Imam Ghazali berkata bahwa puncak segala keindahan dan kebahagiaan bergantunga pada keindahan hati. Hati yang indah adalah hati yang dapat mengenal awal kejadian kita. Baca artikel sebelumnya "Mengingat Asal Kejadian Kita". Manusia yang sempurna adalah manusia yang dapat mencapai derajat yang lebih tinggi daripada tingkat akal, maksudnya akal yang dipimpin oleh hidayah Allah, yaitu suatu cahaya yang dilimpahkan ke dalam hati yang disebut hati nurani.
Hati nurani merupakan hati yang berupa nur yang dilimpahkan Allah ke dalam diri seorang hamba. Oleh karena itu orang yang sadar akan membersihkan hatinya terlebih dahulu untuk maksifat atau mengenal Allah, dengan tujuan untuk menghubungkan segala amal ibadahnya kepada Allah Swt. Apabila ada seseorang yang jasadnya berbuat kebaikan, lidahnya fasih menuturkan asma Allah, berzikir, dan bertasbih, ibadahnya berjalan lancar dan sempurna tidak ada kekurangan sesuatu apapun, syari'at dan rukunnya lengkap, maka menurut ahli fiqih sudah dianggap sah, tetapi yang menjadi pertanyaan bagaimana dengan hatinya ketika ia melakukan sholat yang dalam hatinya terbawa oleh pikiran yang kemana-mana, karena teringat akan sesuatu selain Allah dan apakah orang yang shalat seperti ini dianggap khusyuk, walaupun rukun-rukun shalat dilakukan dengan sempurna, lalu bagaimana dengan hatinya yang tidak sama sekali mengingat Allah. Sesungguhnya pusat atau arah dari segala perhatian terutama dalam urusan ibadah adalah berpusat di hati, bukan karena lidah yang fasih atau semata-mata gerak anggota tubuh yang tertuju kepada Allah swt. tetapi hatilah yang akan di nilai oleh Allah, apakah khusyuk dan ikhlas beribadah kepada Allah. Oleh karena itu hati adalah modal untuk mengenal Allah.
Jika kita melakukan ibadah kepada Allah, tetapi hati kita terbayang atau teringat akan selain Allah. Maka ibadah seperti ini jelas tidak akan merasakan nikmat, tidak terasa lezat, dan tidak terasa mesra ketika beribadah kepada Allah, karena di dalam hatinya tidak merasakan kelezatan iman (zuq) lantaran hatinya tidak mengenal Allah. Ibadah seperti ini hanya mengharapkan sesuatu selain Allah. Hati yang terhijab oleh benda-benda adalah hati yang karam dengan bimbang kepada yang lain dari Allah.
Ingatlah saudaraku, bahwa Allah tidak akan melihat lahir kamu, gerak dan diam badanmu, tetapi Allah akan melihat hati kamu. Syekh Ibnu Athaillah berkata, "Barangsiapa baik hatinya dengan segala yang diturunkan Allah dan bermakrifat, maka sucilah ta'atnya dari segala macam penyakit dan baiklah amalnya."
Hati nurani merupakan hati yang berupa nur yang dilimpahkan Allah ke dalam diri seorang hamba. Oleh karena itu orang yang sadar akan membersihkan hatinya terlebih dahulu untuk maksifat atau mengenal Allah, dengan tujuan untuk menghubungkan segala amal ibadahnya kepada Allah Swt. Apabila ada seseorang yang jasadnya berbuat kebaikan, lidahnya fasih menuturkan asma Allah, berzikir, dan bertasbih, ibadahnya berjalan lancar dan sempurna tidak ada kekurangan sesuatu apapun, syari'at dan rukunnya lengkap, maka menurut ahli fiqih sudah dianggap sah, tetapi yang menjadi pertanyaan bagaimana dengan hatinya ketika ia melakukan sholat yang dalam hatinya terbawa oleh pikiran yang kemana-mana, karena teringat akan sesuatu selain Allah dan apakah orang yang shalat seperti ini dianggap khusyuk, walaupun rukun-rukun shalat dilakukan dengan sempurna, lalu bagaimana dengan hatinya yang tidak sama sekali mengingat Allah. Sesungguhnya pusat atau arah dari segala perhatian terutama dalam urusan ibadah adalah berpusat di hati, bukan karena lidah yang fasih atau semata-mata gerak anggota tubuh yang tertuju kepada Allah swt. tetapi hatilah yang akan di nilai oleh Allah, apakah khusyuk dan ikhlas beribadah kepada Allah. Oleh karena itu hati adalah modal untuk mengenal Allah.
Jika kita melakukan ibadah kepada Allah, tetapi hati kita terbayang atau teringat akan selain Allah. Maka ibadah seperti ini jelas tidak akan merasakan nikmat, tidak terasa lezat, dan tidak terasa mesra ketika beribadah kepada Allah, karena di dalam hatinya tidak merasakan kelezatan iman (zuq) lantaran hatinya tidak mengenal Allah. Ibadah seperti ini hanya mengharapkan sesuatu selain Allah. Hati yang terhijab oleh benda-benda adalah hati yang karam dengan bimbang kepada yang lain dari Allah.
Ingatlah saudaraku, bahwa Allah tidak akan melihat lahir kamu, gerak dan diam badanmu, tetapi Allah akan melihat hati kamu. Syekh Ibnu Athaillah berkata, "Barangsiapa baik hatinya dengan segala yang diturunkan Allah dan bermakrifat, maka sucilah ta'atnya dari segala macam penyakit dan baiklah amalnya."
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar