Kamis, 29 Desember 2011

Syair tentang "Nasihat Tajam"

Lebih senang menghisap bukannya mengalir?

Manusia mencengkram harta kekayaan yang membekukan bagai salju, namun obor cinta kasih senantiasa kucari, agar nyala apinya menyucikan hatiku dan menghanguskan benih penyakit kedurhakaan. Karena himpitan kebendaan membunuh manusia, pelan tanpa derita, cinta kasih membuatnya terjaga, dan pedih perih menghidupkan kepekaan jiwa.

Untuk dan karena cinta. Suatu bentuk pemanjaan diri yang aneh! Ada saat-saat aku tertipu dan dijahati; namun aku dapat tertawa agar mereka mengira aku tak tahu bahwa aku tertipu dan dijahati.

Apa yang akan kukatakan pada orang yang menamparku ketika aku mencium mukanya, dan mencum kakiku ketika aku menamparnya? Alangkah kerasnya kehidupannya yang memohon cinta dan menerima amarah!

Ketika rahasia-rahasia menyiksa hati, ketka mata memerah karena air mata yang panas dan tulang rusuk seolah hampir patah karena sesuatu yang tersembunyi di balik dadanya membengkak, maka manusia tidak dapat menemukan kebahagiaan kecuali dalam kata-kata dan keluh kesah. Sang kekasih menemukan pelipur lara dalam untaian kata-kata kerinduan.

Apakah kau melihat suatu kebaikan dalam diriku, kekasihku? Dan apakah kau memerlukan kebaikan? Kata-katamu melukai dengan kemanisan, jadi apa seharusnya jawabanku? Andaikan dalam diriku ada sesuatu yang kau butuhkan, sahabatku, maka diriku milikmu seluruhnya. Kebaikan bukan dengan sendirinya kebajikan; ini lawan kata kebodohan. Dapatkah kebodohan tinggal di tempat yang “penuh kasih sayang?”

Aku membisikkan kata-kata itu di antara detak-detak suara langkah kakiku. Kembali aku berbicara sendiri, sekedar ingin tahu, “Tetapi bisakah kebahagiaan wanita dibeli dengan penderitaan suaminya?”

Satu bentuk pemuasan diri yang aneh! Ada saat-saat ketika aku ingin dijahati dan ditipu, agar aku bisa menertawakan mereka yang berpikir bahwa aku tidak tahu sedang dijahati dan ditipu.

Pakaianmu yang paling bagus adalah milik orang lain, makananmu yang paling lezat adalah yang engkau makan di meja orang. Tempat tidurmu yang peling nyaman adalah di rumah orang. Kini katakan, bagaimana engkau bisa memisahkan diri dari orang lain?

Ada orang yang mengatakan kepadaku, “Jika engkau melihat ada budak tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan.” Kujawab, “Jika engkau melihat budak tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.”

Di mana aku dapat menjumpai manusia yang dibimbing pleh akal, bukan oleh kebiasaan dan keinginan?

Apabila orang arif yang beriman melihat muda-mudi berjalan berdampingan dalam prosesi cinta asmara, ia akan segera menengadahkan pandangan matanya ke langit dan berkata: “Ini adalah perbuatan tercela, dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari adalah tercela.” Tapi setelah menyadari ia menarik nafas panjang dan berkata: “Alangkah baiknya jika agama dan tradisi dihilangkan, karena semua itu menjauhkan diriku dari kegembiraan dan kenikmatan hidup.”

Menurutmu akau gila. Menurut pendapatku, kamu semua waras, jadi aku berdoa untuk meningkatkan kegilaanku. Dan tingkatkan kesehatan jiwa kalian. “Kegilaan”ku berasal dari kuasa Cinta. Kewaraswan kalian dari kekuatan ketidaksadaran.

Waspadalah, saudaraku tercinta, terhadap pemimpin yang berkata “Kecintaan kepada kehidupan mewajibkan kami mengambil hak rakyat kami!” Karena itu kepadamu aku bertutur bahwa membela hak orang lain merupakan insan yang terluhur, dan apabila kehadiranku di bumi membuatku harus membunuh sesama umat, maka kematian kupilih sebagai kehormatan.

Memang benar dunia akan cukup tangkas mengecam Anda sebagai orang gila karena berjalan berlawanan dengan dunia. Dan Anda tidak akan heran jika anak-anak dunia mengetawai Anda, menyebut tolol. Karena jalan pada cinta Tuhan adalah ketololan bagi dunia, tetapi bagi anak-anak Tuhan inilah kebijaksanaan. Maka, manakalah merasakan api suci dari anak-anak Tuhan ini, dunia langsung berubah jadi tolol dan melupakan diri mereka sendiri. Tetapi bagi anak-anak Tuhan, hal yang dianggap rendah oleh dunia adalah harta terbesar.

Cinta akan diri sendiri, menghasilkan kecongkakan buta, dan kecongkakan buta menciptakan kesukuan, dan kesukuan membangunkan kekuasaan, dan kekuasaan penyebab penaklukan dan penindasan.

Alangkah buruknya kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.

Barang siapa tidak melihat malaikat dan iblis dalam keindahan dan keculasan hidup akan tercampak jauh dari ilmu pengetahuan, dan jiwa pun akan hampa dari rasa cinta kasih.

Bencana yang menimpa anak berada dalam warisan orangtuanya. Dan dia yang tidak membuangnya akan tetap menjadi budak Kematian sampai dia mati.

Dia yang mengungkapkan kepada dirinya apa yang telah dilarang oleh nuraninya telah mengerjakan dosa. Dan dia adalah juga seorang pendosa yang menolak apa yang telah diungkapkan oleh nuraninya.

Jika ada yang dinamakan dosa, itu dilakukan sebagian dari kita dengan mengikuti jejak-jejak leluhur kita; dan sebagian dari kita akan melakukannya ke muka dengan menyalahkan anak-anak kita.

Kita adalah makhluk rindu yang bergetaran, berkelana sampai laut dan angin memberi kita kata-kata. Kini bagaiman kita bisa mengekspresikan ketuaan kita hanya dengan suara-suara masa lalu kita?

Tuhan menempatkan di setiap jiwa penunjuk pada cahaya terang, tapi manusia berkeras untuk mencari kehidupan di luar dirinya, tak sadar apa yang dia cari ada di dalam dirinya sendiri.

Tuhan telah ciptakan sayap bagi rohmu agar dapat terbang di angkasa Cinta dan kebebasan. Sungguh sayang jika sayap itu kautanggalkan, sehingga rohmu merangkak seperti kutu di tanah.

Kebenaran dariku dapat sadarkan orang bebal, dan kebenaran orang bijaksana dapat yakinkan diriku. Akal manusia yang melata antara kebijakan dan kebebalan tak yakinkan diriku, dan aku tak dapat meyakinkannya.

Seorang aulia bertemu dengan seorang pemuka bodoh, lalu berbicara tentang pendidikan dan kekayaan. Setelah keduanya berpisah, aulia itu tidak memperoleh apa-apa selain segenggam debu, dan si pemuka itu tidak menemukan apa-apa dalam hatinya, selain menembus kabut.

Kita semua adalah pengemis di gerbang kuil, dan setiap kali memasuki kuil kita mendapat anugerah sang raja. Tapi kita selalu sering iri hati, bentuk lain pernghinaan pada Sang Raja.(sumber)

0 comments:

Posting Komentar