Wanita yang mulia ini bernama Atikah Binti Zaid Amr Ibn Nufail Radhiyallahu anha, dia termasuk penyair wanita bangsa arab, ahli ibadah, hafal alqur`an, memiliki kecantikan yang menawan, kehalusan pekerti dan kemuliaan akhlak yang baik. Dia juga seorang wanita yang cerdas dan pemikiran cemerlang. Syair-syairnya menggugah semangat juang kaum muslimin, terutama memberi semangat kepada suaminya yang keluar berperang. Dan yang mengagumkan adalah dia seorang istri yang memiliki suami-suami yang mulia disisi Allah Tabaraka wa Ta`ala, semua suami yang menikahinya gugur sebagai syahid maka sejarah menyebutnya sebagai istri para syuhada.
Dia menikah dengan Abdullah ibn Abi Bakar As-Siddiq. Abdullah sangat mencintainya, memuliakan, menghormati dan menjaganya. Karena terlena dengan kecantikan dan cintanya kepada Atikah, Abdullah sempat melalaikan kewajibannya terhadap Allah. Ia sering meninggalkan shalat berjamaah di masjid yang selama ini dilakukannya.. Mengetahui kondisi seperti itu, sang ayah yang shalih Abu Bakar menyuruh anaknya menceraikan Atikah. Dengan berat hati, ia mentaati perintah ayahnya, namun penceraian ini membuat Abdullah sakit.Lalu dia menggubah sebuah syair yang meluapkan rasa cintanya kepada Atikah.Lalu Abu Bakar menyuruhnya untuk rujuk kembali. Lalu Atikah dan Abdullah belajar dari kesalahan yang lalu, agar tidak meletakkan cinta diantara mereka melebihi cinta kepada Allah.
Mereka berduapun ruju`, Abdullah menghadiahkan sebidang kebun, dengan syarat, Atikah tidak menikah lagi jika dia telah meninggal dunia. Ketika Abdullah meninggal, maka Atikah merasa sangat tertekan dan merasa kehilangan. Lalu datang lamaran dari sahabat mulia Umar ibnul Khattab untuk menikahinya.
Ketika Umar ibnul Khattab melamarnya, dia menceritakan masalah kebun itu dan syarat dari Abdullah.Umar menyuruhnya agar meminta fatwa kepada sahabat mulia Ali bin Abi Thalib. Ali berkata,”Kembalikan kebun itu kepada keluarga Abdullah,sesudah itu menikahlah.” Maka dia pun menikah dengan Umar. Iapun menjadi istri yang patuh, taat dan setia kepada suaminya, sampai akhirnya Umar gugur sebagai syahid di mihrab saat shalat shubuh, ia sangat sedih dengan wafatnya suami yang sangat dicintainya, seorang sahabat Rasul yang mulia.
Setelah Umar ibul Khattab meninggal dunia dan sudah habis masa iddahnya, dia menikah lagi dengan sahabat yang mulia Az-Zubair ibnu Al-Awwam. Dan lagi-lagi suami yang ketiga inipun syahid dalam peristiwa perang Jamal. Setelah itu ia menikah lagi dengan Muhammad ibn Abi Bakar, yang dikemudian hari gugur pula sebagai syahid.
Sahabat yang mulia Ali ibnu Abi Thalib merasa sedih dan iba dengan keadaan Atikah, beliaupun ingin menikahinya. Setelah masa iddahnya habis, Ali ibnu Abi Thalib pun mengkhitbahnya, dia menolak pinangan Ali ibn Abi Thalib, ia mengirim utusan untuk menemui Ali, seraya mengatakan,”Sesungguhnya aku tidak boleh membiarkan dirimu anak paman dan menantu Rasulullah gugur sebagai syahid”. Namun Ali menjawab,”Siapa yang ingin mati syahid di masa mendatang, hendaklah dia menikah dengan Atikah,”. Ini karena memang semua suaminya meninggal dalam keadaan terbunuh.
Kemudian dia dinikahi sabahat dan cucu Rasul yang mulia Al-Husain ibn Ali ibn Abi Thalib, suami yang sangat dicintainya, pernikahannya dengan Al-Husain terjadi karena Al-Husain berkali-kali melamarnya demi keinginannya untuk gugur sebagai syahid dan dikemudian hari Atikah menyaksikan sendiri terbunuhnya Husian, di padang Karbala, Atikahlah yang pertama kali mengangkat pipinya dari tanah dan membersihkannya.
Setelah syahidnya Husain ibn Ali Ibn Abi Thalib, Atikah pindah ke Mesir dan memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah itu sampai ia wafat menjumpai Rabbnya. Riwayat menyebutkan Atikah adalah seorang wanita yang tidak kehilangan pesona kecantikannya walaupun dimakan usia bahkan katanya semakin tua Atikah semakin cantik, Wallahu A`lam.
Sesudah itu Atikah hidup menjanda. Maka sahabat yang mulia Abdullah ibn Umar pun pernah berkata,”Barangsiapa menghendaki mati syahid, hendaklah menikah dengan Atikah”. Memang seperti itulah faktanya, tidaklah Atikah menikah dengan seseorang kecuali orang itu mati terbunuh. Kalau kita membaca kisah ini, jika ada wanita seperti ini dizaman ini adakah laki-laki yang akan bersaing untuk menikahinya?
Atikah meninggal dunia sekitar tahun empat puluh hijrah. Semoga Allah merahmati dan meridhainya…
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar