang dibentuk oleh kayu horizontal dengan
permukaan pasir di bawahnya.
X = Panjang kayu range (2 m)
• Relief Pantai
Penentuan relief pantai yang dilakukan dalam hal ini adalah berupa nilai tinggi pantai. Hasil pengukuran dapat diperoleh bersamaan dengan pengukuran kemiringan pantai menggunakan peralatan water pass, yaitu nilai Y (gambar 2).
• Lebar Pantai
Pengukuran lebar pantai dilakukan dengan menggunakan meteran, yaitu jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai dengan batas pantai yang masih kena pengaruh air laut.
Gambar 3. Pengukuran Lebar Pantai
• Indeks Kerentanan Pesisir
Untuk menentukan indeks kerentanan pesisir, perlu diketahui beberapa parameter,
seperti tutupan lahan, jenis batuan pantai, kemiringan pantai, dan kerapatan penduduk.
Berikut tabel parameter penentuan indeks kerentanan pesisir,
Tabel 1. Parameter Penentuan Indeks Kerentanan Pesisir
Parameter | Satuan | Ranking | |||||
Sangat Rendah | Rendah | Sedang | Tinggi | Sangat Tinggi | |||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | |||
a) Tutupan Wilayah pesisir | - | Vegetasi Rapat | Vegetasi | Tanah Kosong | Permukiman | Permukiman Rapat | |
b) Jenis Batuan Pantai | - | Batuan Vulkanik | Batuan Vulkanik | Batuan Sedimen | Sedimen Lepas | Sedimen Lepas | |
c) Kemiringan pantai | (º) | > 10 | 6 - 10 | 4 - 6 | 2 - 4 | < 2 | |
d) Kerapatan penduduk | Jiwa/ km² | < 1.000 | 1.000-3.000 | 3.000-5.000 | 5.000-10.000 | > 10.000 |
Rumus indeks kerentanan pesisir dapat dihitung dengan formula berikut,
Keterangan:
IKP = Indeks Kerentanan Pesisir
a = Indeks untuk tutupan wilayah pesisir
b = Indeks untuk jenis batuan pantai
c = Indeks untuk kemiringan pantai
d = Indeks untuk kerapatan penduduk
Nilai IKP maksimal dalam persamaan di atas adalah 12,5, selanjutnya IKP dibagi menjadi 5 (lima) kategori berdasarkan nilai angka berikut,
1. 0,0 – 2,49 = Sangat Rendah
2. 2,5 – 4,99 = Rendah
3. 5,0 – 7,49 = Sedang
4. 7,5 – 10,0 = Tinggi
5. > 10,0 = Sangat Tinggi
Hasil dan Pembahasan
Pesisir pantai di Pulau Sipora didominasi oleh tipologi berupa pantai berpasir, beberapa pantainya terdapat mangrove, lamun dan juga hamparan karang mati. Tanaman mangrove di daerah ini masih potensial sebagai zonasi terakhir penghambat terhadap pengaruh fisik air laut, terlihat dengan cukup luasnya mangrove di beberapa pesisir pantainya.
Tuapejat yang merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai mempunyai potensi hutan mangrove sekitar 400 Ha, dengan substratnya didominasi oleh Lumpur berpasir. Potensi hutan mangrove di Sioban sebagai kota Kecamatan Sipora adalah seluas 12 Ha, dimana didominasi oleh beberapa jenis mangrove seperti; Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguierab sexangula, Ceriops tagal Sonneratia alba, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea dan Aegiceras corniculatum, dan Scypiphora hydrophyllaceae. Tinggi rata-rata pohon adalah 2 – 20 m dengan substrat pasir, pasir berkarang dan pasir berlumpur. Kemudian potensi hutan mangrove di desa lain Pulau Sipora, seperti Simakakak seluas 5 Ha, Pitojat seluas sekitar 700 Ha, dan Katiet sekitar 20 Ha (Dinhut Sumatera Barat).
Gambar 4. Hamparan manggrove di pesisir pantai P. Sipora
Untuk hamparan karang mati terlihat adanya kenaikkan, sehingga dapat terlihat jelas dari daratan. Bentuk lereng pantai Pulau Sipora, umumnya landai dengan relief yang cukup kecil (0 – 4 m). Sedangkan lebar pantai sedikit bervariasi, yaitu < 5 m, 5 – 25 m dan 25 – 50 m, dengan morfologi pantai berupa muara.
Tipe batuan pantai di sekitar pesisir pulau ini adalah berupa batuan endapan permukaan. Batuan ini digolongkan dengan nama aluvium, yaitunya lanau, pasir dan kerikil yang umumnya terdapat di daratan pantai, termasuk endapan rawanya. Selain itu, juga diperoleh data sekunder peta tutupan lahan untuk daerah terkait berupa citra Landsat tahun 2000 dan kerapatan penduduk dari data BPS tahun 2010.
Gambar 5. Batuan endapan permukaan dan hamparan karang mati
Terlihat dari topografi pantainya, Pulau Sipora ini cukup rentan sekali dari kenaikkan muka laut. Namun, dengan tutupan lahan yang masih cukup luas dibandingkan dengan pengaruh topologi pantainya yang landai, dugaan tersebut berbeda dari hasil yang diperoleh tersebut.
Gambar 4. Peta Indeks Kerentanan Pesisir Pulau Sipora
Hasil pengolahan beberapa parameter yang ada tersebut menunjukkan bahwa tingkat kerentanan pesisir pantai Pulau Sipora pada umumnya rendah, bahkan beberapa lokasi menunjukkan tingkat kerentanan yang sangat rendah. Hingga saat ini sangat kecil kemungkinan pesisir pantai Pulau Sipora rentan terhadap kenaikkan muka air laut.
Dengan hasil yang diperoleh tersebut, tidak mengurangi kewaspadaan masyarakat di sekitar Pulau Sipora dari ancaman kenaikkan muka laut ataupun bencana lain yang umumnya terjadi akibat pengaruh alam yang tentunya tidak dapat kita prediksi sebelumnya.
by TAT
Daftar Pustaka
BPS Kepulauan Mentawai, 2010. Kepulauan Mentawai Dalam Angka 2010. Hal. 3-5, 65. Dinas Kehutanan, 2009. Inventarisasi dan Identivikasi Mangrove Sumatera Barat. Hal. 50-52.
Kastowo, Gerharg W.Leo, S.Gafoer & T.C.Amin. Peta Geologi Kepulauan Mentawai.
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar